oleh Jjihad 'Ali pada 17 November 2010 jam 21:17
Tepat pada saat orang-orang kafir Qureiys selesai mempersiapkan komplotan terror untuk membunuh Rasul Allah SAWW Madinah telah siap menerima kedatangan beliau. Nabi Muhammad SAWW meninggalkan kota Makkah secara diam-diam di tengah kegelapan malam. Beliau bersama Abu Bakar meninggalkan kampung halaman, keluarga tercinta dan sanak famili. Beliau SAWW berhijrah, seperti dahulu pernah juga dilakukan Nabi Ibrahim as. dan Musa a.s.
Di antara orang-orang yang ditinggalkan Nabi Muhammad s.a.w. termasuk puteri kesayangan beliau, Syd.Fatimah (sa) dan putera paman beliau yang diasuh dengan kasih sayang sejak kecil, yaitu Imam Ali (sa) yang selama ini menjadi orang yg paling terpercaya bg beliau SAWW.
Imam Ali (sa) sengaja ditinggalkan oleh Nabi Muhammad untuk melaksanakan tugas khusus: berbaring di tempat tidur beliau, guna mengelabui mata komplotan Qureiys yang siap hendak membunuh beliau. Sebelum Imam Ali (sa) melaksanakan tugas tersebut, ia dipesan oleh Nabi Muhammad SAWW. agar barang-barang amanat yang ada pada beliau dikembalikan kepada pemiliknya masing-masing. Setelah itu bersama semua anggota keluarga Rasul Allah saww untuk segera menyusul berhijrah.
Malam ketika Ali as tidur menggantikan Nabi Saww adalah malam yang diabadikan Al Qur'an ,dimana Allah Ta'ala membanggakan pengorbanan Ali (sa) kepada para malaikatNYA,bahkan Jibril dan Mikali turun menjaga Imam Ali (sa) serta mengucapkan salam bagi beliau (sa)
Setelah menunaikan semua amanat Nabi SAWW Imam Ali (sa) membeli seekor unta untuk kendaraan bagi wanita yang akan berangkat hijrah bersama-sama. Rombongan hijrah yang menyusul perjalanan Rasul Allah s.a.w. terdiri dari keluarga Bani Hasyim dan dipimpin sendiri oleh Imam Ali (as).
Di dalam rombongan ini termasuk Sitti Fatimah (sa) Fatimah binti Asad bin Hasyim (ibu Imam Ali r.a.), Fatimah binti Zubair bin Abdul Mutthalib dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutthalib. Aiman dan Abu Waqid Al Laitsiy, ikut bergabung dalam rombongan. Rombongan Hijrah ini berangkat dalam keadaan terburu-buru tanpa persiapan yang memadai , dan Perjalanan ini tidak dilakukan secara diam-diam.
Dalam perjalanan Abu Waqid berjalan cepat-cepat menuntun unta yang dikendarai para wanita, agar jangan terkejar oleh orang-orang kafir Qureiys. Mengetahui hal itu, Imam Ali (sa). segera memperingatkan Abu Waqid, supaya berjalan perlahan-lahan, karena semua penumpangnya wanita. Rombongan berjalan melewati padang pasir di bawah sengatan terik matahari.
Imam Ali (sa), sebagai pemimpin rombongan, berangkat dengan semangat yang tinggi. Beliau siap menghadapi segala kemungkinan yang bakal dilakukan orang-orang kafir Qureiys terhadap rombongan. Ia bertekad hendak mematahkan moril dan kecongkakan mereka. Untuk itu IA (SA) SANGAT SIAP Melakukan perlawanan tiap saat.
Mendengar rombongan Imam Ali sa berangkat, orang-orang Qureiys sangat penasaran. Lebih-lebih karena rombongan Imam Ali sa BERANI meninggalkan Makkah secara TERANG-TERANGAN di siang hari. Orang-orang Qureiys menganggap bahwa keberanian Imam Ali sa yang semacam itu sebagai tantangan terhadap mereka.
Orang-orang Qureiys cepat-cepat mengirim delapan orang anggota pasukan berkuda untuk mengejar Imam Ali sa dan rombongan. Pasukan itu ditugaskan menangkapnya hidup-hidup atau mati.
Delapan orang Qureiys itu, di sebuah tempat bernama Dhajnan berhasil mendekati rombongan Imam Ali sa
Setelah Imam Ali sa mengetahui datangnya pasukan berkuda Qureiys, ia segera memerintahkan dua orang lelaki anggota rombongan agar menjauhkan unta dan menambatnya. Ia sendiri kemudian menghampiri para wanita guna membantu menurunkan mereka dari punggung unta.
Seterusnya ia MAJU seorang diri menghadapi gerombolan Qureisy dengan pedang terhunus. Rupanya Imam Ali sa hendak berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka. Ia tahu benar bagaimana cara menundukkan mereka.
Melihat Imam Ali sa mendekati mereka, gerombolan Qureiys itu berteriak-teriak menusuk perasaan:
"Hai penipu, apakah kaukira akan dapat menyelamatkan perempuan-perempuan itu? Ayo, kembali! Engkau sudah tidak berayah lagi."
Imam Ali sa dengan tenang menanggapi teriakan-teriakan gerombolan Qureiys itu. Ia bertanya:
"Kalau aku tidak mau berbuat itu...?"
"Mau tidak mau engkau harus kembali," sahut gerombolan Qureiys dengan cepat.
Mereka lalu berusaha mendekati unta dan rombongan wanita. Imam Ali sa menghalangi usaha mereka.
Jenah, seorang hamba sahaya milik Harb bin Umayyah, mencoba hendak memukul Imam Ali sa dari atas kuda. Akan tetapi belum sempat ayunan pedangnya sampai, hantaman pedang Imam Ali r.a. telah mendahului tiba di atas bahunya.
Tubuhnya TERBELAH menjadi dua, sehingga pedang Imam Ali sa sampai menancap pada punggung kuda. Serangan-balas secepat kilat itu sangat menggetarkan teman-teman Jenah.
Sambil menggeretakkan gigi, Imam Ali sa berkata:
"Lepaskan orang-orang yang hendak berangkat berjuang! Aku tidak akan kembali dan aku tidak akan menyembah selain Allah Yang Maha Kuasa!"
Gerombolan Qureiys mundur. Mereka meminta kepada Imam Ali sa untuk menyarungkan kembali pedangnya. Imam Ali sa dengan tegas menjawab:
"AKU HENDAK BERANGKAT MENYUSUL SAUDARAKU..PUTRA PAMANKU ,RASULULLAH..SIAPA YANG INGIN KUROBEK DAGINGNYA DAN KUTUMPAHKAN DARAHNYA COBALAH ..MAJU DAN DEKATI AKU "
Tanpa memberi jawaban lagi gerombolan Qureiys itu segera meninggalkan tempat. Kejadian ini mencerminkan watak konfrontasi bersenjata yang bakal datang antara kaum muslimin melawan agresi kafir Qureiys.
Di Dhajnan, rombongan Imam Ali sa beristirahat semalam. Ketika itu tiba pula Ummu Aiman (ibu Aiman). Ia menyusul anaknya yang telah berangkat lebih dahulu bersama Imam Ali sa Bersama Ummu Aiman turut pula sejumlah orang muslimin yang berangkat hijrah.
Keesokan harinya rombongan Imam Ali r.a. beserta rombongan Ummu Aiman melanjutkan perjalanan. Imam Ali sa sudah rindu sekali ingin segera bertemu dengan Rasul Allah s.a.w.
Waktu itu Rasul Allah saww bersama Abu Bakar sudah tiba dekat kota Madinah. Untuk beberapa waktu, beliau tinggal di Quba. Beliau menantikan kedatangan rombongan Imam Ali sa Kepada Abu Bakar , Rasul Allah s.a.w. memberitahu, bahwa beliau tidak akan memasuki kota Madinah, sebelum putera pamannya dan puterinya sendiri datang.
Selama dalam perjalanan itu Imam Ali sa. tidak berkendaraan sama sekali.
Ia berjalan kaki dengan menempuh jarak Ratusan km sehingga kakinya pecah-pecah dan bengkak.
Akhirnya tibalah semua anggota rombongan dengan selamat di Quba. Betapa gembiranya Rasul Allah Saww menyambut kedatangan orang-orang yang disayanginya itu....
Namun..Ketika Nabi Muhammad saww . melihat Imam Ali sa. tidak sanggup berjalan lagi karena kakinya membengkak...pecah berurai Airmata Nabi Saww...
Beliau merangkul dan memeluknya seraya menangis karena sangat terharu...
Beliau kemudian meludah di atas telapak tangan, lalu diusapkan pada kaki Imam Ali sa ..
Sejak saat itu sampai wafatnya, Imam Ali r.a. tidak pernah mengeluh karena sakit kaki.
Peristiwa yang sangat mengharukan itu berkesan sekali dalam hati Rasul Allah s.a.w. dan tak terlupakan selama-lamanya.
Berhubung dengan peristiwa hijrah Ali dan pengorbanan beliau (sa), turunlah wahyu Ilahi yang memberi penilaian tinggi kepada kaum Muhajirin, seperti terdapat dalam Surah Ali 'Imran:195.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar