oleh: Sinar Agama
Bismillah: Tuhan itu Bukan tuhan
Muhammad Dudi Hari Saputra
salam...
dikatakan dari argumentasi para filsuf Islam, adalah mustahil untuk mengenal sifat2 Allah secara langsung (hakiki), yang kita bisa ketahui hanyalah bayangan sifat Allah dari idrak manusia, dan tentu ini akan menjadi Huduts (sifat baru) yg nanti akan terbagi menjadi sifat tsubutiyah dan salbiyah, saya sepakat ustad,,
tapi bagaimna dengan penetapan akal mengenai dalil sebab-akibat bahwa Allah(wajibul wujud) itu pasti Sebab dan bukan akibat, dan Allah adalah sebab awal yg mengada karena diriNya sendiri (wujud bidz-dzat), dan akibatnya adalah wujud yg bergantung dgn sebab/mengada karena yg lain (wujud bil-ghair), maksud saya bknkah ini adalah kesimpulan akal terhadap realitas wujud, bahwa wujud itu pasti sebab bkn akibat, nah jika begitu bagaimna mungkin kita bisa mengatakan bahwa wajib wujud atau eksistensi mutlak itu adalah milik Allah, sedangkan dikatakan diawal akal manusia tdk akan mampu menyimpulkannya? atau kalau saya pahami lebih dalam ustad, bahwa penetapan sebab-akibat itupun sebenarnya adalah "bayangan" Allah itu saja, yg kemudian ditetapkan sebagai sifat dzatnya (qodim,kekal,cinta,mengatur,irodah,dll)
Sinar Agama: Salam dan trims pertanyaannya:
(1). Apapun yg antum mengerti ttg Tuhan, spt bhw Dia Tuhan, Pencipta, Wajib wujud, Sebab hakiki ............. dst... adalah tuhan yg ada di akal dan pemahaman antum, bukan Tuhan. Karena itu, apapun yg kita pahami Tuhan, adalah PAHAMAN, bukan Tuhan. Jadi ia adalah tuhan buatan kita sendiri.
(2). Semua pemahaman manusia tentang apa saja, ia adalah pahaman, bukan hakikat yg dipahami. Misalnya, kita memahami madu dan bahkan merasakannya, mk apapun yg kita tahu, walau dg merasakannya, mk pengetahuan kita itu adalah PENGETAHUAN, bukan hakikat madu atau hakikat nyata dari obyek yg kita tahu tsb.
(3).Kebukanan pengetahuan kalau dihubungkan dg obyek2nya yg nyata, bukan trus menjadikannya sebagai pembenaran pada konsip Sophist yg mengatakan bhw ilmu2 kita itu semuanya adalah salah karena ia bukan obyek ilmu yg sebenarnya itu. Karena yg dimaksudkan dg kebukanan dan ketidak samaan disini, adalah dari sisi bhw wujud dalam akal itu bukan wujud luar akal.
(4). Untuk wujud2 selain Tuhan, karena mereka terbatas, mk mereka memiliki dua hal, eksistensi dan esensi. Akan tetapi Tuhan, mk Dia tidak memiliki esensi dan hanya memliki eksistensi. Hal itu, karnea esensi itu adalah batasan, sementara Tuhan Maha Tidak Terbatas.
(5). Pengetahuan2 kita tentang selain Tuhan, walaupun ia bukan eksistensi dari obyek ilmu itu sendiri, akan tetapi ia adalah esensi2 dari obyek ilmu yg ada di alam nyata tsb. Karena itu, mk ilmu2 kita tentang selain Tuhan, adalah hakikat dari wujud2 obyek ilmu tersebut, akan tetapi dari sisi esenssinya dan bukan dari sisi eksistensinya.
(6). Karena itu, ilmu2 kita tentang selain Tuhan, tentu saja ilmu2 yg benar dan sesuai dg esensi yg kita ketahui atau obyek nyatanya itu, adalah bukan obyek ilmu itu sendiri kalau dilihat dari eksistensinya, akan tetapi ia adalah hakikat obyek ilmu2 tersebut kalau dilihat dari sisi esensinya. Karena itu, pengetahuan kita itu adalah benar adanya, karena yg dimaksuk pengetahuan disini bukan kesamaan dg obyek nyatanya itu dilihat dari sisi eksistensinya, akan tetapi dilihat dari sisi esensinya atau hakikta batasannya. Karena itu, kebukanan disini, yakni kebukanan dilihat dari sisi eksistensi obyek ilmunya, tidak berpengaruh sama sekali pada ke-ia-an pahaman atau kesamaan ilmu itu dg obyek nyatanya.
(7). Tentu saja ilmu yg memiliki kebukanan dari sisi eksistensi dan ke-ia-an dari sisi esensi di atas itu, adalah ilmu2 Hushuli dan bukan dari jenis ilmu2 Khudhuri. Karena ilmu Hushuli terhadap obyek ilmunya didapat melalui copy-annya yg dicopy melalui panca idra, sedang ilmu2 Khudhuri adalah ilmu2 yg didapat dari kehadiran obyek nyata dari ilmu itu sendiri di dalam ruh kita atau akal kita, spt cinta, benci, lapar, marah, .... dst... dari hal2 yg menyangkut kita sendiri. Tapi kalau benci, cinta, lapar ... dst itu, berhubungan dg orang lain dan kita mengetahuinya, maka sdh jelas ia adalah ilmu Hushuli karena kita mengetahuinya melalui panca indara kita dimana membuat ilmu2 kita merupakan copy-an dari obyek sebenarnya itu.
(8). Karena Tuhan itu Tidak Terbatas, mk jelas bhw Dia Hanya Memiliki Wujud/eksistensi saja. Karena itu, mk selamanya pemahaman kita tentangNya, merupakan selain DiriNya, baik secara eksistensi nyataNya (sebagaimana halnya juga ilmu2 kita tentang selainNya) yg disebabkan kaidah yg mengatakan bhw ilmu kita tentang obyek ilmu itu bukan obyek ilmu sendiri, dan baik pula secara esensiNya yg disebabkan kaidah yg mengatakan bhw Tuhan tidak memiliki esensi/batasan.
(9). Kita jg bisa menghadirkan Tuhan sebagai obyek ilmu khudhuri, sabagaimana sdh dibuktikan di filsafat tentang kemestian pemilikan ilmu khudhuri suatu akibat terhadap sebabnya, karena memang tidak bisa dipisahkan, akan tetapi, hanya sebatas akibatnya itu sendiri. Karena kaidahnya jelas, bahwa setiap sebab itu lebih sempurnya dari akibatnya. Karena itu, mk kelebihan kesempurnaan yg dimiliki sebab itu, tidak akan mungkin bisa dihadirkan oleh akibatnya. Katika Tuhan itu Sebab Yg Tidak Terbatas, mk jelas apapun yg dpt dihadirkan tentangNya oleh kita manusia atau malaikat atau siapa saja yg merupakan akibatNya, walau sesempurna dan sehebat apapun, mk tetap saja ia memiliki jarak terhadapNya yg jg Tidak Terbatas. Karena kalau jaraknya semakin dekat padaNya, mk jelas akan membuatNya menjadi terbatas. Karena itu, sesempurna apapun ilmu khudhuri makhluk terhadapNya, mk tetap saja jaraknya tidak terbatas kepadaNya.
Catatan:
Sebenarnya tulisan di atas itu, merupakan semacam ulangan dan ringkasan dari tulisan2 sebelumnya di fb ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar