judul blog

Gudang Data Notes dan SS Facebookers Syiah Berikut Beberapa Tulisan Penting Seputar Syiah

Selasa, 04 Juni 2019

IDUL FITRI KELUARGA NABI SAW

Usai salat Asar, setelah seharian merasa sedih, karena bulan Ramadhan akan segera berakhir, Ali kemudian pulang dari masjid.

Sesampainya di rumah, ia disambut sang istri tercinta Fathimah Az-Zahra dengan pertanyaan penuh perhatian. "Kenapa engkau terlihat pucat, kekasihku,” demikianlah sapa Sayyidah Fatimah. "Tak ada tanda-tanda keceriaan sedikitpun di wajahmu, padahal sebentar lagi kita akan menyambut hari kemenangan?”

Ali hanya terdiam lesu, tak berapa lama kemudian ia minta pertimbangan sang istri untuk mensedekahkan semua simpanan pangannya kepada fakir miskin. "Hampir sebulan kita mendapat pendidikan dari Ramadhan, bahwa lapar dan haus itu teramat pedih. Segala puji bagi Allah, yang sering memberi hari-hari kita dengan perut sering terisi."

Sore itu juga, beberapa jam sebelum takbir berkumandang, Ali ibn Abi Thalib terlihat sibuk mendorong pedatinya, yang terdiri dari tiga karung gandum dan dua karung kurma hasil dari panen kebunnya. Ia berkeliling dari pojok kota dan perkempungan untuk membagi-bagikan gandum dan kurma itu kepada fakir miskin dan yatim/piatu.

Sementara istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, sambil menuntun dua putranya Hasan dan Husein (cucu Nabi), nampak di tangannya memegang kantong plastik yang besar. Mereka sekeluarga, kompak mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni. Begitu mereka berjalan sampai larut malam, tangannya membagikan santunan, bibirnya bertakbir kepada Allah.

Esok harinya tiba salat Idul Fitri, Sayyidina Ali naik mimbar dan berkutbah di Masjid Qiblatain, potongan isi khutbah itu di antaranya tentang beberapa tanda-tanda orang yang mendapatkan "taqwa" dari puasanya yang sebulan penuh, "Yaitu mereka yang peka hati nuraninya, sehingga menggerakkan tangannya untuk peduli kepada sesama, berbagi rezeki, berbagi kebahagiaan, berbagi senyuman yang hangat, sebab kita semua sudah merasakan, bahwa lapar dan dahaga itu sesuatu yang berat"

Begitulah Imam Ali, beliau tak akan pernah mengucapkan, sebelum ia sendiri sudah melakukan dan memberi keteladanan. Setelah Salat 'Id selesai dan hari masih sangat pagi, sahabat beliau, Ibnu Rafi’i dan Abu Al Aswad Ad Du’ali berkunjung dan bermaksud mengucapkan selamat ‘Idul Fitri kepada keluarga Rasulullah SAW tersebut.

Saat pintu terbuka, alangkah kagetnya mereka berdua, kedua hidung dua karib ini mencium aroma tak sedap, dari nampan yang berisi gandum dan roti kering dan disantapnya makanan yang itu dengan lahapnya. Seketika itu Ibnu Rafi’i dan dan Al Aswad Ad-Du’ali berucap istighfar, sambil berpelukan dan menangis, karena kedua dada sahabat ini ada yang nyeri di sana.

Merasa tak kuat melihat pemandangan itu, mereka kemudian berpamitan sebelum berpelukan. Mereka pun pergi menjauh dari pemandangan menggetarkan itu. Di sepanjang jalan mata Ibnu Rafi’i berlinang air mata, perlahan butiran itu menetes di pipinya dan jatuh ke tanah seperti mengukir sebuah jejak kesedihan sampai ke kediamannya.

Idul Fitri yang seharusnya penuh suka cita, tapi pagi itu mereka bersedih. Sementara Abu Al Aswad Ad Du’ali, terus bertakbir di sepanjang jalan, kecamuk dalam dadanya sangat kuat, setengah lari ia pun bergegas menghadap Rasulullah SAW. Tiba di depan Rasulullah, ia pun mengadu, “Ya Rasulullah. Putra baginda, putri baginda dan cucu baginda,” ujar Ad Du’ali terbata-bata. “Tenangkan dirimu, ada apa wahai sahabatku?” kata Rasulullah menenangkan.

“Segeralah ke rumah menantu dan putri baginda, Ya Rasulullah. Saya khawatir cucu baginda Hasan dan Husein akan sakit.” “Ada apa dengan cucuku dan keluargaku?” “Saya tak kuat menceritakan itu sekarang, lebih baik anda menengoknya...”

Tak berpikir lama, Rasulullah pun segera menuju rumah putrinya. Tiba sampai di halaman rumah, tak ada apa-apa yang dikhawatirkan oleh Ad Du’ali. Justru tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah dan kedua anaknya.

Bahkan, yang sedikit aneh, mata Ad-Du’ali sendiri menyaksikan, ternyata keluarga itu masih menyimpan sedikit kurma yang layak dikonsumsi untuk menyambut tamu yang datang. Mata Rasulullah pun sembab, beliau terharu, sebab ia sendiri melihat bekas-bekas roti kering yang sudah disantap keluarga itu. Tak terbendung juga butiran mutiara bening menghiasi wajah Rasulullah SAW nan bersih.

“Ya Allah, Allahumma Isyhad. Ya Allah saksikanlah, saksikanlah," demikian bibir Rasulullah berbisik lembut.

Sayyidatuna Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumah, ayahnya sedang berdiri tegak. Gandum kering yang dipegangnya terjatuh ke lantai. “Abah, kenapa engkau biarkan dirimu berdiri di situ, tanpa memberi tahu kami, oh, relakah abah menjadikan kami anak yang tak berbakti?" Berondong Fathimah spontan, lalu mencium tangan Abahnya dan menggiringnya ke ruang tamu.

"Kenapa Abah menangis? Kenapa pula sahabat ad-Duali mengikuti di belakang Abah,” Rasulullah tak tahan mendengar pertanyaan itu. Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya sambil berujar, “Semoga kelak surga tempatmu Nak. Surga untukmu.” Mereka yang ada di situ lalu menjawab bersama-sama, "Allahuma Aaamin".

Air mata Rasulullah tiba-tiba mengucur deras, saat melihat sendiri dengan matanya akan kesederhanaan dan kebersahajaan puteri beliau bersama keluarganya.

Di hari Idul Fitri, di saat semua orang berkumpul, berbahagia dengan hidangan aneka macam kuliner, keluarga Rasulullah cukup tersenyum bahagia dengan gandum dan sepotong roti kering. Demikianlah kesaksikan ad-Duali dan Ibnu Rafi’i atas keluarga Rasulullah SAW pada hari ‘Idul Fitri.

Ibnu Rafi’i berkata, “Itulah salah satu dampak pendidikan Ramadhan bagi keluarga Nabi, dan aku diperintahkan oleh Rasulullah SAW agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap ‘Idul Fitri. Aku pun simpan kisah itu dalam hatiku. Namun, setelah Rasulullah wafat, aku takut dituduh menyembunyikan hadis, maka terpaksa aku ceritakan agar jadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin untuk benar-benar bisa mengambil hikmah dari madrasah Ramadhan.” (Musnad Imam Ahmad, jilid 2)

AMALAN MALAM TAKBIRAN IDUL FITRI

1. Mandi
2. Menghidupkan malam itu dengan doa dan istighfar di masjid
3. Setelah sholat magrib disunnahkan membaca.

  اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ لا إلـهَ إلاّ اللهُ وَاللهُ أكْبَرُ،اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ، الْحَمْدُ للهِ عَلى ما هَدانا وَلَهُ الشُّكْرُ على ما أوْلانا

4. Disunnahkan pula setelah melakukan sholat magrib dan nafilahnya membaca doa

"يا ذَا الْمَنِّ وَالطَّوْلِ، يا ذَا الْجُودِ، يا مُصْطَفِيَ مُحَمَّد وَناصِرَهُ، صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآل مُحَمَّد، وَاغْفِرْ لي كُلَّ ذَنْب أحْصَيْتَهُ ا وَهُوَ عِنْدَكَ في كِتاب مُبين، ثمّ يسجد ويقول في سجوده مئة مرّة: أتُوبُ إلَى اللهِ".

5. Membaca ziarah Imam Husain as
6.membaca doa ini sebanyak 10 x

يا دائِمَ الفَضْلِ عَلى البَرِيَّةِ، يا باسِطَ اليَّدِيْنِ بِالعَطِيَّةِ، يا صاحِبَ المَواهِبِ السَّنِيَّةِ، صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ خَيْرِ الوَرى سَجِيَّةً، وَاغْفِرْ لَنا يا ذا العُلى فِي هِذِهِ العَشِيَّةِ

7. Sholat 10 rokaat,  dan dalam setiap rokaatnya membsca alfatihah dan surat alikhlas 10x, lalu membaca dzikir dibawah ini disetiap ruku dan sujudnya 10x

"سُبْحانَ الله وَالحَمْدُ للهِ وَلا إِلهَ إِلاّ الله وَالله أَكْبَرُ"،

Setelah selesai dari sholat tersebut maka membaca istighfar dibawah ini sebanyak 1000x

"سُبْحانَ الله وَالحَمْدُ للهِ وَلا إِلهَ إِلاّ الله وَالله أَكْبَرُ"،

8. Sholat dua rokaat setelah sholat magrib dan isya,  dalam rokaat pertama membaca alfatihah 1x dan alikhlas 1000x (dalam riwayat lain disebutkan membaca alikhlas hanya 100x) , lalu pada rokaat yg kedua membaca alfatihah 1x dan alikhlas 1x, setelah salam membaca

أتُوبُ إلَى اللهِ، يا ذَا الْمَنِّ وَالطَّوْلِ، يا مُصْطَفِيَ مُحَمَّد صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ، صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِهِ وَافْعَلْ بي (sebutkan hajat kita)

Lalu membaca doa

"يا اللهُ يا اللهُ يا اللهُ، يا رَحْمنُ يا اللهُ، يا رَحيمُ يا اللهُ، يا مَلِكُ يا اللهُ، يا قُدُّوسُ يا اللهُ، يا سَلامُ يا اللهُ، يا مؤْمِنُ يا اللهُ يا مُهَيْمِنُ يا اللهُ، يا عَزيزُ يا اللهُ، يا جَبّارُ يا اللهُ، يا مُتَكَبِّرُ يا اللهُ، يا خالِقُ يا اللهُ، يا بارِئُ يا اللهُ، يا مُصَوِّرُ يا اللهُ، يا عالِمُ يا اللهُ، يا عَظيمُ يا اللهُ، يا عَليمُ يا اللهُ، يا كَريمُ يا اللهُ، يا حَليمُ يا اللهُ، يا حَكيمُ يا اللهُ، يا سَميعُ يا اللهُ، يا بَصيرُ يا اللهُ، يا قَريبُ يا اللهُ، يا مُجيبُ يا اللهُ، يا جَوادُ يا اللهُ، يا ماجِدُ يا اللهُ، يا مِليُّ يا اللهُ، يا وَفِيُّ يا اللهُ، يا مَوْلى يا اللهُ، يا قاضي يا اللهُ، يا سَريعُ يا اللهُ، يا شَديدُ يا اللهُ، يا رَؤوفُ يا اللهُ، يا رَقيبُ يا اللهُ، يا مَجيدُ يا اللهُ، يا حَفيظُ يا اللهُ، يا مُحيطُ يا اللهُ، يا سَيِّدَ السّاداتِ يا اللهُ، يا أوَّلُ يا اللهُ، يا آخِرُ يا اللهُ يا ظاهِرُ يا اللهُ، يا باطِنُ يا اللهُ، يا فاخِرُ يا اللهُ، يا قاهِرُ يا اللهُ، يا رَبّاهُ يا اللهُ يا رَبّاهُ يا اللهُ يا رَبّاهُ يا اللهُ، يا وَدُودُ يا اللهُ، يا نُورُ يا اللهُ، يا رافِعُ يا اللهُ، يا مانِعُ يا اللهُ، يا دافِعُ يا اللهُ، يا فاتِحُ يا اللهُ، يا نَفّاحُ يا اللهُ، يا جَليلُ يا اللهُ، يا جَميلُ يا اللهُ، يا شَهيدُ يا اللهُ، يا شاهِدُ يا اللهُ، يا مُغيثُ يا اللهُ، يا حَبيبُ يا اللهُ، يا فاطِرُ يا اللهُ، يا مُطَهِّرُ يا اللهُ، يا مَلِكُ يا اللهُ، يا مُقْتَدِرُ يا اللهُ، يا قابِضُ يا اللهُ، يا باسِطُ يا اللهُ، يا مِحيي يا اللهُ، يا مُميتُ يا اللهُ يا باعِثُ يا اللهُ، يا وارِثُ يا اللهُ، يا مُعطي يا اللهُ، يا مُفْضِلُ يا اللهُ، يا مُنْعِمُ يا اللهُ، يا حَقُّ يا اللهُ، يا مُبينُ يا اللهُ، يا طَيِّبُ يا اللهُ، يا مُحْسِنُ يا اللهُ، يا مُجْمِلُ يا اللهُ، يا مُبْدِئُ يا اللهُ، يا مُعيدُ يا اللهُ، يا بارِئُ يا اللهُ، يا بَديعُ يا اللهُ، يا هادي يا اللهُ، يا كافي يا اللهُ، يا شافي يا اللهُ، يا عَلِىُّ يا اللهُ، يا عَظيمُ يا اللهُ، يا حَنّانُ يا اللهُ، يا مَنّانُ يا اللهُ، يا ذَا الْطَّوْلِ يا اللهُ، يا مُتَعالي يا اللهُ، يا عَدْلُ يا اللهُ، يا ذَا الْمَعارِجِ يا اللهُ، يا صادِقُ يا اللهُ، يا صَدُوقُ يا اللهُ، يا دَيّانُ يا اللهُ، يا باقي يا اللهُ، يا واقي يا اللهُ، يا ذَا الْجَلالِ يا اللهُ، يا ذَا الإكْرامِ يا اللهُ، يا مَحْمُودُ يا اللهُ، يا مَعْبُودُ يا اللهُ، يا صانِعُ يا اللهُ، يا مُعينُ يا اللهُ، يا مُكَوِّنُ يا اللهُ، يا فَعّالُ يا اللهُ، يا لَطيفُ يا اللهُ، يا غَفُورُ يا اللهُ، يا شَكُورُ يا اللهُ، يا نُورُ يا اللهُ، يا قَديرُ يا اللهُ، يا رَبّاهُ يا اللهُ يا رَبّاهُ يا اللهُ يا رَبّاهُ يا اللهُ يا رَبّاهُ يا اللهُ يا رَبّاهُ يا اللهُ يا رَبّاهُ يا اللهُ يا رَبّاهُ يا اللهُ يا رَبّاهُ يا اللهُ يا رَبّاهُ يا اللهُ يا رَبّاهُ أسْألُكَ أنْ تُصَلِّيَ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، وَتَمُنَّ عَلَيَّ بِرِضاكَ، وَتَعْفُوَ عَنّي بِحِلْمِكَ، وَتُوَسِّعَ عَلَيَّ مِنْ رِزْقِكَ الْحَلالِ الطَّيِّبِ، وَمِنْ حَيْثُ أحْتَسِبُ وَمِنْ حَيْثُ لا أحْتَسِبُ، فَإنّي عَبْدُكَ لَيْسَ لي أحَدٌ سِواكَ، وَلا أحَدٌ أسْألُهُ غَيْرُكَ يا أرْحَمَ الرّاحِمينَ، ما شاءَ اللهُ لا قُوَّةَ إلاّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظيمِ ثم تسجد وتقول يا اللهُ يا اللهُ يا اللهُ، يا رَبُّ رَبُّ رَبُّ يا مُنْزِلَ الْبَرَكاتِ بِكَ تُنْزَلُ كُلُّ حاجَة، أسْألُكَ بِكُلِّ اسْم في مَخْزُونِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، وَالأسْماءِ الْمَشْهُورةِ عِنْدَكَ، الْمَكْتُوبَةِ عَلى سُرادِقِ عَرْشِكَ، أنْ تُصَلِّيَ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، وَأنْ تَقْبَلَ مِنّي شَهْرَ رَمَضانَ، وَتَكْتُبَني مِنَ الْوافِدينَ إلى بَيْتِكَ الْحَرامِ، وَتَصْفَحَ لي عَنِ الذُّنُوبِ الْعِظامِ، وَتَسْتَخْرِجَ لي يا رَبِّ كُنُوزَكَ يا رَحْمـنُ ".

9. Sholat 14 rokaat dan dalam setiap rokaatnya membaca alfatihah 1x, ayat kursi 1x dan alikhlas 3x.

Kamis, 18 April 2019

Munaajaat Sya'baniyyah

MUNAJAT SYABANIYYAH

Al-Munajat al-Sha'baniyyah adalah doa yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib as yang selalu diamalkan di bulan Syaban.

Arti Munajat
Doa 'ini telah dikenal sebagai " _Munajat_ " karena kekhususannya. _Munajat_ berasal dari akar kata yang sama dengan _"al-Najwa_" yang memiliki arti "Berbicara dengan jarak dekat atau pembicaraan rahasia" hal ini dapat dipahami bahwa _Munajat_ adalah perbincangan pribadi secara rahasia dalam jarak dekat secara spiritual antara hamba dan Tuhannya,
Sebagaimana dalam firman Allah :

58.Al-Mujādalah : 7

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَىٰ ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَىٰ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ۖ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Tidakkah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? *Tidak ada pembicaraan rahasia* antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Munajat ini memang diajarkan oleh Ahlulbait as untuk persiapan spiritual menuju gerbang Ramadhan agar para hamba Allah dapat menjalankan puasa ramadhan dengan baik dan mendapatkan keberkahan maksimal pada bulan tersebut.

Hal tersebut tercermin dari isi munajat syabaniyah,  berikut ringkasan isi munajat syabaniyah :

1. Pengakuan dosa dan penyerahan diri total dihadapan keagungan Allah.

2. Harapan agar Allah memberikan jalan untuk mendekat kepada-Nya

3. Pengakuan tidak ada sesembahan yang layak disembah kecuali Allah dan Dia adalah sebaik-baiknya tempat kembali.

4. Mengharap agar lebih mengenal diri-Nya, karena dengan lebih mengenal Diri-Nya seorang hamba memiliki kesiapan untuk bertemu dengan-Nya

Wasiat para ulama tentang munajat syabaniyah

Mirza Jawad al-Tabrizi berkata: "Munajat Syabaniyah adalah doa yang terkenal, banyak sekali dari pengikut Ahlulbait mengamalkan dan mendawamkan doa ini pada bulan syaban.

Munajat ini mengandung begitu banyak ilmu yang mengajarkan tentang bagaimana seharusnya kita bersikap di hadapan Allah...

Dan saya menganjurkan bagi seorang salik untuk tidak pernah meninggalkan doa ini. Karena ini adalah doa yang luar biasa dan kita akan mendapatkan keberkahan dari Ahlulbait insyaalah.

Wasiat Sayid Ali al-Husseini al-Khamenei : Saudara-saudaraku, anak-anakku, wahai para pemuda islam yang saya cintai!

Manfaatkan hari-hari ini (bulan syaban)  untuk bersimpuh meminta ampun dihadapan Allah, penuhi hatimu yang murni hanya tertuju kepada-Nya dan berbicaralah dengan-Nya. Karena pada bulan-bulan ini para imam kita  - yang telah mencapai derajat puncak kedekatan kepada Allah - telah berbicara kepada Tuhan dengan berbagai macam cara yang berbeda-beda dan mengajarkan kita cara untuk berbicara dengan-Nya.

Doa-doa pada bulan Rajab dan Syaban mengandung Pengetahuan yang tinggi, ungkapan yang lembut dan cemerlang serta rangkaian kata yang begitu menakjubkan , doa ini semua merupakan sarana bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Syekh Abbas al-Qummi berkata, "Ini adalah doa yang agung yang diriwayatkan dari para imam as, berdoalah dengan doa ini dengan kesadaran dan kehadiran hati yang penuh"

Imam Ruhollah Mousawi Khomeini berkata: Semua hal yang disebutkan oleh para ulama irfan dalam buku yang mereka tulis dapat ditemukan dalam doa ini.

Allah