judul blog
Gudang Data Notes dan SS Facebookers Syiah Berikut Beberapa Tulisan Penting Seputar Syiah
Selasa, 02 Oktober 2012
Ali bin Abi Thalib sebagai Pintu Ilmu Nabi: Fakta dan Data
A. PENDAHULUAN
Ali bin Abi Thālib, sepupu sekaligus menantu Nabi merupakan figur dimana “nasib” tidak berpihak kepadanya. Suratan takdir mengantarkannya sebagai sosok yang dengan banyak kelebihan sangat dicemburui di sepanjang fakta sejarah, dikesampingkan hak kepewarisannya dan tidak diinginkan keberadaannya.
Melalui al-Maktabah al-Syāmilah, pertama penulis berusaha mengkonfirmasi kejelasan hadis masyhūr fi al-lisān yang menyatakan bahwa Nabi adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya, maka siapa saja yang menginginkan ilmu, mustinya ia masuk melalui pintunya. Dan hasilnya, tidak akan pernah diketemukan di kebanyakan kitab-kitab hadis yang ada, dari mulai shahih Bukhari-Muslim sampai Sunan al-Dārimi(الكتب التسعة). Meskipun ada di Jami’ al-Ahādits, namun hadis tersebut oleh al-Haitsami dinyatakan sebagai hadis dhaīf disebabkan keberadaan salah satu perawinya yang dipermasalahkan, yaitu Abdu al-Salām bin Shāleh. Ibn ‘Adi, al-Hāfidz Shalahuddin dan al-Zahabi menyebut hadis tersebut adalah hadis maudhu’. Sedangkan al-Tirmidzi di al-Syamāi al-Mahmadiyyah menegaskan bahwa hadis tersebut adalah gharīb munkar. Sama halnya dengan Ibnu al-Arabi, hadis tentang salah satu kemuliaan Ali ini dinyatakan sebagai hadis bāthil di kitabnya Ahkāmu al-Qur’an[1] yang tidak serta merta diamini oleh al-Qurthubi di Al-Jāmi’ li ahkāmi al-Qur’an[2].
Namun, hadis tersebut menjadi lain ketika al-Hākim dalam al-Mustadrak ala al-Sahīhaini melalui tiga jalur periwayatan, dua diantaranya bertemu langsung Ibn Abbās, benar-benar menyatakan bahwa periwayatannya; bi-isnādin shahīhin. Dan tentunya, di Musnad Ali bin Abi Thālib dan tepatnya di Kanzu al-Ummāl, hadis tentang pintu ilmu ini dinyatakan baik oleh al-Hākim maupun al-Khatīb sebagai hadis shahih atau shahīh al-isnād.
Kontradiksi hukum hadis tersebut menjadi semacam kegelisahan akademik penulis dan melatar belakangi penelusurannya dalam mencari tidak hanya kejelasan sanad dan derajat hadis tetapi juga kebenaran redaksi ataupun kandungan; matannya.
Makalah sederhana ini merupakan hasil penelitian hadis yang diriwayatkan oleh al-Hākim dari Abu al-Abbās bin Yakqub, sedangkan dari jalur lain, yakni dari Abu Zakariyā dan Abu Bakar Muhammad bin Ali al-Faqīh perlu penulis munculkan sebagai penegas serta penguat periwayatan hadis pertama dari tiga hadis yang ada yang saling terkait erat, seperti berikut:
حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ، ثنا محمد بن عبد الرحيم الهروي ، بالرملة ، ثنا أبو الصلت عبد السلام بن صالح ، ثنا أبو معاوية ، عن الأعمش ، عن مجاهد ، عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أنا مدينة العلم وعلي بابها ، فمن أراد المدينة فليأت الباب.
حدثنا بصحة ، ما ذكره الإمام أبو زكريا ، ثنا يحيى بن معين ، ثنا أبو الحسين محمد بن أحمد بن تميم القنطري ، ثنا الحسين بن فهم ، ثنا محمد بن يحيى بن الضريس ، ثنا محمد بن جعفر الفيدي ، ثنا أبو معاوية ، عن الأعمش ، عن مجاهد ، عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أنا مدينة العلم وعلي بابها ، فمن أراد المدينة ، فليأت الباب.
حدثني أبو بكر محمد بن علي الفقيه الإمام الشاشي القفال ، ببخارى وأنا سألته حدثني النعمان بن الهارون البلدي ، ببلد من أصل كتابه ، ثنا أحمد بن عبد الله بن يزيد الحراني ، ثنا عبد الرزاق ، ثنا سفيان الثوري ، عن عبد الله بن عثمان بن خثيم ، عن عبد الرحمن بن بهمان التيمي قال : سمعت جابر بن عبد الله يقول : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : أنا مدينة العلم ، وعلي بابها ، فمن أراد العلم فليأت الباب
Artinya:” Abu al-Abbās Muhammad bin Ya’kub menuturkan kepada kami, menuturkan kepada kami Muhammad bin Abdu al-Rahīm al-Huruwi di Ramlah, menuturkan kepada kami Abu al-Shilah Abdu al-Salām bin Shālih, menuturkan kepada kami Abu Mu’āwiyah, dari al-A’masy, dari Mujāhid, dari Ibn Abbās radhiyaAllah anhuma berkata: Rasulullah SAW bersabda: Saya adalah kota ilmu dan Ali adalah gerbangnya, maka barang siapa yang menginginkan kota (ilmu) musti melalui gerbangnya”
Permasalahan pokok dari penelitian ini adalah: Bagaimana status hadis riwayat Mujāhid di atas khususnya dari tinjauan sanadnya? Dan kandungan apa yang terdapat di dalamnya?
Untuk memperjelas pembahasan permasalahan tersebut, makalah ini menguraikan sub-sub bahasan sebagaimana berikut: Takhrij Hadis, Skema Sanad, Kritik Sanad, Hukum Hadis, Fiqh hadis dan Pesan Umum Hadis.
B. TAKHRIJ HADIS
Dalam mencari matan hadis tersebut pada awalnya penulis mencoba menggunakan metode takhrij pertama[3], yaitu dengan awal lafal hadis (مطلع الحديث). Lafal yang ditelusuri adalah أنا. Kitab yang digunakan untuk menelusuri lafal tersebut adalah المعجم المفرس لألفاظ الحديث النبوى susunan A.J Wensick,dkk yang telah diterjemahkan dan ditashih oleh Muhammad Fuad al-Baqi.
Setelah lafal awal tersebut ditelusuri ternyata tidak ditemukan hadis yang dimaksud. Demikian halnya dengan menggunakan metode takhrij yang kedua; dengan lafal-lafal yang terdapat dalam hadis (بألفادالحديث). Lafal-lafal yang ditelusuri adalahالمدينة ,العلم dan.الباب Melalui tiga lafal tersebut, hadis yang dimaksud pun tidak diketemukan.
Mengingat cakupan kitab susunan A.J Wensick hanya pada الكتب الستة؛ مسندالدارمي، موطأ مالك، مسنداحمدبن حنبل، ابو داود، مسلم، النساء، الترميدي، ابن ماجة، البخاري
maka penulis perlu merujuk kembali ke al-Maktabah al-Syāmilah dalam pencariannya. Dengan bantuan al-Maktabah al-Syāmilah, penulis temukan hadis tersebut pada kitab al-Mustadrak ala al-Sahīhaini li al-Hākim, hadis nomor: 4612,4613 dan 4614 (Al-Hākim X,1990:442-444).
C. SKEMA SANAD
Setelah dilakukan takhrij terhadap hadis riwayat al-Hākim tersebut, maka disini perlu penulis paparkan skema sanad sehingga nampak jelas jalur sanad, nama-nama perawi, pertemuan masing-masing perawi, dan shigat tahammul yang digunakan mereka.
Skema tersebut dapat di lihat pada halaman berikut:
أنا مدينة العلم ، وعلي بابها ، فمن أراد المدينة فليأت الباب
ابن عباس
عن
مجاهد
عن
الأعمش
عن
أبو معاوية
ثنا ثنا
محمد بن جعفر أبو الصلت عبد السلام بن صالح
ثنا ثنا
محمد بن يحيى بن الضريس محمد بن عبد الرحيم الهروى
ثنا ثنا
الحسين بن فهم أبو العباس محمد بن يعقوب
ثنا حدثنا
أبو الحسين محمد بن أحمد بن تميم الحاكم
ثنا
يحيى بن معين
ثنا
أبو زكريا
حدثنا بصحة
الحاكم
D. KRITIK SANAD
Sebagaimana yang terlihat pada skema hadis tersebut bahwa hadis tentang Fakta dan Data Ali sebagai Gerbang Ilmu Nabi melalui dua jalur diatas sanadnya terdiri dari empat belas orang. Jalur pertama sanadnya terdiri dari delapan orang[4] yang masing-masing identitasnya dapat dilihat di bawah ini:
1. Al-Hākim
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Muhammad bin Hamdawi bin Na’īm bin al-Hakam al-Imām al-Hāfidz, al-Nāqid al-Alāmah, Syaikh al-Muhaditsīn, Abu Abdullah bin al-Bai’ al-Dhabi al-Thahmāni al-Naisāburi. Lahir 321 H dan wafat tahun 403 H.
Ia meriwayatkan hadis antara lain dari Ayahnya, juga dari Muhammad bin Ali al-Mudzakir, Muhammad bin Ya’kub al-Asham, Muhammad bin Ya’kub al-Ayaibāni ibn al-Akhram, Muhammad bin Ahmad bin Bālawi al-Jalāb, Abi Ja’far Muhammad bin Ahmad bin Saīd al-Rāzi, Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-Shafār dan Shāhibi al-Hasan bin Urfah
Sedangkan yang meriwayatkan hadis darinya antara lain:Al-Dāruquthni, Abu al-Fath bin Abi Lafwāris, Abu al-Alā’ al-Wāsthi, Muhammad bin Ahmad bin Ya’kub, Abu Dzar al-Huruwi, Abu Ya’li al-Khalīli dan Abu Bakar al-Baihaqi.
Pernyataan kritikus hadis terhadap Al-Hākim antara lain:
a. Khalīli bin Abdullah al-Hāfidz: ثقة واسع العلم (al-Zahabi
XVII,1990:162-166).
b. Al-Khatīb Abu Bakar:
ثقة يميل إلى التشيع وزعم أن أحاديثه صحاح على شرط البخاري ومسلم.
c. Al-Zahabi:
لا ريب ان في المستدرك احاديث كثيرة ليست على شرط الصحة وتساهل في تصحيح
الحديث المشهور وقد اعتنى الحافظ بالمستدرك فاختصره معلقا اسانيده وأقره على ما لا كلام فيه .(Kanzu al-Ummāl II,1998:272)
Tidak ditemukan pernyataan kritikus hadis yang mencerca kepribadian al-Hākim. Meski dari data di atas dapat diketahui adanya paparan kritik[5] terhadap kitab al-Mustadrak, tidak mengurangi sedikitpun ta’dil dan ke-dhabith-an seorang al-Hākim, bahwa dia adalah tokoh periwayat hadis yang pribadinya terpuji dan terpercaya. Dengan demikian pernyataan bahwa dia telah menerima hadis dari Abu al-Abbās Muhammad bin Ya’kub dengan shigah tahammulحدثنا adalah dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan pula bahwa sanad antara al-Hākim dengan Abu al-Abbās Muhammad bin Ya’kub adalah bersambung.
2. Abu al-Abbās Muhammad bin Ya’kub
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ya’kub bin Yusuf bin Mu’aqil bin Sanān, al-Imām al-Muhadits Musnid al-Ashri, Abu al-Abbās al-Umuwi al- Sanāni al-Mu’aqili al-Naisāburi al-Asham. Wafat pada tahun 346 H.
Dalam periwayatan hadis, ia mendengar banyak dari Ahmad bin Yusuf al-Silmi, Ahmad bin al-Azhar, Hārun bin Sulaimān, Asīd bin Āshim, Yakariyā bin Yahya, Shāhib Sufyān bin Abīnah, Abbās al-Dauri, Muhammad bin Ishāq al-Shighāni, Yahya bin Abi Thālib, Muhammad bin Abīdullah bin al-Munādi, Muhammad bin Abdullah bin Abdul al-Hakam, al-Rabī’ bin Sulaimān al-Murādi, Bahr bin Nashr al-Khulāni, Muhammad bin Hisyām Malāsy al-Namīri, Yazīd bin Abdu al-Shamad dan Abi Zar’ah al-Nashri.
Adapun para perawi yang meriwayatkan hadis darinya antara lain: al-Husain bin Muhammad bin Ziyād al-Qabbāni, Abu Hāmid al-A’masy, Hasān bin Muhammad al-Faqīh, Abu Ahamad bin Adi, Abu Amru bin Hamdān, al-Hāfidz Abu Ali al-Naisāburi, al-Imām Abu Bakar al-Ismāili, Abu Zakariyā Yahya bin Muhammad al-Anbari, Abu Abdullah bin Mandah dan Abu Abdullah al-Hākim.
Kritikus hadis yang menilai kepribadian Abu al-Abbās Muhammad bin Ya’kub:
a. Al-Hākim: الثقة المأمون أبو العباس.(Al-Zahabi XV,1990:452-457)
Tidak ditemukan pernyataan kritikus hadis yang mencerca pribadi Abu al-Abbās Muhammad bin Ya’kub, dari data di atas dapat diketahui bahwa Abu al-Abbās Muhammad bin Ya’kub adalah tokoh hadis yang pribadinya terpuji dan terpercaya. Dengan demikian pernyataan bahwa dia telah menerima hadis dari Muhammad bin Abdu al-Rahīm dengan shigah tahammul ثنا adalah dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan pula bahwa sanad antara Abu al-Abbās Muhammad bin Ya’kub dengan Muhammad bin Abdu al-Rahīm adalah bersambung.
3. Muhammad bin Abdu al-Rahīm al-Huruwi
Tidak ditemukan biografi periwayatannya baik di dalam Tahdzīb al- Tahdzīb karya Syihab al-Dīn Ahmad ibnu Ali ibnu Hajar al-Atsqalani maupun di dalam Siyar A’lām al-Nubalā’ karya al-Zahabi, Demikian juga tidak ditemukan di Kanzu al-Ummāl dan di Ruwāt al-Tahdzibīn.
Penulis menduga Muhammad bin Abdu al-Rahīm al-Huruwi
adalah Abu Ja’far Muhammad bin Abdu al-Salam bin Shalih al-Huruwi anak dari Abu al-Shilah Abdu al-Salām bin Shālih al-Huruwi.
4. Abu al-Shilah Abdu al-Salām bin Shālih
Ia adalah Abdu al-Salām bin Shālih bin Sulaimān al-Qursyi, Abu al-Shilah al-Huruwi menetap di Naisaburi.
Dalam periwayatan hadis, Abu al-Shilah Abdu al-Salām bin Shālih menerima hadis dari Ismāil bin Iyās, Jarir bin Abdu al-Hamīd, Ja’far bin Sulaimān al-Dhab’i, Himād bin Zaid, Khalaf bin Khalīfah,Zafrān bin Sulaimān, Sufyan bin Ayīnah, Salīm bin Abi Silm al-Khiyāth, Sulaiman bin Hayān bin Abi Khālid al-Ahmar, Syarīk bin Abdullah al-Naqa’I, Abi Shālih Syuaib bin al-Dhahāk al-Madāini,Ibād bin al-Aum, Abdullah bin Idrīs, Abdullah bin Namīr, Abdu al-Razāq bin Hamām, Abdu al-Salām bin Harb, Abdu al-Wārits bin Saīd, Athā’ bin Muslim al-Khafāf, Ali bin Hakīm al-Audi, Ali bin Musa al-Ridho, Ali bin Hāsyim bin al-Barīd, Fadhīl bin Iyādh, Mālik bin Anas dan Muhammad bin Khāzim Abi Mu’āwiyah al-Dharīr.(Ruwāt al-Tahdzibīn)
Adapun para perawi yang meriwayatkan hadis darinya antara lain: Sahal bin Abi Sahal, Al-Abbās bin Sahal al-Mudzakkir, Abbās bin Muhammad al-Dauri, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Abu Yahya Abdullah bin Ahmad bin Abi Musirah al-Makki, Abdullah Muhamad bin Abi al-Dunyā, Abdullah bin Muhammad Syairuyah, Al-Qāsim bin Abdu al-Rahman al-Anbāri, Muhammad Ayub bin Yahya bin al-Dharīs ,Muhammad bin Ismāil al-Ahmasy, Muhammad bin Rāfi’ al-Naisaburi, Muhammad bin Abdullah bin Sulaimān al-Hadhrami, Abu Ja’far Muhammad bin Abdurrahman al-Qursyiyi dan Abu Ja’far Muhammad bin Abdu al-Salām bin Shālih al-Huruwi.
Para kritikus hadis yang menilai kepribadian Abu al-Shilah Abdu al-Salām bin Shālih antara lain:
a. Ibn Hajar:صدوق له مناكير و كان يتشيع
b. Al-Aqīli: كذاب
c. Al-Zahabi: واه شيعى ، متهم مع صلاحه (Ruwāt al-Tahdzibīn).
d. Hājib bin Sulaimān: ثقة
e. Mujāhid bin Musa: ثقة
f. Wahab bin Bayān: ثقة
g. Ismāil bin Mus’ir al-Juhduri: ثقة بصري
h. Al-Abbās bin Muhammad al-Dauri: ثقة
i. Al-Abbās bin Abdu al-Adīm al-Anbari: ثقة
j. Al-Hasan bin Muhammad al-Za’farāni: ثقة
k. Al-Hasan bin Ismāil bin Sulaimān al-Majālidi: ثقة
l. Abdullah bin Fadhālah bin Ibrāhim Nasāi: مأمون ثقة
m. Abdullah bin Saīd Abu Qadāmah al-Sarkhasi: مأمون ثقة
(Masyīkhat al-Nasāi I,tth.:63-66).
n. Yahya bin Mu’īn: ثقة
o. Al-Hākim: مأمون ثقة (Al-Hākim X,1990:442).
Disamping banyaknya kritikus hadis yang menguatkan kualitas perawi, ditemukan juga dua pernyataan kritikus hadis yang mencerca pribadi Abu al-Shilah Abdu al-Salām bin Shālih dan satu pernyataan yang tidak menunjukkan ke-dhabith-annya. Dari data tersebut di atas dapat diketahui adanya ta’arud antara jarh dan ta’dil dimana al-ta’dil bagi Abu al-Shilah Abdu al-Salām bin Shālih bisa dikedepankan[6]. Oleh karena terdapat banyak mu’addil yang berpihak kepadanya serta menguatkannya, dapat dikatakan bahwa Abu al-Shilah Abdu al-Salām bin Shālih adalah tokoh penutur hadis yang pribadinya terpuji dan terpercaya. Dengan demikian pernyataan bahwa dia telah menerima hadis dari Abu Mu’āwiyah dengan shigah tahammul ثنا adalah dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan pula bahwa sanad antara Abu al-Shilah Abdu al-Salām bin Shālih dengan Abu Mu’āwiyah adalah bersambung.
5. Abu Mu’āwiyah
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Khāzim al-Tamīmi al- Sa’adi, Abu Mu’āwiyah al-Dharīr al-Kūfi, Maula bani Sa’ad bin Zaid Manāt bin Tamīm. Lahir tahun 213 H, al-Thabaqah:9:من صغار أتباع التابعين. Wafat 295 H (Ruwāt al-Tahdzibīn). Bergelar al-Imām al-Hāfidz al-Hujjah (al-Zahabi IX,1990:77).
Ia meriwayatkan hadis dari Hisyām bin ‘Urwah, Āshim al-Ahwal, Yahya bin Suaid al-Anshari, al-A’masy, Shail, Isma’il bin Abi Khālid, Barid bin Abdullah, Dāwud bin Abi Hind, Abdullah bin Umar, Abi Mālik al-Asyja’i, Abi Ishāq al-Syaibāni dan Muhammad bin Sauqah.
Adapun para perawi yang meriwayatkan hadis darinya adalah anaknya, Ibrāhim, Ibn Jarīj, Al-A’masy, Yahya ibn sa’īd al-Qathān, Yahya bin Yahya, Amru bin Aun, Ahmad bin Yunus, Ahmad bin Hanbal, Ibn Mu’īn, Ishāq, Abu Karīb, Abi Syaibah, Ali, Abu Khaitsamah, Sa’īd bin Mansyur, dll.
Para kritikus hadis yang menilai kepribadian Abu Mu’āwiyah antara lain:
a. Yahya bin Mu’īn: أثبت من جرير في الاعمش
كوفي ثقةb. Al-Ajali:
c. Al-Nasāi: ثقة
d. Ibn Kharāsy: صدوق، وهو في الاعمش ثقة (Al-Zahabi IX:73,75,76).
e. Ibn Hajar: ثقة أحفظ الناس لحديث الأعمش ، و قد يهم فى حديث غيره ، و قد رمى بالإرجاء
f. Al-Zahabi: الحافظ ، ثبت فى الأعمش ، و كان مرجئا(Ruwāt al-Tahdzibīn).
Tidak ditemukan pernyataan kritikus hadis yang mencerca pribadi Abu Mu’āwiyah, dari data di atas dapat diketahui bahwa Abu Mu’āwiyah adalah tokoh hadis yang pribadinya terpuji dan terpercaya. Dengan demikian pernyataan bahwa dia telah menerima hadis dari al-A’masy dengan shigah tahammul عن adalah dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan pula bahwa sanad antara Abu Mu’āwiyah dengan al-A’masy adalah bersambung.
6. Al-A’masy
Nama lengkapnya adalah Sulaimān bin Mahrān al-Asadi al-Kāhili, Abu Muhammad al-Kufi al-A’masy. Lahir tahun 61 H, al-Thabaqah:5: من صغار التابعين wafat tahun 147/148 H (Ruwāt al-Tahdzibīn). Bergelar al-Imām Syaikh al-Islām, Syaikh al-Muqri’īn wa al-Muhaditsīn.
Ia mendengar dari Abu Wāil, Zaid bin Wahab, Abu Amru al-Syaibāni, Ibrāhim al-Nakha’I, Said bin Jabīr, Abu Shālih al-Samān dan Mujāhid.
Adapun para perawi yang meriwayatkan hadis darinya antara lain: Suhail bin Abi Shālih, Abān bin Taghlib, Khālid al-Hidzāi, Sulaiman al-Taimi, Ismāil bin Abi Khālid, Abu Hanīfah dan Abu Muawiyah. (al-Zahabi VI,1990: 227-228)
Para kritikus hadis yang menilai kepribadian al-A’masy antara lain:
a. Ibn Hajar: ثقة حافظ عارف بالقراءات ، ورع ، لكنه يدلس
b. Al-Zahabi: الحافظ ، أحد الأعلام (Ruwāt al-Tahdzibīn).
Tidak ditemukan pernyataan kritikus hadis yang mencerca pribadi al-A’masy, dari data di atas dapat diketahui bahwa al-A’masy adalah tokoh hadis yang pribadinya terpuji dan terpercaya. Dengan demikian pernyataan bahwa dia telah menerima hadis dari Mujāhid dengan shigah tahammul عن adalah dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan pula bahwa sanad antara al-A’masy dengan Mujāhid adalah bersambung.
7. Mujāhid
Ia adalah Mujāhid bin Jabir atau Ibn Jabīr al-Maki, abu al-Hujāj al-Qursyiyi. Mujāhid bin Jabir bergelar al-Imām, Syaikh al-Qurā’ wa al-Mufassirīn dan Abu al-Hujāj al-Makki (al-Zahabi IV,1990:449). Al-Thabaqah:3: من الوسطى من التابعين, wafat tahun 101/102/103/104 H.(Ruwāt al-Tahdzibīn)
Dalam periwayatan hadis, Mujāhid meriwayatkan hadis dari Ibn Abbās, Abu Hurairah, Āisyah, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdullah bin Amru dan Ibn Umar
Adapun perawi yang meriwayatkan hadis darinya antara lain adalah Ikrimah, Thāwus, Athā’, Amru bin Dīnār, Abu al-Zubair, Al-Hakam bin Atībah, Ibn Abi Najīh, Manshur bin al-Mu’tamar dan Sulaiman al-A’masy. (Al-Zahabi IV,1990:450-451)
Para kritikus hadis yang menilai kepribadian Mujāhid antara lain:
a.Ibn Hajar: ثقة إمام فى التفسير و فى العلم
b.Al-Zahabi: حجة ، إمام فى القراءة و التفسير (Ruwāt al-Tahdzibīn).
Dari data yang penulis peroleh, tidak ditemukan pernyataan kritikus hadis yang mencerca kepribadian Mujāhid, bahkan terlihat pada kutipan diatas bahwa Mujāhid termasuk perawi yang terpercaya dan langsung bertemu Ibnu Abbās. Hal ini menunjukkan pula bahwa sanad antara Mujāhid dengan Ibnu Abbās adalah bersambung. Dengan demikian pernyataan bahwa dia telah menerima hadis dari Ibnu Abbās dengan shigah tahammul عن adalah dapat dipercaya dan diyakini kebenarannya.
Selanjutnya, agar nampak jelas jalur sanad hadis tersebut, perlu penulis paparkan dalam tabel berikut ini:
No
Nama
Wafat
Kritikus
Bobot
1
Al-Hākim
403 H
Khalīli bin Abdullah
Al-Khatīb Abu Bakar
Al-Zahabi
ثقة
ثقة
لا كلام فيه
2
Abu al-Abbās Muhammad bin Ya’kub
346 H
Al-Hākim
ثقة مأمون
3
Muhammad bin Abdu al-Rahīm al-Huruwi
-
-
-
4
Abu al-Shilah Abdu al-Salām bin Shālih
tth
Ibn Hajar
Al-Aqīli
Al-Zahabi
Hājib bin Sulaimān
Mujāhid bin Musa
Wahab bin Bayān
Ismāil bin Mus’ir
Al-Abbās bin Muhammad
Al-Abbās bin Abdu al-Adīm
Al-Hasan bin Muhammad
Al-Hasan bin Ismāil
Abdullah bin Fadhālah
Abdullah bin Saīd
Yahya bin
Mu’īn
Al-Hākim
صدوق
كذاب
واه شيعى
ثقة
ثقة
ثقة
ثقة بصري
ثقة
ثقة
ثقة
ثقة
ثقة مأمون
ثقة مأمون
ثقة
ثقة مأمون
5
Abu Mu’āwiyah
295 H
Yahya bin Mu’īn
Al-Ajali
Al-Nasāi
Ibn Kharāsy
Ibn Hajar
Al-Zahabi
أثبت
ثقة
ثقة
ثقة
ثقة
ثقة
6
Al-A’masy
147/148 H
Ibn Hajar
Al-Zahabi
ثقة
أحد الأعلام
7
Mujāhid
101-104 H
Ibn Hajar
Al-Zahabi
ثقة
حجة
E. HUKUM HADIS
Berdasarkan penelitian mengenai sanad hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hākim tersebut dapat diketahui bahwa satu perawi tidak diketemukan biografi periwayatannya, yakni Muhammad bin Abdu al-Rahīm al-Huruwi yang menurut perkiraan awal penulis adalah anak Abu al-Shilah Abdu al-Salām bin Shālih al-Huruwi. Sedangkan selebihnya adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan sanadnya bersambung. Namun terjadi perbedaan penilaian berkait erat dengan perihal beberapa periwayat hadis tersebut. Oleh karena itu perlu kiranya penulis merujuk kepada kaidah-kaidah penyelesaian ta’arud antara jarh dan ta’dil sebagai alat untuk memutuskan kesimpulan hukum hadis[7], yaitu mengedepankan ta’dil atas jarh yang telah dijelaskan dan ta’dil yang dikedepankan dikarenakan jumlahnya lebih banyak dari jarh yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sanad hadis yang diriwayatkan Al-Hākim tersebut adalah shahīh lidzātihi.
F. FIQH HADIS
Jika dicermati lebih dalam makna hadis tentang salah satu kelebihan Ali bin Abi Thālib, yaitu sebagai pintu ilmu, mengandung muatan hukum sebagai berikut:
Adanya perintah yang mewajibkan bagi setiap Muslim untuk mencari ilmu. Sebagaimana yang dapat dipahami dari makna hadis tersebut bahwa Rasulullah SAW adalah pusat dan tempat merujuk ilmu, maka kewajiban atas umatnya adalah menuntut ilmu.
Pentingnya menimbah ilmu melalui atau langsung ke ahlinya.
Sebagaimana yang disebutkan bahwasanya Ali karamah Allah al-wajhah adalah gerbang ilmu Nabi.
G. PESAN UMUM HADIS
Dari riwayat hadis di atas dapat ditangkap adanya pesan umum bahwa dalam Islam, ilmu mendapat perhatian yang sangat tinggi. Pencarian ilmu melalui proses pembelajaran dan pendidikan menjadi hal yang wajib bagi setiap Muslim. Seorang Muslim tidak hanya diwajibkan untuk belajar tetapi juga diberi arahan kemana dan kepada siapa ia seyogyanya belajar.
H. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Hadis tentang Ali bin Abi Thālib sebagai gerbang ilmu Nabi; fakta dan datanya diriwayatkan oleh orang-orang terpercaya dan sanadnya bersambung. Oleh karena itu hadis tersebut dihukumi sahih lidzatihi.
Kandungan hadis tersebut antara lain bahwa adanya arahan yang berupa anjuran atas hukum wajib mencari ilmu, untuk belajar ataupun mencari ilmu kepada ahlinya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Atsqalani, Syihab al-Dīn Ahmad ibnu Ali ibnu Hajar.
(1984),Tahdzīb al- Tahdzīb, Dar- al-Fikri
Al-Maktabah al-Syāmilah
Al-Muhdi, Abu Muhammad Abd.(tth), Turuqu Takhrij Hadis
Rasulillah SAW, Kairo: Dar al-I’tisham
Al-Naisāburi, Abi Abdillah Muhmmad bin Abdullah al-Hakim.
(1990), Al-Mustadrak ala al-Shahihaini, Beirut: Dar al-
Kutub al-Alamiyah
Al-Suyuthi, Abdurrahman bin Abi Bakar bin Muhammad bin Sabiq al-
Dīn. (1984), Jāmi’ al-Ahādits, Kairo: Khitob Dar al-Kutub
Al-Thahān, Mahmud.(1991),Ushul al-Takhrij wa Dirāsah al-
Asānīd, Riyadh: Maktabah al-Ma’ārif
Al-Thahān, Mahmud.(1995),Ushul al-Takhrij wa Dirāsah al-
Asānīd, alih bahasa Ridwan Nasir, Metode Takhrij dan
Penelitian Sanad Hadits, Surabaya: Bina Ilmu
Al-Qurtubi, Abi Abdillah Muhmmad bin ahmad al-Anshari. (1995),
Al-Jāmi’ li Ahkāmi al-Qur’an, Beirut: Dar al-Fikr
Al-Zahabi. (1990),Siyar A’lām al-Nubalā’, Beirut: Muassasah al-
Risālah
Husamuddin, ‘Ilauddin Ali al-Muttaqi bin. (1998), Kanzu al-Ummāl
fī Sunan al-Aqwāl wa al-Af’āl, Beirut: Dar al-kutub al-
Islāmiyah
Ibnu al-Arabi, Abu Bakar Muhammad bin Abdullah. (1988), Ahkāmu
al-Qur’an, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah
Soetari, Endang. (1997), Ilmu Hadits, Bandung: Amal Bakti Press
Wensinck, J.A.(1941),terj.Muhammad Fuad Abd al-Baqi,Al-
Mu’jam al-Mufahras li Alfādz al-Hadits al-Nabawi,
Lieden: E.J. Brill
[1] أَنَا مَدِينَةُ الْعِلْمِ وَعَلِيٌّ بَابُهَا وَهُوَ حَدِيثٌ بَاطِلٌ ، النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَدِينَةُ عِلْمٍ وَأَبْوَابُهَا أَصْحَابُهَا ؛ وَمِنْهُمْ الْبَابُ الْمُنْفَسِحُ ، وَمِنْهُمْ الْمُتَوَسِّطُ عَلَى قَدْرِ مَنَازِلِهِمْ فِي الْعُلُوم V,1988:104)ِ(Al-Arabi
[2] Lihat: Al-Jāmi’ li Ahkāmi al-Qur’an (Al-Qurthubi I, 1995:2960)
[3] Abu Muhmmad Abdul Muhdi menyebutkan ada lima takhrij, yaitu: (1) dengan lafal pertama hadis, (2) dengan lafal-lafal yang terdapat dalam hadis, (3) dengan perawi pertama, (4) dengan tema hadis, dan (5) dengan klasifikasi hadis (Abu Muhammad Abdul Muhdi, tth.: 24)
[4] Kritik sanad hanya pada ketujuh perawi yang tercetak merah.
[5] التعديل مقدم علي الجرح الا اﺫا كانا الجرح مفسرا
[6] Lihat kaidah ketiga penyelesaian ta’arud antara jarh dan ta’dil:
التعديل مقدم علي الجرح اﺫا كانا معدل أكسر
[7] (1) اﺫا تعارض الجرح قدم الجرح علي التعديل (2) التعديل مقدم علي الجرح الا اﺫا كانا الجرح مفسرا (3) التعديل مقدم علي الجرح اﺫا كانا معدل أكسر
Like
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar