judul blog

Gudang Data Notes dan SS Facebookers Syiah Berikut Beberapa Tulisan Penting Seputar Syiah

Senin, 25 April 2011

Benarkah Nabi Muhammad saw Tidak Pernah Mengumpulkan al-Quran Semasa Hidupnya?

oleh Prita Raihanita pada 03 Februari 2011 jam 18:29


Sebagian hadits2 shahih assittah, menunjukkan kegiatan pengumpulan al-quran/ telah dikumpulkannya al-quran semasa Nabi saw masih hidup, DAN Atas perintah Nabi saw,... di antaranya:





1) Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] Telah menceritakan kepada kami [Husyaim] Telah mengabarkan kepada kami [Abu Bisyr] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhu, ia berkata, "Aku telah mengumpulkan Al Muhkam pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Aku pun bertanya kepadanya, "Apakah Al Muhkam itu?" ia menjawab, "Yaitu, Al Mufashshal (surat-surat pendek)."



(Shahih Bukhari, Kitab keutamaan quran, hadits no.4648)



2) Telah menceritakan kepada kami [Husyaim] telah mengkabarkan kepada kami [Abu Bisyr] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] ia berkata; Aku telah menghimpun al muhkam pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam wafat, saat itu aku berumur sepuluh tahun. Lalu aku tanyakan kepadanya. Kata (Sa'id bin Jubair, aku tanyakan; Apa maksud al muhkam? Ibnu Abbas menjawab; Yaitu al mufashshal, yaitu kumpulan surat dari Al Hujurat atau surat Qaf hingga akhir Alquran.



(Musnad Ahmad, Kitab Musnad Bani Hasyim, hadits no.2959)



3) Telah menceritakan kepada kami [Mu'alla bin Asad] Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Al Mutsanna] ia berkata; Telah menceritakan kepadaku [Tsabit Al Bunani] dan [Tsumamah] dari [Anas bin Malik] ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam wafat, sementara beliau belum mengumpulkan Al Qur`an kecuali oleh empat orang, yaitu Abu Darda`, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid. Ia berkata; Dan kami akan mewarisinya.



(Shahih Bukhari, bab keutamaan quran, hadits no.4620)



4) Telah menceritakan kepada kami [Hafsh bin Umar] Telah menceritakan kepada kami [Hammam] Telah menceritakan kepada kami [Qatadah] ia berkata; Aku bertanya kepada [Anas bin Malik] radliallahu 'anhu, "Siapakah yang mengumpulkan Al Qur`an pada masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?" ia menjawab, "Ada empat orang dan semuanya dari kaum Anshar. Yaitu, Ubay bin Ka'ab, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid." Hadits ini diperkuat oleh [Al Fadllu] dari [Husain bin Waqid] dari [Tsumamah] dari [Anas].



(Shahih Bukhari, Kitab keutamaan quran, hadits no.4619)



5) Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna]; Telah menceritakan kepada kami [Abu Dawud]; Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dia berkata; "Aku mendengar [Anas] berkata; "Pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada empat orang sahabat yang bertugas menghimpun Al Qur'an, semuanya dari kalangan Anshar. Yaitu; Mu'adz bin Jabal, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid." Qatadah berkata; saya pernah bertanya kepada Anas; 'Siapakah Abu Zaid itu? Anas menjawab; 'Ia adalah salah seorang kerabat dari pihak ayah saya.'



(Shahih Muslim. bab. Keutamaan shahabat, hadits no.4507, 4508)



6) Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dari [Anas bin Malik] dia berkata; "Al Qur`an telah dikumpulkan oleh empat orang, mereka semua berasal dari Anshar, yaitu; Ubay bin Ka'ab, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid." Qatadah berkata; aku bertanya kepada Anas; "Siapakah Abu Zaid?" Anas bin Malik menjawab; "Dia adalah salah satu dari pamanku." Abu Isa berkata; "Hadits ini adalah hadits hasan shahih."



(Sunan Tirmidzi, Kitab budi pekerti yg terpuji, hadits no.3727)



7) Telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahhab] dari [Sa'id] dari [Qatadah] dari [Anas] berkata; Al Quran dihimpun oleh empat orang, semua dari Ansor: Ubay bin Ka'ab Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid.



(Musnad Ahmad, Kitab sisa musnad shahabat yg banyak meriwayatkan hadits hadits no.12959)



8) Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari [Syu'bah] telah bercerita kepada kami [Qatadah] dan telah bercerita kepada kami [Hajjaj] berkata; saya telah mendengar [Syu'bah] menceritakan dari [Anas] berkata; empat orang pengumpul Al qur'an pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, semuanya dari Anshar: Ubay bin Ka'ab, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid. (Syu'bah Radliyallahu'anhu) bertanya, siapakah Abu Zaid? (Anas bin Malik radliyallahu'anhu) berkata; dia salah satu pamanku.



(Musnad Ahmad, Kitab sisa musnad shahabat yg banyak meriwayatkan hadits, hadits no.13432)



9) Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Yahya] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dari [Anas radliallahu 'anhu]; Pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam al-Qur'an dihimpun pula oleh empat orang yang semuanya dari kalangan Anshar. Mereka adalah Ubay, Mu'adz bin Jabal, Abu Zaid dan Zaid bin Tsabit". Aku bertanya kepada Anas; Siapakah Abu Zaid itu?". Dia menjawab; "Salah seorang dari paman-pamanku".



(Shohih Bukhari hadits, Kitab Perilaku budi pekerti yg terpuji, hadits no. 3526)



10) Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ishaq] telah mengabarkan kepada kami [Yahya bin Ayyub] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Abu Habib] bahwa [Abdurrahman bin Syimamah] ia mengabarkan kepadanya, bahwa [Zaid bin Tsabit] berkata, "Sewaktu kami mengumpulkan Al-Qur'an dari kulit dan kertas bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: 'Kabar gembira buat Syam, kabar gembira buat Syam.' Lalu ada yang bertanya, 'Ada apa dengan Syam? ' Beliau bersabda: 'Para malaikat merentangkan sayap-sayapnya di atasnya.'"



(Musnad Ahmad, Kitab musnad shahabat Anshar, hadits no.20622)



===============================================



Hadits2 di atas ini bertentangan sekali isinya (matannya) dengan hadits2 di bawah yg diriwayatkan Zaid bin Tsabit yg menceritakan bahwa menurut Abu Bakar ra. dan Umar ra, bahwa Nabi saw tidak pernah mengumpulkan al-quran semasa hidupnya.



A) Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isa'il] dari [Ibrahim bin Sa'd] Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Syihab] ...dari [Ubaid bin As Sabbaq] bahwa [Zaid bin Tsabit] radliallahu 'anhu, ia berkata; Abu Bakar mengirim para korban perang Yamamah kepadaku, dan ternyata Umar bin Al Khaththab ada di sisinya. Abu Bakar radliallahu 'anhu berkata, "Sesungguhnya Umar mendatangiku dan berkata, 'Mayoritas korban perang Yamamah adalah para penghafal Al Qur`an. Dengan gugurnya mayoritas penghafal Al Qur`an, maka aku khawatir sebagian besar Al Qur`an juga akan hilang. Maka aku berpendapat, sebaiknya Anda segera memerintahkan guna melakukan dokumentasi alquran.' Maka aku pun bertanya kepada Umar, 'Bagaimana kamu akan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? ' Umar menjawab, 'Perkara ini, demi Allah adalah ide yang baik.' Umar selalu membujukku hingga Allah memberikan kelapangan dadaku, dan akhirnya aku sependapat dengan Umar." Zaid berkata; Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya kamu adalah seorang pemuda yang cerdas, kami sama sekali tidak curiga sedikit pun padamu. Dan sungguh, kamulah yang telah menulis wahyu untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Karena itu, telusurilah Al Qur`an dan kumpulkanlah." Zaid berkata, "Demi Allah, sekiranya mereka memerintahkanku untuk memindahkan gunung, niscaya hal itu tidaklah lebih berat daripada apa yang mereka perintahkan padaku, yakni dokumentasi alquran." Zaid bertanya, "Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Ia menjawab, "Demi Allah, itu adalah kebaikan." Abu Bakar terus membujukku, hinnga Allah pun memberikan kelapangan dadaku, sebagaimana Abu Bakar dan Umar radliallahu 'anhuma. Maka aku pun mulai menelusuri Al Qur`an, mengumpulkannya dari tulang-tulang, kulit-kulit dan dari hafalan para Qari`. Dan akhirnya aku pun mendapatkan bagian akhir dari surat At Taubah bersama Abu Khuzaimah Al Anshari, yang aku tidak mendapatkannya pada seorang pun selainnya. Yakni ayat: 'Sungguh, telah datang pada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, yang sangat berat olehnya kesulitan yang menimpa kalian..'" hingga akhir surat Al Bara`ah. Lembaran-lembaran Al Qur`an itu pun tetap tersimpan pada Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Kemudian beralih kepada Umar semasa hidupnya, lalu berpindah lagi ke tangan Hafshah binti Umar radliallahu 'anh



(shohih Bukhari , kitab tafsir quran hadits no.4311, Kitab Hukum2 hadist no.6654, Kitab keutamaan al-quran hadits no.4603; Musnad Ahmad, kitab musnad shahabat anshar hadits no.20657; Sunan Tirmidzi , Kitab tafsir qur'an hadits no.3028)

RASUL TELAH BERDOA AGAR LAKNAT DAN CACIANNYA KEPADA ORANG LAIN MENJADI SEBAGAI RAHMAT, AMPUNAN, PAHALA DAN SARANA TAQARRUB KEPADA ALLAH.

oleh Prita Raihanita pada 25 Februari 2011 jam 9:46

(1)Telah bercerita kepada kami [Abu Mu'awiyah] dari [Al 'A'masy] dari [Abu Sufyan] dari [Jabir] berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: " Ya Allah, siapa saja dari seorang mukmin yang pernah aku cela, aku laknat atau aku cambuk, maka jadikanlah itu baginya sebagai pembersih dan pahala."

(Musnad Ahmad, bab Musnad jabir bin abd. ra. no. 14666, bab.musnad abu hurairah no. 9943)



(2)Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] dan ['Affan] mereka berkata; telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Sulaiman] dari [Dzakwan] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau berdoa: "Ya Allah, aku hanyalah seorang manusia, maka muslim manasaja yang pernah aku cambuk, -Ibnu Ja'far menyebutkan; - "aku cela atau aku laknat, maka jadikanlah hal itu sebagai penghapus doa, pahala kebaikan dan kurban yang dengannya ia bertaqarrub kepada-Mu pada hari kiamat."

(Musnad Ahmad, bab.Musnad Abu hurairah ra. no. 10031, 8709, 9426; Sunan Darimi, kitab budak no. 2647, Sahih Muslim, bab. Barangsiapa yg dilaknat atau dicela oleh Nabi saw no. 4706)



(3)Telah menceritakan kepada kami [Abu Muawiyah] dan [Ibnu Numair] secara makna, keduanya berkata; "Telah menceritakan kepada kami [Al-A'masy] dari [Muslim] dari [Masruq] dari [Aisyah] berkata; "Ada dua orang laki-laki yang menemui Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, lalu beliau bersikap keras terhadap keduanya dan mencela mereka." (Aisyah) Berkata; Saya berkata; "Wahai Rasulullah! Sungguh kebaikan yang telah didapatkan seseorang darimu tidak diperoleh oleh dua laki-laki ini darimu." (Aisyah) Berkata; Kemudian Rasulullah bersabda: "Apakah kamu tahu perjanjian yang telah saya buat terhadap Rob-ku Azzawajalla?" Beliau bersabda: "Saya selalu mengucapkan: 'Ya Allah, setiap mukmin manapun yang saya cela, saya pukul, atau saya laknat maka jadikanlah yang demikian itu sebagai ampunan dan maaf baginya, dan demikian dan demikian.'"

(Musnad Ahmad, bab.hadits aisyah ra. no. 23049)



(4)Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb]; Telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Al A'masy] dari [Abu Adh Dhuha] dari [Masruq] dari ['Aisyah] dia berkata; 'Pada suatu hari, ada dua orang yang bertamu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian kedua orang tersebut membicarakan sesuatu yang tidak saya ketahui kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, hingga membuat beliau marah. Tak lama kemudian, saya mendengar Rasulullah melaknat dan mencaci mereka. Setelah kedua laki-laki itu keluar, saya pun bertanya kepada beliau; 'Ya Rasululah, sepertinya dua orang laki-Iaki tadi tidak memperoleh kebaikan, sebagaimana yang diperoleh oleh orang lain. RasuluIIah balik bertanya: 'Apa maksudnya ya Aisyah? ' Aisyah menjawab; 'Maksud saya, engkau telah melaknat dan mencaci-maki kedua orang tersebut.' Lalu Rasulullah bersabda: 'Hai Aisyah, tidak tahukah kamu apa yang pernah saya syaratkan kepada Tuhanku? Sesungguhnya aku telah memohon: 'Ya Allah, aku hanyalah seorang manusia. Jika ada seorang muslim yang aku laknat atau aku maki, maka jadikanlah hal tersebut sebagai pelebur dosa dan pahala baginya.'



Telah menceritakannya kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Abu Kuraib] keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah]; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakannya kepada kami ['Ali bin Hujr As Sa'idi] dan [Ishaq bin Ibrahim] serta ['Ali bin Khasyram] -secara keseluruhan- dari ['Isa bin Yunus] keduanya dari [Al A'masy] melalui jalur ini yang serupa dengan Hadits Jarir dan dia berkata; di dalam Hadits 'Isa; keduanya lalu berpaling dari Rasulullah, hingga akhirnya beliau memakinya dan melaknatnya serta mengusir keduanya.

(Shahih Muslim, bab. Barangsiapa yg dilaknat atau dicela oleh Nabi saw. no. 4705)



(5)Telah bercerita kepada kami [Mu'awiyah bin 'Amru] telah bercerita kepada kami [Za`idah] telah bercerita kepada kami ['Umar bin Qais Al Mashir] dari ['Amru bin Abu Qurrah] berkata: Hudzaifah berada di Mada`in, ia menyebut banyak hal yang disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian Hudzaifah mendatangi Salman lalu [Salman] berkata: Hai Hudzaifah! Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam itu kadang marah lalu bersabda, kadang senang lalu bersabda, aku tahu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah lalu bersabda: "Siapa saja dari ummatku yang aku cela saat aku marah atau aku laknat, sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa, aku marah seperti halnya kalian marah, sesungguhnya aku diutus sebagai rahmat untuk seluruh alam maka jadikanlah itu sebagai doa baginya pada hari kiamat."

(Musnad Ahmad, bab.hadits salman al-farisi ra. no. 22593)





DAN… RASULULLAH saw PUN MELAKNAT ORANG2 DI BAWAH INI. APAKAH ORANG2 DI BAWAH INI MENDAPATKAN RAHMAT, AMPUNAN, PAHALA DAN SARANA TAQARRUB KEPADA ALLAH?





(6)Telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Salamah] dari [Ibnu Wahb] dari [Mu'awiyah bin Shalih] dia berkata; telah menceritakan kepada kami [Rabi'ah bin Yazid] dari [Abu Idris Al Khaulani] dari [Abu Ad Darda'] dia berkata; "Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam berdiri untuk shalat, dan kami mendengar beliau mengucapkan, 'Aku berlindung kepada Allah darimu (syetan) '. Kemudian beliau juga mengucapkan, 'Aku melaknatmu dengan laknat Allah'. Beliau mengucapkannya tiga kali dengan menengadahkan tangannya seolah-olah beliau meminta sesuatu. Setelah selesai shalat kami berkata; 'Wahai Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, kami mendengar engkau dalam shalat mengucapkan sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya dari engkau dan kami juga melihatmu menengadahkan tangan? ' Beliau Shallallahu'alaihiwasallam menjawab: "Musuh Allah (syetan) datang dengan membawa bintang dari api untuk diletakkan di wajahku! Aku mengucapkan: "Aku berlindung kepada Allah darimu (syetan) " -tiga kali-. Aku juga mengucapkan; "Aku melaknatmu (syetan) dengan laknat Allah." - juga tiga kali-. Kemudian aku ingin menangkapnya! Demi Allah, andaikan bukan karena doa saudaraku Sulaiman, maka pasti ia diikat untuk dipermainkan oleh anak-anak Madinah'."

(Shahih Muslim kitab Masjid dan tempat2 sholat no. 843; Sunan Nasa’I, bab.Lupa (sahwi) no. 1200)



(7)Dan telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah] dan [Ibnu Hujr]. kata [Ibn Ayyub]; telah menceritakan kepada kami [Ismail], katanya; telah mengabarkan kepadaku [Muhammad yaitu Ibnu 'Amru] dari [Khalid bin Abdullah bin Harmalah] dari [Al Harits bin Khifaf], ia berkata; [Khufaf bin Ima'] mengatakan; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan ruku', kemudian mengangkat kepalanya, lalu beliau mengucapkan; "Ghifar, semoga Allah mengampuninya, Aslam, semoga Allah menyelamatkannya, 'Ushayyah, mereka telah membangkang Allah dan Rasul-Nya. Ya Allah, laknatilah Bani Lihyan, dan laknatilah Ri'il, dan Dzakwan, " Kemudian beliau turun sujud."



[Khufaf] mengatakan; "Di jadikannya laknat terhadap orang-orang kafir karena hal itu." Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] telah menceritakan kepada kami [Ismail] katanya; dan telah mengabarkan kepadaku [Abdurrahman bin Harmalah] mengenai hadits tersebut dari [Hanzhalah bin Ali bin Al Asqa`] dari [Khufaf bin Ima'] seperti hadits di atas, hanya ia tidak mengatakan; "Kemudian dijadikan laknat untuk orang-orang kafir karena hal itu."

(Shahih Muslim Kitab Mesjid dan tempat2 sholat no. 1096, musnad Ahmad,bab.musnad khaffaf bin ima’ ra. musnad no. 15976, Sunan Nasa’I bab.Doa Laknat ketika qunut no. 1067)



(8)Telah menceritakan kepada kami [Aswad], telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dari [Anas], Nabi Shallallahu'alaihi wasallam pernah melakukan qunut selama sebulan, mendoakan kaum Ri'il, Dzakwan dan 'Ushayyah agar tertimpa laknat, yang mereka telah bermaksiat terhadap Allah dan Rasul-Nya.

(Musnad Ahmad, bab Musnad anas bin malik ra. no. 13228)



(9)Telah mengabarkan kepada kami [Qutaibah] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Malik] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan antara suami dan isterinya untuk saling laknat (sumpah), lalu memisahkan antara keduanya dan menisbatkan sang anak kepada ibunya."

(Sunan Nasa’I bab.thalaq no. 3423)



(10)Telah menceritakan kepada kami [Hajjaj] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Dzi`b] dari [Al Harits bin Abdurrahman] dari [Abu Salamah] dari [Abdullah bin 'Amru] dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam, dia berkata; "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam melaknat pemberi suap dan penerima suap." Dan [Yazid] berkata: "Laknat Allah bagi pemberi dan panerima suap."

(Musnad Ahmad, bab Musnad abd.bin amru al ash ra. no. 6489,6490)



(11)Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] telah mengabarkan kepadaku [Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah] bahwa ['Aisyah] dan ['Abdullah bin 'Abbas] keduanya berkata, "Ketika sakit Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam semakin parah, beliau memegang bajunya dan ditutupkan pada mukanya. Bila telah terasa sesak, beliau lepaskan dari mukanya. Ketika keadaannya seperti itu beliau bersabda: 'Semoga laknat Allah tertipa kepada orang-orang Yahudi dan Nashara, mereka menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid.' Beliau memberi peringatan (kaum Muslimin) atas apa yang mereka lakukan."

(Shahih Bukhari bab.sholat di dalam gereja no. 417, bab.bani israil no. 3195; Musnad Ahmad, bab lanjutan Musnad shahabat yg lalu. no. 25149)



(12)Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Yazid bin Khumair] berkata, aku mendengar [Abdurrahman bin Jubair bin Nufair] menceritakan dari [ayahnya] dari [Abu Darda'] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau melewati seorang wanita yang hamil berada di depan pintu tenda besar. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mungkin (seseorang) Telah menggaulinya." Mereka menjawab, "Benar." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Sungguh, aku ingin melaknat (seseorang) dengan laknat yang akan masuk bersamanya ke dalam kubur. Bagaimana mungkin dia menggaulinya padahal ia tidak halal baginya, bagaimana mungkin dia memanfaatkannya padahal ia tidak halal baginya."

(Musnad Ahmad, bab sisa hadits abu darda’ ra. no. 25149; Sunan Abu Dawud kitab Nikah no. 1842;Sunan Darimi kitab sejarah no. 2367)



(13)Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar Muhammad bin Nafi'] telah menceritakan kepada kami [An Nadhr bin Hammad] telah menceritakan kepada kami [Saif bin Umar] dari ['Ubaidillah bin Umar] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Jika kalian melihat ada orang yang mencela para sahabatku, maka katakanlah (kepadanya); "Semoga laknat Allah menimpa atas orang yang paling jelek (perangainya) di antara kalian”

(Sunan tirmidzi, bab. Siapa yg mencela shahabat Nabi no. 3801)



(14)Telah menceritakan kepada kami [Khalaf Bin Al Walid] Telah menceritakan kepada kami [Abu Ja'far yaitu Ar Razi] dari [Hushain Bin Abdurrahman] dari [Asy Sya'bi] dari [Al Harits] dari salah seorang lelaki sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, -dia berkata; "Tidak ragu lagi bahwa dia adalah [Ali], - dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat pemakan riba, pemberinya, kedua saksinya dan penulisnya, dan melaknat pembuat tato dan yang minta dibuatkan, melaknat pelaku nikah muhallil dan muhallal lah serta melaknat orang yang menolak berzakat, dan beliau melarang berbuat niyahah (meratapi mayit)."

(Musnad Ahmad bab.Musnad Ali ra. no. 624)



(15)Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] dan [Hajjaj] keduanya berkata; telah mengkabarkan kepadaku [Syu'bah] dari [Qatadah] dari [Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat. [Hajjaj] mengatakan; Allah melaknat, laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.

(Musnad Ahmad bab.awal musnad abdullah ibn abbas ra. no. 2984)



(16)Telah menceritakan kepada kami [Ayub bin An Najjar Abu Isma'il Al Yamamiy] dari [Thayyib bin Muhammad] dari ['Atho` bin Abi Rabbah] dari [Abu Hurairah], dia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam melaknat para laki-laki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai laki-laki dan beliau juga melaknat orang yang berpergian ke suatu daerah sendirian."

(Musnad Ahmad bab.awal musnad abu hurairah ra. no. 7517)



(17)Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Khalaf] -Ibnu Khalifah- dari ['Atha bin As Sa`ib] dari [Asy Sya'bi] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat para pemakan riba, yang membawakannya, yang menyaksikannya dan penulisnya. Wanita pentato dan wanita yang minta ditato. Dan beliau juga melarang dari An Nauh (meratapi mayit), namun tidak mengatakan, '(Semoga Allah) melaknat pelaku…'

(sunan Nasa’I Kitab Perhiasaan no. 5016, Sahih Bukhari bab.Minta ditato no. 5492, Musnad Ahmad bab. Hadits abu hujaifah ra.No. 18007)



(18)Telah mengabarkan kepada kami [Muhammad Ibnul Musanna] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Sulaiman Al A'masy] dari [Ibrahim] ia berkata, " [Abdullah] berkata, "Allah melaknat wanita yang minta untuk disambung rambutnya, wanita yang mencukur bulu alis dan wanita yang merenggangkan giginya. Ketahuilah, aku akan melaknat orang yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melaknatnya."

(sunan Nasa’I Kitab Perhiasaan no. 5160, 5157; Sahih Bukhari bab.Menyambung Rambut no. 5481, bab.memangkur gigi untuk kecantikan no. 5476)



(19)Telah mengabarkan kepada kami [Ahmad bin Ali] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abu Bakr] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Umar bin Ali] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin 'Uqbah] dari [Abu Az Zinad] dari [Al Qasim bin Muhammad] dari [Ibnu Abbas] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat memerintahkan seorang laki-laki dari Al 'Ajlan dan isterinya yang sedang keadaan hamil untuk saling melaknat (sumpah)."

(sunan Nasa’I bab li’an ketika hamil no. 3413)



(20)Telah menceritakan kepada kami [Abu An Nu'man] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Abu Bisyr] dari [Sa'id bin Jubair] ia berkata, "Aku pernah bersama [Ibnu Umar] melewati sekelompok orang yang sedang menjadikan ayam sebagai sasaran tembak mereka, ketika mereka melihat Ibnu Umar mereka pun kabur. Ibnu Umar lalu berkata, "Siapa yang melakukan ini! Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaknat orang yang melakukan perbuatan seperti ini." Hadits ini dikuatkan oleh [Sulaiman] dari [Syu'bah] berkata, telah menceritakan kepada kami [Al Minhal] dari [Sa'id] dari [Ibnu Umar] ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaknat orang yang memutilasi hewan." [Adi] menyebutkan dari [Sa'id] dari [Ibnu Abbas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."

(Sahih Bukhari Larangan Memutilasi hewan yg masih hidup no. 5091)





BUKANKAH PERKATAAN DAN PERBUATAN RASULULLAH saw ITU WAHYU? APAKAH ITU ARTINYA BAHWA KETIKA ALLAH, MALAIKAT DAN SELURUH MANUSIA MELAKNAT SESUATU/SESEORANG BISA DIBATALKAN DENGAN LAKNATAN RASULULLAH SAW.?

Selasa, 19 April 2011

MEMBONGKAR KEDUSTAAN USTAD FARID AHMAD OKBAH T (NARASUMBER RADIO DAKTA) TENTANG FASHLUL KITAB

Satu hal yang sering dilakukan oleh Ustad FAO untuk meyakinkan para pendengarnya tatkala beliau menyampaikan ceramah – ceramah anti Syi’ahnya ialah menyebut – nyebut dan sesekali mempertontonkan kepada para hadirin buku – buku atau kitab – kitab yang menghujat Syi’ah, yang – katanya- ditulis oleh ulama atau mantan ulama Syi’ah . Padahal , kitab – kitab atau ulama – ulama yang dijadikanya rujukan itu ditolak dan ditentang secara keras oleh mayoritas ulama Syi’ah. Dan memang cara – cara seperti itulah yang lazim digunakan oleh para pembenci Syi’ah untuk menghujat Syi’ah yakni mengutip perkataan orang – orang Syi’ah yang ‘mbalelo dan nyeleneh’ dan kemudian menjadikannya sebagai amunisi untuk menembaki Syi’ah.

Cara –cara curang seperti ini , sama saja – misalnya – dengan mengutip perkataan ‘menyimpang / sesat’ dari Ulil Abshar Abdallah yang bertentangan dengan keyakinan dan pemahaman ‘mainstream’ Nadhlatul Ulama ( NU ) atau Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ( Aswaja ) . Lalu, kemudian secara sewenang – wenang mengatakan bahwa keyakinan NU dan Aswaja adalah persis seperti yang dipahami atau yang diyakini oleh Ulil Abshar Abdallah tersebut. Kita akan melihat bagaimana cara – cara irrasional seperti ini digunakan oleh Ustad FAO untuk menghantam Syi’ah.

Salah satu kitab favorit Ustad FAO yang sering beliau sebut sebut sekaligus selalu beliau pertontonkan di hadapan jama’ahnya ialah kitab Fashlul Khitab fi Tharif Kitab Rabbil Arbab , tulisan An Nuri . Mari kita simak apa yang beliau katakan tentang kitab ini.

Di dalam VCD bertajuk ‘ Syi’ah dan Perbedaannya dengan Ahlus Sunnah ‘ ( 09:42 ) Ustad FAO berkata :



…….. kalau ini refrensi utamanya orang Syi’ah….. kalau ini adalah rujukannya seluruh ulama Syi’ah di dalam menetapkan adanya pengurangan dan penambahan di dalam Al Qur’an…. Ini kitab asli….namanya Fashlul Khitab fi Tahrif Kitab Rabbil Arbab…. yang kemudian membawakan 1045 riwayat yang menyatakan adanya penambahan dan pengurangan terhadap Al Qur’an …….Nah, ini sangat berbahaya betul ini…. dan ini diakui oleh mereka…..sampai sekarang tidak ditolak oleh mereka……

Di dalam acara Dauroh Sehari di Masjid Al Manar Bekasi Utara, pada tanggal 11 April 2010, beliau mengatakan :

…. Bukan cuma ini…oleh ulama mereka yang disebut dengan An Nuri Ath Tibrisi mengumpulkan seribu empat puluh lima riwayat… ini buku asli..buku asli mereka..namanya Fashlul Kitab fi Tahrif Kitab Robbil Arbab, jadi…… ungkapan yang memutuskan tentang adanya penyimpangan terhadap kitab yang Maha Besar , ..Tuhannya ..Allah SWT…Al Qur’an………………… disini disebutkan ada 1 surah yang hilang dari Al Qur’an yaitu Surah Al Wilayah….. dan disini disebutkan banyak sekali sejumlah ayat yang tidak ada di dalam Al Qur’an sekarang ….1045 riwayat……

Mari kita kupas kebohongan dan dusta yang ‘disenandungkan’ oleh Ustad FAO berkaitan dengan Fashlul Kitab





ULAMA SYI’AH MENOLAK FASHLUL KITAB !.

Kitab yang dimaksudkan oleh Ustad FAO tersebut berjudul Fashlul Khitab fi Tharif Kitab Rabbil Arbab. Kitab ini dicetak pada tahun 1291 H ( +/- 1870 M ) atau kira – kira 140 tahun yang silam. Penulis kitab ini disebut – sebut sebagai seseorang yang bernama Nuri Thabarsi

Siapakah Nuri Thabarsi ini ?. Marilah kita ikuti penjelasan dari kalangan ulama Syi’ah sebagaimana termaktub di dalam buku “ Encyclopedia of Shiah “ ( Digital Islamic Library Project ) ,pada Bab 14. Keyakinan Syi’ah Terhadap Keutuhan Al Qur’an, di bawah subjudul ‘ Thabarsi dan Ketidaklengkapan Al Qur’an ‘, halaman 715 s/d 718, sebagai berikut :

“ Di kalangan Syi’ah ada 3 orang yang menyandang nama Thabarsi. Salah satu diantaranya ialah seseorang yang menulis sebuah buku yang menyebut – nyebut ketidaklengkapan Al Qur’an yang bernama Nuri Thabarsi (( Husain bin Muhammad Taqi Al Nuri Al Thabarsi ) atau Mirza Husain Nuri yang hidup di abad ke 19 dan awal – awal abad kedua puluh yaitu di sekitar tahun 1254 H ( 1838 M ) sampai tahun 1320 H ( 1902 M ).

“ Orang – orang yang getol memvonis kafir terhadap Syi’ah dengan merujuk kepada kitab Al Nuri ini pastilah akan terkaget – kaget jika mengetahui kenyataan bahwa banyak hadis – hadis yang dikutip Al Nuri Al Thabarsi di dalam kitab ini, justru berasal dari kitab – kitab yang terpercaya di kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ( Sunni ) ”.

“ Sebenarnya kitab ini terdiri atas 2 bahagian. Pada bagian pertama, penulis menyajikan riwayat – riwayat Sunni, sedangkan pada bagian kedua memuat riwayat – riwayat Syi’ah. Namun, sekte Wahabi, yang menyebarkan salinan kitab ini untuk menyerang Syi’ah, sengaja menghilangkan bagian buku yang memuat riwayat – riwayat / hadis – hadis Sunni “.

Dalam konteks ini, kita bisa mencium aroma kecurangan Ustad FAO yang mengesankan seolah – olah Fashlul Kitab hanya memuat riwayat – riwayat Syi’ah saja. . Padahal di dalamnya juga termuat riwayat – riwayat / hadis – hadis dari Sunni yang menunjukkan adanya penambahan dan pengurangan di dalam ayat – ayat Al Qur’an. Saya akan menampilkannya dalam tulisan mendatang.

Kembali ke penjelasan Syi’ah.

“ Orang yang bernama Al Nuri maupun bukunya Fashlul Kitab tidak dijadikan otoritas bagi Syi’ah untuk hal apapun. Sebenarnya, ulama-ulama Syi’ah secara sepakat mengutuk pendapat orang ini ketika ia menyatakan pendapat seperti itu. Hal ini menunjukkan bahwa ulama-ulama Syi’ah meyakini bahwa tidak ada satu ayat pun yang hilang dari Quran”.

Mari kita dengarkan pula apa kata tokoh Syi’ah lainnya tentang Al Nuri dan Fashlul Kitab.

“ Nah, salah satu bentuk khianat mereka dalam memperkenalkan Islam dan al-Quran adalah penulisan dan penyebaran buku-buku yang memorak – porandakan barisan persatuan umat Islam; Syiah dan Ahli sunah. Salah satu buku yang kami maksud itu adalah buku Fashlul Khitab fi Tharif Kitab rabbil Arbab, dicetak pada tahun 1291 H, yang dinisbatkan kepada seseorang bernama Mirza Husain Nuri.

“ Para pemuka hauzah ilmiah Najaf saat itu, spontan mengingkari dan mengeluarkan perintah untuk menariknya dari peredaran serta menulis buku yang begitu banyak untuk menentang buku tersebut, di antara para ulama yang mengkritik dan menentang kitab tersebut adalah:

1. Seorang faqih yang bernama Syekh Mahmud bin Abi Qasim yang terkenal dengan Muarrab Tehrani ( wafat pada tahun 1313 H – 1892 M ). Beliau menulis kitab Kasyful Irtiyab fi Adami Tahrifil Kitab.

2. Allamah Sayyid Muhammad Husain Syahristani ( wafat pada tahun 1315 H – 1894 M ) beliau menulis kitab lain dalam rangka menolak kitab Faslul Khitab dengan judul Hifdzul Kitabisy Syarif ‘an Syubhatil Qaul bit Tahrif.

3. Allamah Balaghi ( wafat pada Tahun 1352 H - 1921 M ) salah seorang muhaqqiq hauzah ilmiyah Najaf yang terkenal dengan karyanya, Tafsir Alau Rahman, yang ditulis beliau untuk menjawab isi buku Faslul Khitab.

Semua ulama itu menegaskan bahwa riwayat yang ada di dalamnya dhaif atau lemah baik dari sisi sanad maupun dilalahnya. Hanya sayang seribu sayang, Sebagian ulama Ahlus Sunah Wal Jama’ah tetap bersikeras menuduh, menuding dan memojokkan Syi’ah sebagai aliran yang meyakini tahrif Al Quran, dengan dalih buku ini, buku yang sejak awal ditentang oleh mayoritas ulama Syi’ah.

Dari penjelasan singkat di atas , kita bisa mengidentifikasi sejumlah kedustaan dan kebohongan yang dilontarkan oleh Ustad FAO. Perhatikan baik – baik !.

Kedustaan pertama. Ustad FAO mengatakan bahwa Fashlul Kitab merupakan rujukannya seluruh ulama Syi’ah di dalam menetapkan adanya pengurangan dan penambahan di dalam Al Qur’an. Wahai Ustad FAO, janganlah anda berbohong dan berdusta !. Dimana dan siapakah gerangan orang Syi’ah yang meyakini bahwa Fashlul Kitab itu merupakan rujukannya seluruh ulama Syi’ah ?. Tolong sebutkan siapa saja nama – nama ulama – yang anda katakan ‘seluruh’ itu – yang merujuk kepada kitab itu !. Jujurlah Ustad !, dan itu akan lebih mendekatkan anda kepada kebenaran dan keadilan !. Faktanya, ulama – ulama Syi’ah secara sepakat telah mengutuk pendapat orang ini ketika ia menyatakan pendapat seperti itu !. Lantas, kenapa anda memaksakan kami untuk meyakini apa yang kami tolak dan kami kutuk ?. Kenapa, Ustad ?.

Kedustaan kedua. Ustad FAO mengatakan ….. ini diakui oleh mereka…..sampai sekarang tidak ditolak oleh mereka……. Pertanyaan yang sama Ustad. Siapa saja ‘mereka’ ( mayoritas ulama Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah – pen ) yang anda sebut – sebut mengakui Fashlul Kitab sebagai rujukan adanya penambahan dan pengurangan terhadap Al Qur’an ?. Siapa, Ustad ?. Faktanya, tidak ada ijma’ mayoritas ulama kami yang mengakui nya. Jadi, itu, ‘ cumi ‘ Ustad FAO saja ! !! ( Ma’af , ‘cumi’ adalah akronim dari cuma mimpi ).

Kedustaan ketiga. Lagi – lagi Ustad FAO mengumbar kata dengan mengatakan ….. sampai sekarang ( kitab Fashlul Kitab – pen ) tidak ditolak oleh mereka !. Duh, Ustad, anda berani benar mengatakan sesuatu yang tidak anda ketahui untuk kemudian menyebarkan kedustaan dan kebohongan. Dalam kenyataannya, para ulama kami telah menolak dan menulis buku untuk membantah An Nuri dan Fashlul Kitab-nya seperti yang telah saya paparkan di atas.

Nah, sekarang coba anda dengarkan pula apa kata ulama Syi’ah kotemporer Prof. DR. Muhammad Hadi Ma’rifat yang melakukan penelitian tentang Al Nuri dan Fashlul Kitab di dalam kitabnya Tarikh Al Qur’an, halaman 256 s/d 266 sebagai berikut.

“ Kemudian, setelah lebih dari 200 tahun, Haji Nuri ( w.1320 H ) menulis kitab Fashl Al – Khitab yang menyodorkan sekumpulan tentang masalah ini. Namun keberadaan riwayat tersebut tidak bisa diakui dan tidakmendukung tujuan beliau “

“ Haji Nuri ( Al Nuri ) menukil riwayat – riwayat yang secara umum dinukil dari kitab – kitab yang tidak diakui. Dari 1122 riwayat yang dia sebutkan di dalam kitab Fashl Al Khitab terdapat 815 riwayat yang dinukil dari kitab – kitab yang tak diakui. Kitab – kitab itu adalah sebagai berikut :

1. Risalah_i dar Muhkam wa Mutasyabih_e Qur’an. Sampai sekarang kitab ini tidak jelas siapa penulisnya.
2. Kitab As Saqifah. Kitab yang mengalami perubahan ini dinisbahkan kepada Sulaim bin Qais dan sudah tidak bisa dianggap karyanya lagi.
3. Kitab Al Qira’at, karya Ahmad bin Muhammad Sayyari dikenal sebagai orang yang berstatus lemah dan tidak bisa dipercaya.
4. Tafsir Abil Jarud, dari kalangan Syi’ah Ghulat yang dilaknat oleh Imam Ja’far Shadiq as.
5. Tafsir yang dinisbahkan kepada Ali bin Ibrahim Qomi, namun kitab ini bukan karyanya melainkan karya orang lain dan sudah mengalami perubahan.
6. Kitab Al Istighatsah, karya Ali bin Ahmad Kufi yang dikenal dengan orang yang bermazhab rusak.
7. Sebagian kitab kitab tafsir yang tidak memiliki sanad diakui dan gugur dari hujjah dan kemungkinan bersanad seperti Tafsir Al Ayyasyi, Tafsir Furat bin Ibrahim dan Tafsir Abbul Abbas Mahyar

“ Kitab yang tersebut di atas itulah yang dijadikan sumber rujukan oleh Al Nuri. Dia sendiri mengetahui bahwa kitab kitab tersebut tidak bisa dijadikan sandaran. Sebagaimana yang dikatakan pepatah, ‘ orang yang nyaris tenggelam akan mencari pegangan, meskipun kepada rumput ‘.”

“ Dari 307 sisa riwayat yang dinukil dari kitab – kitab yang diakui, 107 riwayatnya berhubungan dengan bab Qira’at. Perlu diketahui bahwa sebagian dari Imam Imam suci – dalam hal bacaan – mereka mengujarkan secara berbeda – beda. Jelas bahwa perbedaan bacaan tidak ada kaitannya dengan masalah tahrif. Sebab perbedaan Qira’at Sab’ah atau empat belas Qira’at selalu berlaku di tengah – tengah kaum muslimin dan tak seorangpun menganggapnya sebagi bukti adanya tahrif . Kami tidak mengerti mengapa Al Nuri berbuat kesalahan besar ini “

“ Dua ratus riwayat yang tersisa dan dijadikan sebagai sandaran oleh ahli tahrif, kebanyakan tidak menunjukkan adanya masalah tahrif, melainkan menunjukkan masalah – masalah yang lain”.

Walhasil, para tokoh dan ulama Syi’ah sejak dulu sampai sekarang secara tegas sudah menyatakan bahwa orang yang bernama Al Nuri itu bukanlah orang yang layak untuk diikuti dan kitabnya Fashul Kitab telah ditolak dan ditentang secara keras. Pertanyaan kita ialah , kenapa Ustad FAO yang bukan Syi’ah tetap ngotot mati matian membela si Al Nuri dan Fashul Kitab dan secara semena – mena menisbahkannya kepada Syi’ah ?. Apa maksud dan tujuanmu, wahai Ustad ?.

Wallahu ‘alam bis sawab.

Senin, 18 April 2011

KATA-KATA DAQIIQOH DALAM AL-KAFI..DIARTIIN SAMA MUFC [MUAWIYAH FANS CLUB] SEBAGAI MENIT...GUBRAK..!!

oleh Wiro Sableng pada 18 April 2011 jam 13:55

Bismillahirrahmaanirrahiim, Allahumma Sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad

Berawal dari pesan di inbox..yang menanyakan tentang riwayat dari alkafi yang berusaha diplintir same para maniak kebodohan dan fitnah baca:wahabi.....



baca aje deh langsung nih…!!



مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنِ الْحُسَيْنِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَسْبَاطٍ عَنِ الْحَكَمِ بْنِ مِسْكِينٍ عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِنَا قَالَ قُلْتُ لِأَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) مَتَى يَعْرِفُ الْأَخِيرُ مَا عِنْدَ الْأَوَّلِ قَالَ فِي آخِرِ دَقِيقَةٍ تَبْقَى مِنْ رُوحِهِ .



Muhammad bin Yahyaa, dari Ahmad bin Muhammad, dari Al-Husain bin Sa’iid, dari ‘Aliy bin Asbaath, dari Al-Hakam bin Miskiin, dari sebagian shahabat kami, ia berkata : Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam) : “Kapankah orang terakhir mengetahui apa yang ada di sisi yang pertama ?”. Ia menjawab: “Di akhir menit yang tersisa dari ruhnya (sebelum kematiannya)”

[Al-Kaafiy, 1/274].



Hadits di atas menggunakan terminologi ‘menit’ (daqiiqah) sebagai penunjuk waktu yang spesifik. Kata ‘menit’ (yang ekuivalen dengan 60 detik), belum dikenal di masa itu. Masih ada beberapa hadits dalam Al-Kaafiy yang menggunakan terminologi menit.



Oleh karena itu, sangat patut diduga Al-Kaafiy yang beredar sekarang ini ditulis oleh pihak-pihak tertentu (entah siapa) setelah era Al-Kulainiy, karena ia merupakan bahasa serapan dari bahasa ‘ajam yang tidak dikenal di jaman Al-Kulainiy dan sebelumnya.



http://www.facebook.com/notes/1-hakekat-syiah-rafidhoh-imamiah-1/al-kaafiy-sekarang-bukan-al-kaafiy-yang-dulu-/152183214820426



JAWABAN



Oh berarti ibnu hazm dalam almilal itu menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh para ahli bahasa yeh…xixixixxi…dasar dodol



قال أبو محمد فان ذكر في شرق الأرض وغربها وشمالها وجنوبها وفي الف موضع في دقيقة واحدة

Abu Muhammad berkata: ia menyebutakan kata-kata timur bumi, barat, utara dan selatannya diseribu tempat pada waktu yang sama [daqiiqoh wahidah]



وبالله تعالى التوفيق * 114 - مسألة - ولا تجزئ النية في ذلك ولافي غيره من الاعمال إلا قبل الابتداء بالوضوء أو بأى عمل كان متصلة بالابتداء به لا يحول بينهما وقت قل أم كثر * برهان ذلك أن النية لما صح أنها فرض في العمل وجب أن تكون لا يخلو منها شئ من العمل، وإذا لم تكن كما ذكرنا فهى إما أن يحول بينها وبين العمل زمان فيصير العمل بلا نية، وأيضا فانه لو جاز أن يحول بين النية وبين العمل دقيقة لجاز أن يحول بينهما دقيقتان وثلاث وأربع وما زاد إلى أن يلغ الامر إلى عشرات أعوام



Ibnu hazm juga berkata dalam al-muhalla….jika diperbolehkan untuk memberikan jeda antara niat dan perbuatan [daqiiqoh] sesaat saja berarti boleh juga memberikan jeda lebih dari sesaat bahkan sampai sepuluh tahun





Lahirnye ibnu hazm pada tahun 384 atau tidak jauh dari masa Syekh Shoduq dan sezaman pada masa al-Kulaini, dan penggunaan lafadz ini oleh ibnu hazm menunjukan bahwa itu bukan kata yang baru tapi memang digunakan oleh para pendahulu namun bukan berarti menit tapi sesaat…





Si yaqubi juga tukang harat yeh….ajiiibb...!!



على أن علماء الفلك يستخدمون لفظ الدقيقة والثانية لوصف تحركات الأجرام ويرتبط ذلك بالوقت

وهذا كلام من تاريخ اليعقوبي وقد توفي سنة 290هـ قبل وفاة الشيخ الكليني بأكثر من ثلاثين سنة



Yaqubi mengatakan bahwa kalimat daqiqooh bahkan tsaniyah [yang pada zaman sekarang ini diartikan sebagai (daqiqoh)menit dan (tsaniyah) detik]digunakan oleh para ulama falak untuk mensifati peredaran planet dan kata tersebut berhubungan dengan waktu



تاريخ اليعقوبي :

تاريخ اليعقوبي :

( مجتمعة في آخر دقيقة من الحوت

...قال ما شاء الله المنجم: كان الطالع للسنة التي ولد فيها المسيح في الميزان ثماني عشرة درجة، والمشتري في السنبلة إحدى وثلاثين دقيقة راجعاً، وزحل في الجدي ست عشرة درجة و ثمانياً وعشرين دقيقة، والشمس في الحمل دقيقة، والزهرة في الثور أربع عشرة درجة، والمريخ في الجوزاء إحدى وعشرين درجة وأربعا وأربعين دقيقة، و عطارد في الحمل أربع درجات وسبع عشرة دقيقة)

إن مسير الشمس في كل يوم يكون تسعا وخمسين دقيقة ، ومسير أوج القمر سبع دقائق ، ومسير رأس التنين ، وهو الجوزهر ، ثلاث دقائق ، ومسير زحل دقيقتان ، ومسير المشتري خمس دقائق ، ومسير المريخ إحدى وثلاثون دقيقة ، ومسير الزهرة درجة وست وثلاثون دقيقة ، ومسير عطارد أربع درج وخمس دقائق ، ومسير قلب الأسد ست ثوان

ثم لما بحثنا جيدا .. وجدنا أن تاريخ اليعقوبي المتوفي سنة 292 قبل الشيخ الكليني ..





NAH NT PLOTOTIN DAH TUH SI YAQUBI YANG MENINGGAL PADA TAHUN 292 SEBELUM SYEKH KULAINI…





Si pengarang Mujamul Buldan lagi pake bahasa yang engga ade di zamannye yeh….??



die ngejelasin nih bahwa kalimat daqiiqoh memang banyak digunakan tapi bukan berarti menit dan itu banyak digunakan oleh para ahli perbintangan untuk menunjukan panjang dan lebar…!!dasar o’onnye g ketulungan deh wahaboy…!!





إذ ذكر في كتاب معجم البلدان الباب الثالث ج1-ص39

وأما الدرجة والدقيقة : فهي أيضا من نصيب المنجمين يجئ ذكرها في هذا الكتاب في تحديد الطول والعرض . قالوا : الدرجة قدر ما تقطعه الشمس في يوم وليلة من الفلك ، وفي مساحة الأرض خمسة وعشرون فرسخا . وتنقسم الدرجة إلى ستين دقيقة ، والدقيقة إلى ستين ثانية ، والثانية إلى ستين ثالثة ، وترقى كذلك





Ooohhh si khowarizmi ketika memakai kalimat daqiqoh dalam kitabnya Mafatihul Ulum berarti juga lagi ngomong bahasa planet…!!ixxixixixi…

وكذلك ورد في كتاب مفاتيح العلوم للخوارزمي المتوفي سنة 387 وهو كتاب قال عنه المقريزي جليل القدر .. في ص41 :



فلك البروج، هو الدائرة التي ترسمها الشمس بسيرها من المغرب إلى المشرق في سنة واحدة، وهو مقسوم إثني عشر قسماً، وهي البروج. وقد ذكرت أسماءها في الفصل الأول. وطول كل برج منها ثلاثون درجة، وكل درجة ستون دقيقة، وكل دقيقة ستون ثانية، وكل ثانية ستون ثالثة وعلى هذا المثال الروابع والخوامس والسوادس والعواشر والحوادي عشر، إلى ما لا نهاية له



wassalam, wa shollu ala Muhammad wa Aali Muhammad...!!

NAHJUL BALAGHOH DALAM TIMBANGAN

Tidak bisa dipungkiri, bahwa perkataan-perkataan Ali as berasal dari ilmu dan pengetahuannya yang dalam, ruhnya yang mulia dan kekuatan serta kearifannya. Rasulullah Saw dalam sabdanya, selalu menunjukkan keistimewaan karakteristik Ali bin Abi Thalib as dan mengajak umat untuk menikmati sumber ilmu dan ma'rifat ini. Ucapan masyhur Rasulullah mengenai Ali adalah sabda beliau yang berbunyi, "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya."

Anda tentunya tahu bahwa kitab Nahjul Balaghah yang ditulis oleh Sharif Radhi adalah kumpulan pemikiran dan petuah Imam Ali as. Ali adalah Manusia suci yang tak ada duanya sepanjang sejarah. Kata-kata, pidato dan surat-surat yang ditulisnya dan diabadikan oleh Syarif Radhi dalam Nahjul Balaghah adalah manifestasi dari kemuliaan dan keajaiban, yang mengalir dari hati penuh ma'rifat dan cinta kepada Allah. Karakteristik paling penting dari ucapan-ucapan Imam Ali as adalah kefasihan bahasa dan kedalaman makna yang dapat disaksikan dengan baik dalam Nahjul Balaghah. Sekarang, setelah 14 abad berlalu, umat manusia di era ini masih dapat menikmati keluwesan, keindahan dan keatraktifan Nahjul Balaghah.

Syeikh Muhammad Abduh, mufti Mesir tempo dulu, saat berada di negeri asing, berkenalan dengan kitab Nahjul Balaghah. Keberagaman materi dan topik yang dibahas dalam Nahjul Balaghah memberikan kepuasan tersendiri bagi lawan bicaranya dalam berbagai hal. Kitab ini membangkitkan keterpikatan dan ketertarikan luar biasa dalam dirinya sehingga ia sadar telah menemukan harta karun yang sangat berharga. Oleh karena itu, Syeikh Muhammad Abduh menulis syarah atau penjelasan ringkas tentang isi kitab Nahjul Balaghah yang hingga saat ini menjadi rujukan banyak orang yang ingin memahami secara singkat kandungan kata-kata, khutbah dan surat-surat Imam Ali as.

Syeikh Muhammad Abduh mengatakan, "Di masyarakat Arab, tidak ada seorangpun yang tidak berkeyakinan bahwa ucapan Ali as adalah ucapan paling mulia, paling fasih, paling dalam maknanya dan paling lengkap sesudah al-Quran dan Hadits Nabi."

Ali al-Jundi, Dekan Fakultas Ilmu di Universitas Kairo Mesir, dalam buku "Syair dan Hikmah Ali as" mengatakan, "Sebagian orang memiliki kemahiran dalam mengurai kata-kata singkat, sementara sebagian lagi mahir dalam menyampaikan khutbah-khutbah panjang. Dalam kedua hal itu, tak ada yang menandingi Ali as, sebagaimana halnya tak ada yang dapat mengungguli Ali dalam semua keutamaan."

Sayyid Radhi, sekitar seribu tahun yang lalu telah mengumpulkan perkataan-perkataan Ali as dalam bentuk khutbah, surat dan hikmah-hikmah singkat dalam buku berjudul Nahjul Balaghah. Beliau berkata, "Salah satu keajaiban yang hanya ada pada diri Ali as adalah ketika memperhatikan ucapan beliau tentang kezuhudan, wejangan dan penyadaran, orang akan menyangka bahwa penyampai ucapan ini hanya mengenal zuhud dan hidup menyendiri di mihrab serta menjauhkan diri dari kebisingan urusan duniawi. Tak akan ada yang percaya bahwa ucapan yang bergelombang dan penuh makna ini, keluar dari lisan seorang figur agung, yang ikut terlibat secara langsung di medan peperangan dengan gagah berani menghadapi musuh, meski demikian, ia adalah hamba Allah yang paling zuhud dan paling banyak beribadah."

Tidak bisa dipungkiri, bahwa perkataan-perkataan Ali as berasal dari ilmu dan pengetahuannya yang dalam, ruhnya yang mulia dan kekuatan serta kearifannya. Rasulullah Saw dalam sabdanya, selalu menunjukkan keistimewaan karakteristik Ali bin Abi Thalib as dan mengajak umat untuk menikmati sumber ilmu dan ma'rifat ini. Ucapan masyhur Rasulullah mengenai Ali adalah sabda beliau yang berbunyi, "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya."

Alangkah baiknya, kalau kita perhatikan ucapan Ali as sendiri. Suatu hari, salah satu sahabat Ali as ingin menyampaikan sebuah khutbah, tapi ia tak mampu dan lidahnya seakan terkunci. Ali as berkata, "Sesungguhnya lidah adalah bagian dari tubuh dan dikendalikan oleh otak. Jika otak tidak bergolak dan aktif, lidah juga tidak akan menghasilkan apapun. Namun, jika otak terbuka lidah juga akan terbuka. Ali as kemudian berkata, "Sesunguhnya kami adalah pemimpin pasukan kata-kata. Pohon kata-kata berakar di antara kami dan cabang-cabangnya bergantung di atas kepala kami."

Karena hubungan dan ikatannya yang luas dengan Tuhan, maka para kekasih Allah mampu mencapai puncak kesempurnaan tinggi yang tidak mampu dicapai oleh manusia biasa. Imam Ali as merupakan salah satu kekasih Allah yang paling menonjol. Pada pembahasan awal telah kami sebutkan bahwa dalam buku berjudul Nahjul Balaghah, beliau dapat lebih baik dikenali. Kitab Nahjlul Balaghah yang bak sebuah sumber air yang jernih dan bening, dapat membuka harta karun berharga dan makrifat ilahi dalam bagi kita.

Salah satu materi yang dalam Nahjul Balaghah dijelaskan dengan indah dan menarik adalah masalah ibadah serta perhatian terhadap zikir atau mengingat Tuhan. Pada prinsipnya, manusia memiliki pandangan yang berbeda dalam masalah ibadah. Sebagian besar orang memandang ibadah secara picik serta menganggapnya hanya sebagai pelaksanaan kewajiban atau bahkan transaksi dengan Tuhan. Sebagian memiliki pandangan yang arif dan bijak dalam masalah ibadah. Ibadah dalam Nahjul Balaghah dijelaskan secara apik, arif dan bijak.

Dalam pandangan Imam Ali as, ibadah merupakan tangga untuk naik mendekati Tuhan dan mi'raj ruhani ke arah pengenalan yang lebih jauh terhadap-Nya. Dengan kata lain, ibadah adalah perbuatan paling baik dan ungkapan syukur manusia kepada Tuhan pencipta alam semesta. Ali as menyatakan bahwa ibadah adalah mengingat Tuhan. Dan sekaitan dengan hal itu, beliau berkata, "Tuhan telah menjadikan dzikir akan diri-Nya sebagai penyinar hati. Lewat dzikir, jiwa dan hati bisa mendengar, melihat dan menjadi lemah lembut. Di saat tidak ada Nabi di tengah umat, Tuhan memiliki hamba yang dengan mereka Dia menyampaikan rahasia ilahi dan berbicara dengan akal mereka."

Kemudian, Ali as menjelaskan berbagai keadaan dan kedudukan yang dimiliki para ahli ibadah. Imam Ali as berkata, "Malaikat-malaikat selalu menjaga mereka, ketenangan memenuhi hati mereka. Pintu-pintu malakuti terbuka bagi mereka. Kasih sayang Ilahi yang tak terbatas, tercurahkan untuk mereka. Allah Swt melihat kedudukan dan derajat yang mereka peroleh melalui penyembahan dan pengabdian, menyukai amal mereka dan memuji kedudukan mereka. Di saat mereka menyebut Tuhan, mereka mencium bau ampunan Ilahi dan merasakan terkoyaknya tirai gelap dosa-dosa."

Dalam Islam, tertulis jelas bahwa ibadah menyatu dengan urusan keseharian. Sebagian ibadah dilakukan secara berkelompok dan memiliki faedah yang luar biasa. Ibadah yang bersifat pribadi juga telah diatur sedemikian rupa sehingga orang yang menjalankannya akan mengenal tugasnya di kehidupan ini. Misalnya shalat yang merupakan manifestasi penuh dari penyembahan dan ibadah, sebagian kewajibannya bersifat etika dan kemasyarakatan. Ibadah ini mengikat manusia dengan hal-hal kesucian, penghormatan hak orang lain, perhatian kepada waktu, dan kecintaan kepada hamba-hamba Tuhan yang mulia. Islam menilai semua pekerjaan sebagai ibadah berdasarkan niat suci yang baik dan benar.

Imam Ali as menyatakan bahwa dunia ibadah penuh dengan kenikmatan dan sensasi. Kenikmatan ibadah tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan duniawi apapun. Ibadah penuh dengan semangat dan gelora. Menurut Ali as orang yang beruntung adalah orang yang dibuai oleh belaian ibadah dan munajat. Barangsiapa yang melangkahkan kaki dan bermunajat kepada Allah akan mendapatkan ketenangan, keyakinan hakiki dan memasuki dunia terang penuh cahaya tanpa ada kegelapan di dalamnya atau kekhawatiran. Dunia ini sangat menyenangkan dan penuh keindahan.

Imam Ali as dalam Nahjul Balaghah berkaitan dengan hal ini berkata, "Betapa beruntung dan berbahagia orang yang melaksanakan perintah Tuhannya. Tuhan menjadi penolong baginya dan memuji pekerjaannya. Kesulitan dan kesusahan ibarat bagai batu yang hancur lebur tergiling ketika ia menyingkirkan rasa kantuk di malam hari dan menyamarakkannya dengan ibadah malam. Mereka adalah sekelompok orang yang mengusir rasa kantuk karena ketakutan akan hari kiamat. Orang-orang ini bangkit dari tempat tidurnya dan bibir-bibir mereka bergerak pelan memanggil dan berdzikir kepada Tuhannya. Mereka adalah pasukan Allah, mereka adalah orang orang yang beruntung."

Khotbah-khotbah Imam Ali as dinilai dan dihormati sedemikian tingginya di dunia Islam, sehingga hanya dalam waktu seabad setelah wafatnya, khotbah-khotbah itu telah diajarkan dan dibacakan sebagai kata terakhir di da­lam Filsafat Tauhid, sebagai ceramah-ceramah bagi pembangunan watak, sebagai sumber inspirasi yang luhur, sebagai khotbah-khotbah meyakinkan ke arah takwa, sebagai mercu penunjuk ke arah kebenaran dan keadilan, sebagai karya pujian yang menakjubkan tentang Nabi Muhammad (saw) dan Al-Quran al-Karim, sebagai pembicaraan yang meyakinkan tentang nilai-nilai spiritual Islam, sebagai diskusi-diskusi yang menakjubkan tentang sifat-sifat Tuhan, sebagai karya utama kesusastraan, dan sebagai model seni retorika dan keterampilan berbahasa.

:Abdul Hamid ibn Yahya (132 H.), seorang kaligrafis termasyhur pada masa Abbasiyyah.

(2) Ibn al-­Muqaffa (142 H.) mengambil alih tugas pengumpulannya. Jahizh al-Utsmani mengatakan bahwa Ibn al-Muqaffa telah menelaah khotbah-khotbah itu de­ngan sangat cermat dan biasa mengatakan bahwa is telah memuaskan diri­nya dari sumber pokok iimu pengetahuan dan kebijaksanaan dan setiap hari ia mendapatkan inspirasi baru dari khotbah-khotbah Imam Ali ini.

(3) Ibn Nadim, da­lam kitab biografinya al-Fihrist, mengatakan bahwa Hisyam Ibn Sa’ad al-Kalbi (146 H.) juga telah mengumpulkan khotbah-khotbah ini. (al-Fihrist, lbn Na­dim, jil. 7, hlm. 251)

Sejak abad itu dan seterusnya, abad demi abad, pars ulama, sejarawan dan ahli Hadis, membacakan khotbah-khotbah ini, mengutipnya dan membahas makna kata-kata Berta ungkapan yang digunakan Imam Ali, dan mengacunya bilamana mereka memerlukan rujukan tentang teologia, etika, Sunnah dan Al-Quran, atau tentang kesusastraan dan retorika.
:Umar ibn Bahr al-Jahizh (w. 255 H.; 688 M.) mengutip banyak khotbah dari Nahjul Balaghah dalam kitabnya al-Sayan wa at-Tabyin.

2. Ibn Qutaibah ad-Dainuri (w. 276 H.), dalam kitab-kitabnya ’Uyun al-Akhbar, dan Gharib al-Hadits mengutip banyak khotbah dan membahas pengertian dari banyak kata-kata dan ungkapan yang digunakan Imam Ali.

3. Ibn Wadhih al-Ya’qubi (w. 278 H.) menuliskan banyak khotbah dan ucapan Imam Ali dalam kitab Tarikh-nya.

4. Hanifah ad-Dainuri (280 H.) dalam kitabnya, Akhbar ath-Thiwal mengutip banyak khotbah dan ucapan Imam Ali.

5. Abul ’Abbas al-Mubarrad (286 H.), dalam bukunya Kitab al-Mubarrad, juga mengumpulkan banyak khotbah dan ucapan Imam Ali.
:Sejarawan al-Thabari (310 H.) mencatat beberapa dari khotbah ini di dalam kitabnya Tarikh al-Kabir.

2. Al-Halabi (320 H.) telah mengutip khotbah-khotbah ini di dalam kitabnya Tuhfat al-’Uqul. Para penuiis yang berikut ini pun telah mengutip Khotbah-khotbah dan ucapan-ucapan dari Nahjul Balaghah ini secara besar-besaran di dalam kitab-kitab mereka.

3. Ibn Warid (346 H.) dalam al-Mujtabni.

4. Ibn ’Abdi Rabbih (328 H.) dalam bukunya ‘Iqd al-Farid.

5. Siqat al-Islam Kulaini (329 H.) dalam al-Kafi.

6. Ali ibn Muhammad ibn ’Abdullah al-Mada’ini (335 H.) mengumpulkan khotbah-khotbah, Surat-Surat dan ucapan-ucapan Imam Ali dalam kitabnya Yaquth al-Hamawi menyebutkan tentang kitab ini di dalam Mu’jam al-Udaba’, jilid 5, hlm. 313.

7. Sejarawan Mas’udi (346 H.), dalam Muruj adz-Dzahab, telah mengutip beberapa dari Surat dan khotbah Imam Ali.

8. Abul Faraj al-Isfahani (356 H.) dalam al-Aghani.

9. Abu Ali al-Qali (356 H.) dalam an-Nawadir.

10. Syekh Shaduq (381 H.) dalam Kitab at-Tauhid, banyak mengutip khotbah, surat dan ucapan-ucapan ini.

:Syekh Mufid (421 H.) di dalam Kitab al-lrsyad, telah mengutip banyak khotbah, ucapan dan surat-surat Imam Ali.

2. Sayyid Radhi (420 H.) telah menyusun kumpulan khotbah, ucapan dan surat-surat Imam Ali as dan diberi judul : Nahjul Balaghah.

3. Syekh Tha’ifah Abu Ja’far Muhammad ibn Hasan at-Thusi (460 H.) yang hidup sezaman dengan Sayyid Radhi telah mengumpulkan beberapa dari khotbah ini jauh sebelum Sayyid Radhi melaksanakan karyanya.

Yang dapat dikumpulkan Sayyid Radhi dalam Nahjul Balaghah tidak seluruh khotbah dan ucapan Imam Ali. Mas’udi (346 H.) dalam kitabnya yang terkenal, Muruj adz-Dzahab (jilid II, him 33, cetakan Mesir) mengatakan bahwa khotbah-khotbah Imam Ali saja, yang telah dipelihara oleh berbagai orang, berjumlah lebih dari 480 khotbah. Khotbah-khotbah ini diucapkan langsung tanpa persiapan. Orang-orang telah menyalinnya dan telah menyusunnya dalam bentuk kitab; mereka membacakannya dan mengutip bagian-bagiannya ke dalam kitab-kitab mereka.

Nampaknya dari 480 khotbah itu sebagian telah hilang, dan yang dapat dliperoleh Sayyid Radhi hanya sekitar 245 khotbah. Di samping itu, ia juga telah mengumpulkan 75 pucuk surat dan lebih 200 ucapan. Hampir setiap khotbah, surat dan ucapan yang terkumpul di dalam Nahjul Balaghah terdapat di dalam kitab-kitab yang ditulis para penulis yang telah lama meninggal sebelum Sayyid Radhi dilahirkan, sedangkan sebagiannya lagi terdapat di dalam karya-karya para penulis yang walaupun sezaman dengannya namun lebih tua daripadanya dan telah menulis kitab-kitab mereka sebelum Nahjul Balaghah disusun. Sedemikian banyak kutipan para sarjana Muslim dan non Muslim, para ulama, filosof dan sejarawan yang memuji khotbah-khotbah, ucapan dan surat-surat Imam Ali as. Jika seluruh komentar sarjana itu dikumpulkan, maka semua itu akan menjadi sebuah buku yang terdiri dari ratusan halaman. Sementara itu, di bawah ini hanya dicantumkan sebagian kecilnya saja.

1. Ibn Atsir (606 H.) sampai sekarang bukan saja diakui sebaga perawi hadis, tetapi juga seorang pakar besar tentang kata dan kosa kata. Kitabnya an-Nihayah wal Bidayah merupakan kitab sejarah dan makna kata-kata sulit dari Al-Quran dan Hadis. Di dalam kitabnya itu, ia membahas panjang lebar banyak perkataan, ungkapan dan kalimat-kalimat khotbah Imam Ali dari kitab Nahjul Balaghah. la mengatakan bahwa sejauh berkaitan dengan sisi komprehensifnya, kata-kata Imam Ali hanya di bawah Al-Quran.

2. Allamah Syekh Kamaluddin ibn Muhammad Thalhah asy-Syafi’i (w. 652 H.), di dalam kitabnya yang terkenal Mathalib as-Sa’ul, menulis : “Sifat Imam Ali as yang ke-4 adalah kefasihan dan kemahirannya di dalam seni bahasa. Beliau menonjol sedemikian rupa di dalam keahlian ini sehingga tiada seorang pun yang dapat berharap akan sampai kecuali ke tingkat debu sepatunya. Orang yang telah mengkaji Nahjul Balaghah dapat membentuk suatu gagasan tentang kecanggihannya yang sangat tinggi di dalam bidang ini.”

3. Ibn Abil Hadid (w. 655 H.) yang telah menulis sebuah kitab Syarh (komentar) berjilid-jilid tentang khotbah-khotbah itu, menulis: “Khotbah-khotbahnya, surat-surat dan ucapan-ucapannya begitu tinggi nilai sastra maupun kandungan maknanya, sehingga nilainya di atas kata-kata ucapan manusia biasa, dan hanya di bawah firman-firman Tuhan. Tiada yang dapat mengatasinya selain Al-Quran.” Pada bagian lain Ibn Abil Hadid mengatakan, “Kata-katanya adalah mukjizat Nabi Muhammad (saw). Ramalan-ramalannya menunjukkan bahwa pengetahuannya mengatasi manusia biasa.”

4. Allamah Sa’aduddin Taftazani (791 H.) di dalam Syarh al-Maqasid mengatakan bahwa, “Ali mempunyai penguasaan tertinggi atas bahasa, etika dan ajaran agama, dan pada saat yang sama ia adalah seorang orator ulung; khotbah-khotbahnya yang terkumpul di dalam Nahjul Balaghah menjadi saksi atas kenyataan ini.”

5. Allamah Ala’uddin al-Qusyaji (875 H.) dalam Syarh at-Tajrid menyatakan bahwa, “Kitab Nahjul Balaghah yang merupakan khotbah-khotbah dan makna yang terkandung di dalamnya membuktikan bahwa tiada sesuatu yang dapat mengatasinya, kecuali Al-Quran.”

6. Syekh Muhammad Abduh (1323 H.) juga telah menulis sebuah Syarh Nahjul Balaghah. la termasuk di antara pemikir modern yang menyadarkan dunia modern akan keindahan ajaran-ajaran Islam. Kata pengantarnya tentang Syarh-nya sendiri itu patut memperoleh kajian cermat

Pada kata pengantarnya itu, Muhammad Abduh mengatakan bahwa setiap orang yang memahami bahasa Arab pastilah sependapat bahwa khotbah-khotbah dan ucapan-ucapan Ali hanya di bawah firman Allah dan sabda Nabi Muhammad Saw. Kata-kata Imam Ali sedemikian sarat makna dan mengandung gagasan-gagasan yang begitu besar, sehingga kitab Nahjul Balaghah ini harus dikaji dengan sangat cermat, diacu dan dikutip oleh para mahasiswa maupun guru. Guru besar dalam kesusastraan dan falsafah ini meyakinkan universitas-universitas di Kairo dan Beirut untuk memasukkan kitab Nahjul Balaghah di dalam kurikulum untuk studi tingkat atas tentang kesusatraan dan falsafah.

7. Penulis dan orator terkenal Syekh Musthafa al-Ghulayaini yang dipandang sebagai ahli Tafsir AI-Quran serta kesusastraan Arab, di dalam bukunya ’Arij az-Zahr, bab “Gaya Bahasa”, menulis: “Siapa yang dapat menulis lebih baik dari Ali. selain Nabi saw dan Allah SWT. Orang-orang yang hendak mengkaji standar-standar kesusastraan yang paling tinggi, haruslah mengkaji kitab Nahjul Balaghah. Kitab itu mengandung pengetahuan yang sedemikian dalam dan nasihat-nasihat yang sedemikian menakjubkan tentang masalah etika dan agama sehingga kajian yang rutin atasnya akan membuat orang menjadi bijaksana, saleh dan berpikiran luhur dan akan melatihnya menjadi orator kaliber besar.”

8. Al-Ustadz Muhammad Muhyiddin, guru besar bahasa Arab pada Universitas AI-Azhar, Kairo, mengatakan bahwa Nahjul Balaghah merupakan suatu koleksi karya Sayyidina Ali yang disusun Sayyid Radhi. la mengandung contoh-contoh bahasa yang murni, kefasihan yang mulia dan kebijaksanaan yang tinggi sehingga tiada seorang pun selain Ali yang dapat menghasilkan karya semacam itu, karena setelah Nabi Suci Saw, dialah orator terbesar, yang paling ahli tentang bahasa dan kesusastraan serta sumber kebijaksanaan terbesar dalam agama Islam. Dia filosof yang dari kata-katanya mengalir pengetahuan dan kebijaksanaan.

9. AI-Ustadz ’Abdul Wahhab Hammudah, ahli kesusastraan dan hadis serta guru besar Universitas Fuad I di Kairo, dalam tahun 1951, menulis, “Kitab Nahjul Balaghah mengandung segala yang dapat dikatakan atau dituliskan para ulama besar, para guru besar etika, filosof, ilmuwan, ahli agama dan politisi. Kekuatan nasihat yang menakjubkan dan jalan yang luar biasa indah dalam menyajikan argumen serta kedalaman pandangan, membuktiKan bahwa Nahjul Balaghah merupakan karya suatu pikiran super seperti pikiran Ali.”

10. Abdul Masih al-Antaki, editor majalah Kristen al-Amran, Mesir, dalam kitabnya yang terkenal Syarh al-Qasha’id al-Auliya’ menulis, “Tak dapat disangkal bahwa Imam adalah Imam dari para khatib dan orator, dan ia adalah guru dan pemimpin para penulis dan filosof. Ada kebenaran di dalam penegasannya bahwa ucapan-ucapannya lebih tinggi dari ucapan siapa pun dan hanya lebih rendah dari firman Allah Yang Mahakuasa. Tiada diragukan bahwa dialah sumber penulis, pembicara, filosof, ulama dan penyair mengambil inspirasi, yang telah memperbaiki seni dan gaya bahasa mereka. Kumpulan karyanya dinamakan Nahjul Balaghah, yang patut sering-sering dibaca.”

11. Fuad Afram Al-Bustani, guru besar dalam kesusastraan Arab pada perguruan tinggi Quades Yusuf di Beirut adalah seorang penganut Katolik Romawi. la telah mengumpulkan sebuah kitab yang berisi karya-karya pilihan dari para filosof, ilmuwan, ahli agama, dan esayis. la memulai bukunya dengan kata-kata berikut: “Saya hendak memulai karya saya ini dengan pilihan-pilihan dari Nahjul Balaghah. Kitab itu merupakan karya seorang pemikir terbesar dunia….”

12. Polos Salamah, seorang moralis Kristen, penulis, penyair, di dalam bukunya yang ternama, Awal al-Malhamah al-’Arabiyah (Al-Naser Press, Beirut) mengatakan, “Kitab Nahjul Balaghah yang terkenal merupakan karya yang membuat orang tersadarkan akan pemikiran-pemikiran besar Ali ibn Abi Thalib. Tiada kitab yang mengatasinya kecuali Qur’an. Di dalamnya anda akan mendapatkan mutiara pengetahuan terpenting dalam rantai-ranta indah, bunga-bunga bahasa yang membuat pikiran orang semerbak dengan bau harum dan menyenangkan tentang heroisme dan keluhuran, dan aliran bahasa murni yang lebih manis dan lebih sejuk dari sumber Kautsar, yang terus mengalir secara tetap dan menyegarkan pikiran pembaca.
Allah