Dalam kasus Tanah Fadak, Fathimah merasa sedih karena tindakan-tindakan Abu Bakar, dan begitu tidak menyukainya sampai-sampai ketika ia mengetahui upaya Abu Bakar merebut Fadak, ia bersama sekelompok perempuan pergi menuju masjid. Di sana, ia duduk dan menyampaikan pidato berikut ini:
“Segala puji bagi Allah atas segala yang Dia karuniakan (kepada kita); dan segala syukur bagi-Nya atas semua yang Dia ilhamkan; dan terpujilah nama-Nya atas apa yang Dia berikan dari nikmat-nikmat yang lazim yang Dia ciptakan, dan kebaikan yang melimpah yang Dia berikan serta anugerah-anugerah sempurna yang Dia sajikan; (kebaikan-kebaikan seperti itu) jumlahnya terlalu banyak untuk dihitung; segala pemberian-Nya terlalu besar untuk diukur, batas semua itu terlalu jauh untuk disadari. Dia menganjurkan mereka (para makhluk-Nya) agar meraih lebih banyak (kebaikan-Nya) dengan bersyukur atas kesinambungannya; Dia menetapkan bagi-Nya sendiri keterpujian dengan bermurah hati memberi kepada makhluk-makhluk-Nya; Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah Yang Esa tanpa sekutu, sebuah pernyataan yang kesetiaan tulus menjadi tafsirannya; hati menjamin ketetapannya, dan diterangi akal kepekaannya. Dia Yang tak bisa dilihat dengan mata; tak juga bisa diuraikan dengan kata-kata; tidak juga khayalan dapat meliputi wujud-Nya. Dia Yang mengawali bukan dari sesuatu yang sebelumnya ada, dan menciptakan semua itu tanpa contoh untuk ditiru. Melainkan, Dia menciptakan semua itu dengan kekuasaan-Nya dan menyebarkan semua itu sesuai dengan kehendak-Nya; tidaklah demi suatu kebutuhan Dia menciptakan semua itu; tidak pula demi sesuatu manfaat (bagi-Nya) Dia membentuk semua itu, namun demi menegakkan kebijaksanaan-Nya, menarik perhatian pada ketaatan terhadap-Nya, mewujudkan kekuasaan-Nya, membimbing para makhluk-Nya agar berendah hati menghormati-Nya, dan meninggikan titah-Nya. Dia kemudian memberi ganjaran bagi ketaatan terhadap-Nya, dan hukuman bagi pembangkangan terhadap-Nya, dengan maksud melindungi para makhluk-Nya dari murka-Nya dan mengumpulkan mereka di surga-Nya.
Aku juga bersaksi bahwa ayahku, Muhammad, adalah hamba dan rasul-Nya, yang dipilih-Nya sebelum diutus, (Dia) menyebutnya sebelum mengutusnya; ketika makhluk-makhluk masih tersembunyi di dalam apa yang gaib, terjaga dari apa yang mengerikan, dan terkait dengan akhir dan ketiadaan. Sebab Allah Ta’ala mengetahui apa yang akan terjadi, mengerti apa yang akan berlalu, dan menyadari tempat setiap peristiwa. Allah akan mengutusnya (Muhammad) sebagai penyempurna bagi perintah-perintah-Nya, sebuah keputusan untuk melengkapi hukum-Nya, dan sebuah penerapan titah-titah welas asih-Nya. Maka, ia temukan bangsa-bangsa beraneka agamanya; yang terpukau oleh api mereka, menyembah berhala-berhala mereka, dan mengingkari Allah sekalipun pengetahuan mereka akan Dia. Karena itu, Allah menyinari kegelapan mereka dengan ayahku Muhammad, menyirnakan keburaman dari hati mereka, dan menyingkirkan awan dari wawasan mereka. Ia mengungkapkan panduan di antara manusia; maka, ia menuntun mereka menjauhi kesesatan, menjauhkan mereka dari salah arahan, memandu mereka ke agama yang patut, dan menyeru mereka ke jalan yang lurus.
Allah lalu memilih untuk memanggilnya kembali ke dalam (naungann) welas asih, cinta, dan kesukaan. Maka, Muhammad berada di dalam kelapangan dari beban dunia, ia dikelilingi para malaikat yang setia, ridha Tuhan Yang Maha Pengasih, dan kedekatan dengan Raja Yang Maha Kuasa. Maka, semoga pujian Allah bagi ayahku, nabi-Nya, Al Amin, yang terpilih dari segenap makhluk-Nya, dan sahabat-Nya yang tulus, dan semoga salam dan berkah Allah atasnya (Muhammad).”
Fathimah as lalu berpaling ke arah kerumunan dan berkata:
“Sungguh, kalian hamba-hamba Allah atas (mengemban) perintah dan larangan-Nya; kalian pemikul agama dan wahyu-Nya; kalian orang-orang yang dipercaya Allah atas diri kalian sendiri dan rasul-rasul-Nya bagi bangsa-bangsa. Di antara kalian Dia memiliki kekuasaan yang sah; sebuah kesaksian Dia hadapkan pada kalian, dan seorang pewaris Dia tinggalkan menjaga kalian; itulah Kitabullah yang fasih, Alquran yang benar; cahaya yang terang; sorot yang menerangi; wawasan-wawasannya tak terbantahkan; rahasia-rahasianya terungkapkan; isyarat-isyaratnya jelas; dan para pengikutnya diberkahi olehnya. (Alquran) memandu paras pemeluknya ke niat yang bersih; dan (dengan) menyimaknya memandu (kita) ke penyelamatnya; dengannya kuasa-kuasa ilahiah yang terang dicapai; ketetapan hati-Nya yang nyata dicapai; titah-titah larangannya dihindari; petunjuk-petunjuk-Nya yang nyata dikenali; hujah-hujah-Nya yang kuat diterangkan; izin-izin-Nya dijaminkan; dan hukum-hukum-Nya dituliskan.
Maka, Allah menjadikan iman sebagai penyucian bagimu dari syirik. Dia jadikan salat sebagai penghindaran bagimu dari keangkuhan. Zakat sebagai penyucian bagi jiwa dan suatu (pendorong) pertumbuhan nafkah. Puasa sebagai penanaman kesetiaan. Berhaji sebagai penegakan agama. Keadilan sebagai keselarasan hati. Mematuhi kami (Ahlulbait) sebagai pengelolaan umat. Kepemimpinan kami (Ahlulbait) sebagai perlindungan dari perpecahan. Jihad sebagai sebuah penguatan Islam. Kesabaran sebagai suatu jalan penolong mendapatkan ganjaran (ilahiah). Menganjurkan kebaikan (amar bil ma’ruf) sebagai kesejahteraan umum. Ramah kepada orang tua sebagai pelindung dari kemurkaan. Menjaga silaturahmi dengan kerabat sebagai jalan bagi umur panjang dan pelipatgandaan jumlah keturunan. Hukum pembalasan (qishash) sebagai penyelamat darah (jiwa). Pemenuhan nazar menjadikan diri sebagai sasaran welas asih. Menggenapkan takaran dan ukuran sebagai suatu jalan mencegah pengabaian hak-hak orang lain. Menghindari minuman keras sebagai pembebasan dari kekejian. Menghindar dari mencela sebagai penghalang dari kutukan. Menghindar dari mencuri sebagai sebab meraih kesucian. Allah juga telah melarang syirik sehingga seseorang dapat mengabdikan diri kepada ketuhanan-Nya. Karena itu, takutlah kepada Allah, sebab Dia mesti ditakuti, dan janganlah mati kecuali di dalam Islam. Taatilah Allah atas apa-apa yang Dia perintahkan untuk kalian kerjakan dan atas apa-apa yang Dia larang, sebab sungguh mereka yang benar-benar takut diantara hamba-hamba-Nya, adalah mereka yang berilmu.”
Sayyidah Fathimah as lalu menambahkan:
“Wahai saudara-saudara! Ingatlah bahwa aku Fathimah, dan ayahku Muhammad; kukatakan ini berulang-ulang dan memulainya terus-menerus; tidak kukatakan apa yang keliru, tidak kulakukan apa yang tanpa tujuan (sia-sia). Kini telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri; menyedihkan bila kalian mesti punah. Ia sangatlah mencemaskan kalian; bagi kaum Mukmin, ia yang paling ramah dan welas asih.
Maka, jika kalian mengenali dan melihatnya, kalian akan menyadari bahwa ia ayahku dan bukan ayah kaum perempuan kalian; (ayahku adalah) saudara dari sepupuku (Ali) dan bukan saudara dari kaum laki-laki kalian. Betapa sebuah pribadi yang istimewa ia, semoga salam dan berkah Allah atasnya dan para keturunannya.
Maka, ia menyebarkan wahyu, dengan tampil terang-terangan bersama peringatan, dan sambil menjauh dari jalan kaum musyrik, (ia) memikul kekuatan mereka dan mencengkeram tenggorokan mereka, sambil ia mengundang (semuanya) ke jalan Tuhannya dengan kebijaksanaan dan anjuran yang indah. Ia hancurkan berhala-berhala, ia taklukkan para pahlawan, hingga kelompok mereka lari dan berpaling. Maka, malam menyingkapkan fajarnya; kebenaran membukakan kesejatiannya; suara kuasa rohaniah berseru lantang; perselisihan-perselisihan jahat dibungkam; mahkota kemunafikan dilenyapkan; cekikan kekafiran dan kemungkaran dilepaskan.
Maka, dulu kalian membicarakan pernyataan kesetiaan di antara segerombolan orang lapar; dan dulu kalian ditepi sebuah sumur api; (dulu kalian) minuman bagi orang yang haus; peluang bagi yang berhasrat; pedang amarah bagi dia yang melintas tergesa-gesa; pijakan bagi kaki; kalian terbiasa meminum dari air yang dikumpulkan di jalan-jalan; memakan daging yang dimuntahkan (Fathimah menceritakan keadaan hina mereka sebelum Islam). Dulu kalian adalah sampah menjijikkan yang ketakutan akan penculikan dari orang-orang di sekeliling kalian. Namun, Allah menolong kalian lewat ayahku (Muhammad) setelah banyak kesukaran, dan setelah ia dihadapi oleh orang-orang perkasa, binatang-binatang buas Arab, dan orang-orang jahat dari kalangan ahlulkitab yang kapan pun mereka memicu api peperangan, Allah memadamkannya; dan kapan pun duri Iblis tampak, atau mulut seorang penyembah berhala menganga dalam pengingkaran, ia akan menhantam bantahan-bantahan bersama saudaranya (Ali), yang tidak akan pulang sebelum menginjak-injak sayap-sayapnya dengan telapak kakinya, dan memadamkan baranya dengan pedangnya. (Ali itu) rajin dalam urusan Allah, dekat dengan Rasulullah, seorang pemimpin di antara hamba-hamba Allah, berangkat kerja dengan bergegas, tulus dalam nasihatnya, jujur dan berupaya (dalam melayani Islam); sementara dulu kalian tenang, gembira, dan merasa aman di dalam kehidupan kalian yang nyaman, menunggu kami menemui bencana, menantikan tersebarnya berita, kalian mundur di setiap perang, dan melarikan diri di saat bertempur. Namun, Allah memilih nabi-Nya dari rumah para nabi-Nya, dan hunia (hamba-hamba)-Nya yang tulus; duri-duri kemunafikan timbul pada kalian, jubah keimanan menjadi usang, orang-orang dungu yang malas maju dan meringkik. Unta kesia-siaan mengibas-ngibaskan ekornya di halaman-halaman rumah kalian dan Iblis menjulurkan kepalanya dari tempat-tempat persembunyian dan menyeru kalian, ia dapati kalian segera menyambut undangannya dan menaati muslihatnya.
Ia (Iblis) lalu menghasut kalian dan mendapati diri kalian cepat (menyambutnya), dan mengundang kalian ke kemurkaan karenanya; kalian memberi cap pada selain unta-unta kalian dan melangkah bukan ke tempat-tempat kalian mengambil air. Lalu, ketika zaman Nabi masih dekat, luka masih menganga, bekasnya masih belum sembuh, dan Sang Rasul masih belum dikembumikan; suatu tindakan cepat seperti yang kalian katakan, bermaksud mencegah perselisihan. Sungguh, mereka sudah masuk ke permusyawaratan! Dan sungguh, neraka mengelilingi orang-orang kafir. Betapa janggalnya! Sungguh sebuah pemikiran aneh! Sungguh sebuah dusta! Karena Kitabullah masih ada di antara kalian, urusan-urusannya nyata; hukum-hukumnya jelas; ayat-ayatnya terang-benderang; larangan-larangannya kasat mata; dan perintah-perintahnya jernih. Tetapi, sungguh kalian telah membuangnya ke balik punggung kalian! Wahai! Apakah kalian jijik tehadapnya (alquran)? Atau dengan sesuatu yang lain kalian ingin memerintah? Kejahatan adalah balasan bagi para pendosa! Dan jika seseorang menginginkan sebuah agama selain Islam (berserah diri kepada Allah), tak pernah agama itu diterima (diridhai Allah) darinya; dan di akhirat, ia akan masuk ke golongan orang-orang tersesat. Sungguh, kalian tak menunggu keriuhan mereda, dan menjadi patuh. Lalu kalian mulai membangkitkan apinya, membolak-balikkan baranya, menaati panggilan Iblis yang sesat, memadamkan cahaya agama yang terang, dan mematikan cahaya Nabi yang tulus. Kalian sembunyikan tegukan di balik busa dan melangkah menuju ke saudara dan anak-anak beliau (Nabi) di rawa-rawa dan hutan belantara (--maksudnya, kalian (orang-orang) berkomplot terhadap mereka dengan cara yang licik—dalam peristiwa Saqifah Bani Sa’idah--), namun kami bersabar terhadap kalian seakan dirobek pisau dan ditusuk tombak diperut kami. Tetapi, kini kalian menuntut bahwa tiada pewarisan bagi kami! Namun bagaimana bisa, bagi orang-orang yang imannya terjamin, memerikan penilaian yang lebih baik daripada Allah? Tidakkah kalian mengetahui? Ya, sungguh nyata bagi kalian bahwa aku putrinya (Muhammad).
Wahai kaum Muslim! Akankah warisanku dirampas? Wahai putra Abu Quhafah (Abu Bakar)! Dimanakah di dalam Kitabullah (apa dalilnya dalam alquran) bahwa engkau mewarisi ayahku sedangkan aku tidak mewarisinya? Sungguh, engkau maju dengan suatu yang belum pernah dikenal. Apakah engkau sengaja meninggalkan Kitabullah dan melemparkannya ke balik punggungmu? Tidakkah engkau membacanya dimana difirmankan, ‘Dan Sulaiman telah mewarisi Daud’?[1] Dan ketika kitab ini menuturkan kisah Zakaria dan mengatakan, ‘Maka, anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra, yang akan mewarisiku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub…?[2] Dan, ‘Orang-orang yang berhubungan itu sebagaiannya lebih berhak terhadap sesamanya di dalam Kitabullah’?[3] Dan, ‘Allah menetapkan bagimu tentang (pembagian warisan) anak-anakmu, yaitu bagian seorang laki-laki sama dengan bagian dua orang perempuan’?[4] Dan, ‘…jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat kepada orang tua dan karib kerabatnya secara makruf, (inilah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa’?[5].
Kalian menyatakan bahwa aku tidak berhak! Dan bahwa aku tidak mewarisi ayahku! Wahai! Apakah Allah menurunkan sepenggal ayat (alquran) tentang kalian, dimana Dia mengecualikan ayahku? Atau, apakah kalian mengatakan, ‘Ini (Fathimah dan ayahnya) orang-orang dari dua agama, maka mereka tak saling mewarisi’?! Bukankah kami, --aku dan ayahku—orang-orang yang menaati satu agama? Atau, apakah kalian mempunyai pengetahuan lebih tentang kekhususan dan keumuman alquran daripada ayahku dan sepupuku (Imam Ali bin Abi Thalib)? Maka, inilah kalian! Ambillah! (Bersama dengan) kekang hidung dan pelananya! Tetapi, jika kami harus menghadapi kalian pada Hari Berhimpun (di Padang Mahsyar); (maka) betapa Allah itu Hakim Yang Mengagumkan, penuntutnya adalah Muhammad, dan harinya adalah Hari Kebangkitan. Pada saat itulah orang-orang zalim akan kalah; dan menyesali (perbuatan kalian) tidak akan memberi kalian manfaat! Untuk setiap wahyu, ada batas waktu; dan segera kalian mengetahui siapa yang dibalas dengan azab yang menghinakan, dan siapa yang dihadapkan dengan hukuman yang abadi.”
Fathimah as lalu berpaling kepada kaum Anshar dan berkata:
“Wahai kalian orang-orang yang berilmu! Para pendukung kuat umat! Dan mereka yang memeluk Islam! Kegagalan apakah ini di dalam membela hak-hakku? Dan tutup mata (sementara kalian melihat) tehadap ketidakadilan (yang ditimpakan atasku) apakah ini? Tidakkah Rasulullah, ayahku, biasa mengatakan, ‘Seorang laki-laki dijunjung (dikenang) oleh anak-anaknya’? Wahai, betapa cepat kalian bersekongkol melawan kami! Namun, kalian masih mampu (menolongku dalam upayaku) dan kuat (membantuku) pada hal yang kuminta dan (di dalam) perjuanganku (atasnya). Atau, apakah kalian mengatakan, ‘Muhammad telah sirna’?
Sungguh, ini sebuah bencana besar; kerusakannya luas; cederanya berat; luka-lukanya (terlalu dalam) untuk sembuh. Bumi menjadi gelap dengan kepergiannya; bintang-bintang padam atas petakanya; harapan-harapan tercekik; gunung-gunung menyerah; kesucian dinodai; dan kemuliaan dilanggar sepeninggalnya. Karena itu, inilah, demi Allah, musibah besar, dan petaka raya; tak ada musibah yang serupa dengannya; juga tak akan ada kemalangan mendadak (yang sama mengagetkannya dengan ini).
Kitabullah—istimewa di dalam memujinya—mengumumkan di halaman-halaman (rumah kalian) di tempat kalian menghabiskan petang dan pagi kalian; sebuah panggilan, sebuah seruan, sebuah pertanyaan, dan (ayat-ayat) berurutan. Kitab ini dulunya turun kepada Nabi dan Rasul-Nya; (sebab kitab ini) titah yang diselesaikan, dan takdir yang dilengkapi, ‘Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul; sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbali ke belakang, maka ia tak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.’[6]
Wahai kalian orang-orang yang berpikir! Akankah kalian merampas warisan ayahku sementara kalian melihat dan mendengarkanku?! (Dan sementara) kalian duduk dan berkerumun di sekelilingku? (Dan sementara) kalian mendengar seruanku, dan termasuk di dalam (kabar) urusan ini? (Sedangkan) kalian banyak dan memiliki sarana cukup! (Kalian memiliki) alat-alat dan kekuatan, senjata-senjata dan tameng-tameng. Tetapi (mengapa kala) panggilan ini mencapai kalian, kalian tak menjawabnya? (Kala) seruan ini datang kepada kalian, kalian tak datang membatu? Sementara kalian dicirikan oleh kegigihan, dikenal atas kebaikan dan kesejahteraan, kelompok yang terpilih, dan orang-orang terbaik yang dipilihkan Nabi bagi kami, Ahlulbait. Kalian melawan orang-orang (kafir) Arab, menahan kesakitan dan keletihan, menentang bangsa-bangsa, dan menangkal pahlawan-pahlawan mereka. Kami, tetap teguh, begitu juga kalian, di dalam memerintah kalian, dan kalian di dalam menaati kami. Maka, Islam menjadi jaya, pencapaian hari-hari menjadi dekat, benteng kemusyrikan takluk, keangkaraan bertekuk lutut, keankaraan kekafiran dijinakkan, dan pranata agama tersusun baik. Lalu, (mengapa kalian) menjadi bingung setelah memahami? Menyembunyikan urusan setelah mengumumkannya? Membalik badan setelah maju? Menyekutukan (yang lain dengan Allah) setelah beriman? Tidakkan kalian melawan orang-orang yang melanggar sumpah mereka? Bersekongkol mendongkel Nabi dan menjadi beringas dengan menjadi yang pertama (menyerang) kalian? Takutkah kalian kepada mereka? Tidak! Allah-lah yang harus benar-benar lebih kalian takuti, jika kalian beriman!
Walau demikian, kulihat kalian cenderung pada kehidupan yang nyaman; menyingkirkan ia yang lebih layak atas perwalian (imamah Ali as). Mengucilkan diri sendiri dengan kepasrahan dan mengesampingkan apa yang kalian setujui. Namun, jika kalian menunjukkan ketakaburan --kalian dan semua yang dibumi bersama-sama—tetaplah Allah bebas dari segala kebutuhan, patut atas segala pujian. Sungguh telah kukatakan semua yang telah kukatakan dengan sepenuh pengetahuan bahwa kalian bermaksud meninggalkanku, dan mengetahui pengkhianatan yang hati kalian rasakan. Namun, inilah keadaan jiwa, luapan kemarahan, curahan (apa yang ada di dalam) dada, dan penuturan bukti. Karena itu, inilah dia! Simpanlah (kepemimpinan, dan) letakkan di punggung unta betina yang sakit, yang berpunuk kurus dengan keanggunan abadi, yang di cap dengan murka Allah, dan kesalahan abadi (yang membawa ke) api (murka Allah) yang bergelora (menjadi) lautan api, yang menjalari (hingga) ke jantung-jantung. Karena Allah menyaksikan apa yang kalian perbuat, dan para penyerang yang aniaya akan segera mengetahui bahwa urusan mereka akan berbalik ke arahnya! Dan, akulah putri seorang pemberi peringatan (Nabi) bagimu tentang sebuah hukuman yang berat. Maka bertindaklah, dan bertindak juga kami; dan menunggulah, dan menunggu juga kami.”
(Akhir pidato Sayyidah Fathimah az Zahra as)
Ref:
[1] QS. An Naml: 16
[2] QS. Maryam: 5-6
[3] QS. Al Anfaal: 75
[4] QS. An Nisaa: 111
[5] QS. Al Baqarah: 180
[6] QS. Ali Imran: 144
Tidak ada komentar:
Posting Komentar