judul blog

Gudang Data Notes dan SS Facebookers Syiah Berikut Beberapa Tulisan Penting Seputar Syiah

Sabtu, 01 Januari 2011

Cerita ringkas , Sariyyah (Ekspedisi) Usamah dan Sahabat Yang tidak Patuh pada Keputusan Rasulullah SAWW ....

oleh Jjihad 'Ali pada 12 Oktober 2010 jam 0:29

Dua hari menjelang wafatnya Rasulullah SAWW, beliau telah siapkan sebuah pasukan untuk memerangi Roma. Usamah bin Zaid yang saat itu berusia delapan belas tahun diangkat sebagai komandan pasukan perang. Tokoh-tokoh Muhajirin dan Anshar seperti Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah bin jarrah dan sahabat-sahabat besar lainnya diperintahkan untuk berada di bawah pasukan Usamah ini. Sebagian mereka mencela pengangkatan Usamah.



Mereka berkata, "Bagaimana Nabi bisa menunjuk seorang anak muda yang belum tumbuh janggut sebagai komandan pasukan kami?" Sebelum itu mereka juga pernah mencela pengangkatan ayahnya oleh Nabi. Sedemikian rupa mereka memprotes Nabi SAWW sampai beliau SAWW marah sekali.



Dengan kepalanya yang suci terikat karena deman panas yang dideritanya, Rasulullah keluar dengan dipapah oleh dua orang dalam keadaan dua kakinya yang terseret-seret menyentuh bumi. Nabi naik ke atas mimbar, memuji Allah dan bertahmid pada-Nya. Sabdanya: "Wahai muslimin, apa gerangan kata-kata sebagian di antara kalian yang telah sampai ke telingaku berkenaan dengan pengangkatanku Usamah sebagai pemimpin. Demi Allah, jika kamu kini mengecam pengangkatannya; sungguh hal itu sama seperti dahulu kamu telah mengecam pengangkatanku terhadap ayahnya sebagai pemimpin. Demi Allah, sesungguhnya ia amat layak memegang jabatan kepemimpinan itu. Begitu juga puteranya -setelah ia- sungguh amat layak untuk itu." [1]



Kemudian beliau mendesak mereka untuk segera berangkat. Katanya: "Siapkan pasukan Usamah. Lepaskan pasukan Usamah. Berangkatlah Sariyyah Usamah, laknat Allah bagi yang tidak berangkat." [2]. Beliau mengulang-ulang ucapannya seperti itu, tapi mereka tetap enggan dan bermalas-malasan di Jurf.



Perhatikan pertanyaan ini :

1. Alangkah beraninya mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya?
2. Kenapa harus durhaka terhadap Nabi SAWW yang begitu kasih dan sayang pada kaum mukminin?
3. Dan tafsiran apa yang bisa membenarkan pelanggaran dan pengabaian seperti ini ?
4. Apa yang harus di katakan kepada kaum yang telah menyebabkan Rasulullah marah sementara mereka tahu bahwa Allah akan murka lantaran murka Rasul-Nya ?



Dalam hal ini adalah sikap sejumlah sahabat yang telah mengecam Nabi dalam

Pengangkatan Usamah bin Zaid sebagai pemimpin mereka, sebenarnya telah menunjukkan sikap ketidakpatuhan mereka pada perintah Allah. Mereka telah mengabaikan nas-nas yang sangat jelas yang tidak dapat diragukan lagi atau ditakwilkan. Mereka tidak mempunyai alasan dalam hal ini.



Usaha sebagian orang untuk menjaga kemuliaan sahabat atau salaf as-sholeh dengan mengajukan berbagai alasan apologis sangatlah rapuh.



Karena Allah ta’ala berfirman: "... Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (QS. Al Hasyr: 7)



Dan juga firmannya: "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata." (QS. Al Ahzab: 36).



Mereka juga telah menuduhnya "meracau" dan bertengkar di hadapan beliau SAWW, padahal baginda tengah sakit sampai mereka diusir dari kamarnya. [3]



Setelah hal itu sepatutnya mereka kembali ke jalan yang benar dan memohon ampun kepada Allah atas apa yang telah mereka lakukan dan memohon kepada Rasul agar memintakan ampunan bagi mereka seperti yang diajarkan oleh Al-Quran, namun mereka tetap melakukan protes terhadapnya tanpa mempedulikan kasih sayang yang diberikan beliau SAWW pada mereka.



Sungguh mereka tidak memberikan penghormatan yang sewajarnya kepada baginda Nabi. Dua hari setelah tuduhan yang mereka lontarkan, mereka kemudian mengecam pengangkatan Usamah sebagai pemimpin pasukannya sehingga beliau SAWW terpaksa mendesak mereka untuk segera berangkat dengan keadaan yang sangat memprihatinkan seperti yang dikatakan oleh para ahli sejarah.



Bayangkan, lantaran terlalu sakit, baginda tidak dapat berjalan dan terpaksa diapit oleh dua orang. Kemudian beliau bersumpah kepada Allah bahwa Usamah sebenarnya sangat layak dalam memimpin. Rasul juga mengatakan bahwa sebelum ini mereka juga pernah mengecamnya karena mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan, agar kita tahu betapa sikap seperti ini telah mereka lakukan jauh hari sebelum itu.



Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa mereka (para sahabat itu) sebenarnya bukan di antara orang-orang yang mudah bisa menerima ketentuan Nabi dan berserah sepenuhnya kepadanya. Tetapi mereka tergolong di antara orang-orang yang suka memprotes dan mengkritik walaupun ia bertentangan dengan hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya.



Bukti atas sikap protes mereka ini adalah sikap mereka yang enggan pergi walaupun Nabi sendiri telah memberikan bendera kepemimpinan kepada Usamah dan dengan nada marah menyuruh mereka segera pergi berangkat. Dan mereka tidak juga pergi hingga beliau SAWW wafat dengan hati yang kecewa atas sikap ummatnya yang dikhawatirkan kelak akan berbalik ke belakang dan terjerumus ke neraka.



Jika kita ingin jujur dalam melihat peristiwa ini maka kita akan dapati bahwa Khalifah Kedua adalah tokoh yang paling berperan di sini. Dia datang menghadap Khalifah Abu Bakar setelah wafatnya Rasulullah SAWW dan memintanya agar menyingkirkan Usamah bin Zaid serta menggantinya dengan orang lain. Abu Bakar menjawab: "Wahai Ibnu Khattab, apakah kau suruh aku menyingkirkannya sementara Rasulullah telah mengangkatnya?"



[1] Thabaqat Ibnu Sa'ad jil.2 hal.l90; Tarikh Ibnu Atsir Jil. 2 hal. 317; Sirah al-Halabiyah jil. 3 hal. 207;Tarikh Thabari jil. 3 hal 226.

[2] al-Milal wa an-Nihal.

[3] al-Bukhari, Sahih, I, hlm. 36; Muslim, Sahih, III, hlm. 69

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Allah