judul blog

Gudang Data Notes dan SS Facebookers Syiah Berikut Beberapa Tulisan Penting Seputar Syiah

Jumat, 06 Desember 2013

Al-’adalah Bukti(10)

Bukti (10): Keburukan adalah persoalan relatif
Segala sesuatu memiliki dua sifat: sifat hakiki dan sifat relatif Apabila sesuatu memiliki sifat yang terjadi tanpa didahului oleh yang lain, maka sifat tersebut disebut sifat hakiki.

Adapun sifat relatif adalah sifat yang tidak cukup untuk dipergunakan dalam mengasumsikan sifat dan sesuatu yang disifatinya tanpa mengasumsikan faktor ketiga yang berhubungan dan berkaitan dengan sifat sesuatu yang disifati tersebut

Hidup, misalnya, adalah  sifat hakiki, karena makhluk (yang hidup) memperoleh sifat ini (hidup) dengan dirinya sendiri, tanpa harus mengaitkannya dengan makhluk hidup atau makhluk mati lainnya. Demikian juga putih dan hitam, dengan asumsi bahwa warna – warna tersebut adalah realitas, sehingga ia menjadi sifat hakiki. Dengan begitu, maka sesuatu yang mana pun, adalah putih,dan yang hitam adalah hitam tanpa harus diukur dengan sesuatu yang lain agar warna hitam bisa dinisbatkan kepadanya. Selanjutnya, begitu pula sesuatu-sesuatu yang lain, termasuk kuantitas dan kadar.

Sedangkan “kecil: dan “besar”, keduanya merupakan sifat nisbi. Seandainya kita mengatakan bahwa benda anu itu kecil, maka pada saat itu pula kita mengatakan bahwa benda anu itu kecil, maka pada saat itu pula harus memperhatikan perbandingannya dengan sesuatu yang lain bahwa ia kecil. Karenanya, segala sesuatu itu, pada saat waktu, sekaligus bisa disebut kecil dan besar. Yang penting, kita harus terlebih dahulu mengetahui kriteria dan ukuran yang kita gunakan.

Misalnya, kita mengatakan bahwa buah apel atau buah jeruk tertentu itu kecil, sedangkan buah apal atau buah jeruk yang lain besar. Disini kita menjadikan bentuk apek sebagai standar ukuran kita. Dengan demikian, buah apel atau buah jeruk yang diukur itu kita lihat bentuknya, apakah lebih besar atau lebih kecil dari buah apel dan jeruk yang kita ketahui? Apabila kita mengatakan, buah semangka ini kecil; maka itu berarti bahwa yang kita jadikan standar adalah buah semangka itu sendiri. Buah semangka paling kecil yang pernah kita lihat, sebenarnya lebih besar dari buah apel yang paling besar. Tetapi, ketika semangka tersebut kita bandingkan dengan semangka lain dan tidak dengan apel, maka kita sebut semangka tersebut kecil.

Seandainya kita ambil seekor semut yang paling besar sehingga membuat kita tarcengang karena besarnya, kemudian kita ambil seekor keledai paling kecil sehingga kita dibuat tercengang pula karena kecilnya, maka kita akan bisa melihat bahwa keledai terkecil ini berjuta0juta kali lipat besarnya daripada semut terbesar itu? Bagaimana mungkin sesuatu yang paling kecil bisa menjadi lebih besar dari sesuatu yang paling besar? Apakah di sini terjadi  kontradiksi (tanaqudh)? Tidak, di sini tidak ada kontradiksi. Keledai dikatakan kecil sekali jika dibandingkan dengan seekor unta yang ukurannya ada di kepala kita, tetapi ia besar sekali jika dibandingkan dengan seekor semut yang ukurannya dibayangkan di kepala kita pula.

Inilah yang saya maksud dengan pernyataan saya bahwa “besar” dan “kecil” itu merupakan dua konsep yang relatif. Sedangkan kuantitas itu sendiri, yakni hitungan dan ukuran, adalah dua hal yang hakiki. Apabila kita memiliki apel, sejumlah 100 buah, maka jumlah 100 tersebut merupakan sifat hakiki, dan bukan sifat analogis. Begitu juga besar petinya, bila ia satu meter persegi.

Ukuran dan hitungan termasuk konsep kuantitas. Sedangkan besar dan kecil adalah konsep-konsep tambahan (idhafi). Ketika kita menghitung ukuran kuantitas dengan 1, 2,dan 3, maka bilangan tersebut merupakan sesuatu yang hakiki. Sedangkan bila sesuatiu itu disebut sebagai ”yang kesatu”, “kedua”, dan “ketiga” maka hal itu merupakan sesuatu yang bersifat tambahan.

Setelah memahami sifat hakiki dan relatif, kita siap untuk menjelaskan ke topik diskusi kita kali ini.

Keburukan adalah hal yang relatif dalam pengertian bila dikontraskan dengan sesuatu yang hakiki. Keburukan merupakan sesuatu yang dianalogikan.

Pada bukti (9) , kita telah mendiskusikan bahwa ada dua jenis keburukan: keburukan karena dirinya, yaitu ketiadaan; dan keburukan yang sebenarnya merupakan suatu yang maujud, tetapi menyebabkan serangkaian hal yang bersifat ketiadaan.

Keburukan-keburukan yang pada hakikatnya merupakan hal yang bersifat ketiadaan , seperti kemiskinan, kebodohan, kelemahan, semuanya adalah sifat-sifat relatif. Miskin adalah relatif terhadap kaya. Bodoh adalah relatif terhadap yang berilmu. Lemah adalah relatif terhadap yang kuat.

Sedangkan, keburukan-keburukan yang hakikatnya merupakan hal-hal yang maujud tapi diberi sifat buruk karena hal-hal tersebut menjadi sumber suatu ketiadaan, seperti banjir, gempabumi, angin badai, binatang buas, penyakit, adalah sifat-sifat relatif. Mereka menjadi buruk dalam kaitannya dengan sesuatu tertentu. Yang buruk bukanlah bisa ular sebagaimana bisa ular itu sendiri, namun bisa ular dalam kaitannya dengan hewan lain yang terkena bisa itu. Serigala disebut jahat dalam kaitannya dengan hewan ternak, tapi ia tidak jahat dalam kaitannya dengan dirinya sendiri, ataupun dalam kaitannya dengan batu atau tumbuhan. Kambing bisa disebut jahat dalam kaitannya dengan tumbuh-tumbuhan , namun ia tidak jahat dalam kaitannya dengan manusia.

Jalal al-Din Rumi mengatakan:

Bisa ular menganugerahkan kehidupan pada dirinya

tapi ia menghadiahkan kematian pada manusia

Dengan demikian, tidak ada kejahatan mutlak di alam ini

Yang ada hanyalah kejahatan relatif

Ketahuilah itu

Jelaslah dari penjelasan di atas, bahwa keburukan dan kejahatan bersifat relatif, dan bukan hakiki.



Penjelasan (10b): Keburukan adalah relatif bukan dalam artian lawan dari yang mutlak
Terdapat kerelatifan yang lain, yaitu bila dikontraskan dengan kemutlakan. Dalam hal ini, relatif adalah terkait dengan sekumpulan syarat. Sedangkan mutlak adalah bebas dari syarat-syarat.

Semua keberadaan selain Wajib al-Wujud adalah relatif. Dan hanya Dia sendiri yang mutlak tanpa syarat. Kerelatifan dalam kaitannya dengan yang mutlak adalah sesuatu yang memiliki banyak kebaikan.

Keburukan adalah relatif bukan dalam makna ini. Keburukan adalah relatif dalam makna yang telah dijelaskan dalam Bukti (10) yang lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Allah