judul blog

Gudang Data Notes dan SS Facebookers Syiah Berikut Beberapa Tulisan Penting Seputar Syiah

Sabtu, 30 November 2013

Antara Kitabullah Wa Sunnati Atau Kitabullaah Wa Itrati -Bagian Pertama-

Kitabullah wa itrati
Di dalam bagian ini kita akan membahas perihal hadits yang selama ini banyak diagung-agungkan oleh sebagian kalangan sebagai rujukan yang sangat penting mengenai hadits : aku tinggalkan kepad kalian dua pusaka yang berat kitabullah dan sunnati , akan tetapi di sebagian tempat lain ditemukan dengan jumlah yang banyak dengan redaksi hampir sama tetapi berbeda kitabullah dan Itrati ahlulbaiti. Dimanakah lafadz yang asli apakah Sunnati atau Itrati. Lalu Mengapa kita perdebatkan kedua bentuk lafadz ini?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut mari kita bagi pembahasan kepada tiga bagian pembahasan yang dimana rujukannya HANYA kitab-kitab suni (ahlussunnah):
1. Riwayat yang menyebutkan lafadz Sunnati dan kualitas haditsnya.
2. Riwayat yang menyebutkan lafadz itranti ahlulbaiti dan kualitas haditsnya
3. Kesimpulan dan pandangan umum dari hal tersebut.
Riwayat Kitabullah wa sunnati dan Kualitas Hadits
(Bagian I)
Hadits Kitabullah wa sunnati merupakan hadits JARGON yang dipakai oleh sebagian kalangan untuk mengklaim golongannya dengan penafsiran masing-masing di dalam lafadz Sunnah nabi. Hadits masyhur di kalangan para Da’i bahkan di kalangan para aktifis Islam dalam menyuarakan Qur’an dan sunnah nabi, memang pada dasarnya tidak ada yang menafikan bahwa kita sebagai umat islam harus mengikuti sunnah nabi, akan tetapi yang menjadi permasalahan disini adalah penafsiran terhadap sunnah tersebut dikarenakan lafadznya yang umum atau digantikan dari lafadz aslinya. Oleh sebab itu kita sebaiknya meneliti lebih dalam tentang keaslian hadits tersebut , apakah lafadz yang sahih adalah sunnati atau itrah ahlulbaiti.
Sebelum kita membahas lebih lanjut, sebaiknya kita mengetahui sumber hadits tersebut terletak di mana dan siapa yang pertama mengemukakan hadits tersebut. Hadits JARGON tersebut hanya terdapat dalam kitab dibawah ini sebagai rujukan :
1. Almuwatha (Imam Malik) yang diriwayatkan oleh Malik Ibn anas
2. Sirah An-Nabawiah Riwayat Ibn Hisyam
3. Mustadrak ala shahihain Riwayat Alhakim An-Nisaburi
4. Sunan Al-Kubra riwayat albaihaqi
5. At-Tamhid lama fil muwatha linalma’ani walasanid riwayat Abdul Barr
6. Al-Jami’ As-Shaghir riwayat As-Suyuthi
7. Al-Ilma’ ila Ma’rifah ushul Ar-Riwayah wa taqyid as-sima Riwayat AlQadhi ayadhi
8. Kanzul’amal Riwayat Almuttaqi hindi
A. Kitab Almuwatha no 1594 , Imam Malik
وحدثني عن مالك انه بلغه ان رسول الله صلى الله عليه و سلم قال :تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما كتاب الله وسنة نبيه
Berkata kepada kami dari Malik sesungguhnya hadits tersebut sampai padanya sesungguhnya rasulullah saw, bersabda : aku tinggalkan pada kalian dua perkara dimana kalian tak akan tersesatkan jikalau kalian berpegang pada keduanya Kitabullah dan sunnah nabiNya.
Kecacatan Hadits :
1. Kecacatan Umum Hadits :
a. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab hadits Mu’Tabar Suni dalam Kitabussittah, sehingga hadits tersebut tidak dianggap sahih pada kitab yang enam.
b. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab Masanid suni mu’tabar seperti Musnad Ahmad ibn Hanbal.
2. Kecacatan Kitab al-Muwatha :
a. Kasyif Ad-dzunun berkata (dalam kitab Kasyfudzunun 2/724) : Padanya banyak yang mursal ( secara umum bermakna perawinya tidak sampai ke asal pembicara atu ada yg terhapus sebelumnya)
b. Suyuti Berkata (Tanwir Alhawalik 1/9) :
…و فيه ثلاثمائة و نيّف مرسلاً، و فيه نيّف و سبعون حديثاً قد ترك مالك نفسه العمل بها، و فيه أحاديث ضعيفة وهّاها جمهور العلماء.
Di Dalamnya (Almuwatha) terdapat 300 lebih hadits Mursal , dan didalamnya juga lebih dari 70 hadits telah ditinggalkan (tidak dipakai) oleh Malik sendiri , dan didalamnya hadits-hadits yang dhaif …
3. Kecacatan Rijal :
Tarjamah Malik, Malik ibn Anas maqduh dan majruh (ada cacat)
- Termasuk kaum khawarij, seperti yang dikatakan Abu Al-‘Abbas Al-mubarrid ( Al-kamil fil Adab 3/118
- Termasuk dari golongan mudallis (pembohong) seperti yang dikatakan Alkhatib albaghdadi ( Alkifayah fi ilmi ad-dirayah : 375)
- Bernyanyi (yataghanni) dengan alat , sepeti yang dikatakan Abu Alfaraj Isfabahani (Al-Aghani 2/231)
4. Permasalahan sanad , dimana diatas bisa dikatakan tidak ada sanad padanya atau mursal.
• Kesimpulan : Kitab tidak bisa berhujjah dengan hadits ini dengan banyaknya kecacatan padanya.
B. Kitab As-Sirah An-Nubuwah 4/260 Riwayat Ibnu Hisyam
Dia menceritakan Khutbah Nabi saw di Haji Wada’, dari Ibn Ishaq Nabi Bersabda :
وقد تركت فيكم ما إن اعتصمتم به فلن تضلوا أبدا أمرا بينا كتاب الله وسنة نبيه
( Sungguh Aku tinggalkan pada kalian dimana jikalau kalian berpegang dengannya tidak akan tersesat selamanya yaitu Kitabullah dan sunnah nabi-Nya)
Kecacatan Hadits:
1. Kecacatan Umum Hadits :
a. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab hadits Mu’Tabar Suni dalam Kitabussittah, sehingga hadits tersebut tidak dianggap sahih pada kitab yang enam.
b. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab Masanid suni mu’tabar seperti Musnad Ahmad ibn Hanbal.
2. Kecacatan Hadits
Hadits tersebut tidak ada sanadnya atau bisa dikatakan mursal.
3. Kecacatan Rijal
Ibn Ishaq tanggapan sebagian besar ulama mengenainya adalah maqduh wa majruh (cacat) , sebagian mengatakan mudallis (pembohong) (bisa dilihat dalam kitab Tarjamah rijaliah mengenai Ibn Ishaq)
وقال أحمد: كان ابن إسحاق يدلس إلا أن كتاب إبراهيم بن سعد إذا كان سماع قال: حدثني.
وإذا لم يكن، قال: قال.
قال: ليس هو بحجة.
Berkata ahmad : Ibnu Ishaq berbohong…..
Dan berkata pula : dia tidak bisa dijadikan hujjah (Sair A’lam An-Nubala, tarjamah Ibn Ishaq)
Dan masih banyak pernyataan lain mengenai kecacatan ibn Ishaq tersebut
*Kesimpulan : Hadits inipun tidak bisa dijadikan hujjah dengan banyaknya cacat padanya.
C. Kitab Mustadrak Ala shahihain 1/171-172 yang dikeluarkan oleh Alhakim An-Nisaburi
1. Dari Ismail Ibn abi Uwais
أخبرني إسماعيل بن محمد بن الفضل الشعراني، ثنا جدي، ثنا ابن أبي أويس، حدثني أبي، عن ثور بن زيد الديلي، عن عكرمة ، عن ابن عبّاس: إنّ رسول الله صلّى الله عليه و سلّم خطب الناس في حجة الوداع…إني قد تركت فيكم ما إن اعتصمتم به فلن تضلّوا أبداً كتاب الله و سنة نبيه صلّى الله عليه و سلّم…
Mengkhabarkan kepadaku Isma’il ibn Abi Uwais …dari ibnu Abbas : sesungguhnya rasulullah saww berkhutbah di depan manusia di Haji wada…sesungguhnu aku telah meninggalkan kepada kalian yang dimana kalian berpegang teguh padanya tak akan tersesat selamanya yaitu Kitabullah dan sunnah nabi-Nya saw.
1) Kecacatam Umum Hadits :
a. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab hadits Mu’Tabar Suni dalam Kitabussittah, sehingga hadits tersebut tidak dianggap sahih pada kitab yang enam.
b. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab Masanid suni mu’tabar seperti Musnad Ahmad ibn Hanbal.
2) Kecacatan Rijal hadits
a) Ismail ibn Abi Uwais (termasuk orang yang makruf kecacatannya)
Kita cukupkan penukilan Ibn Hajar asqalani dalam Tahdzib At-Tahdzib no 567 mengenainya, dia berkata :
- Muawiyah ibn shalih berkata dari ibn Mu’in : Dia dan Bapaknya sama-sama dha’if
- Darinya juga berkata : mencampur/merusak, berbohong, laitsa bisyai in
- Annasai berkata : Dha’if, gheir Tsiqat
- Ibn adi Berkata : diriwayatkan dari Khal nya banyak hadits yang gharib tidak ada yang mengikutinya satu orangpun.
- Ad-Daulabi dalam Ad-Dhu’afa : aku mendengar An Nasr ibn salmah Al-marwizi, berkata : Ibn Abi Uwais Kadzab (pembohong)
- Al-aqili dalam Ad-Dhu’afa : berkata ibn Abi Uwais لا يسوى فلسين
- Ad-Daruquthni berkata : Tidak ada yang memilih dia dalam sahih
- Ibn Hazm dalam Al-Mahalli : berkata Abu Alfath Al-Azdi berkata kepada ku saif ibn Muhammad sesungguhnya Ibn abi Uwais telah memalsukan hadits
b) Iqrimah maula ibn Abbas
Adzahabi dalam sair A’lam An-nubala Juz 5 bagian Ikrimah
- Dia adalah Khawarij
- Malik melihat keburukan ikrimah : tidak ada yang percaya dengan haditsnya
• Kesimpulan hadits yang dibawakan oleh Alhakim An-nisaburi ini tidak bisa dijadikan hujjah disebabkan perawi hadits ini banyak memiliki kecacatan
2. Dari shalih Ibn Musa Athalhi Alkufi
اخبرني أبو بكر بن إسحاق الفقيح ، أنبأ محمد بن عيسى بن السكن الواسطي، ثنا داود بن عمر و الضبّي، ثنا صالح بن موسى الطلحي، عن عبد العزيز بن رفيع، عن أبي صالح، عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال : قال رسول الله صلّى الله علي و سلّم : إني قد تركت فيكم شيئين لن
تضلوا بعدهما : كتاب الله و سنّتي و لن يتفرّقا حتى يردا عليّ الحوض
…dari shalih ibn musa Athalhi … dari abi hurairah , berkata : rasululllah saw bersabda : Sesungguhnya aku tinggalkan padamu dua hal tidak akan tersesatkan setelah keduanya, Kitabullah dan sunnahku dan tidak akan terpisah keduanya sampai bertemu denganku di haudh.
1) Kecacatan Umum Hadits :
a. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab hadits Mu’Tabar Suni dalam Kitabussittah, sehingga hadits tersebut tidak dianggap sahih pada kitab yang enam.
b. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab Masanid suni mu’tabar seperti Musnad Ahmad ibn Hanbal.
2) Kecacatan rijal hadits
Dicukupkan keterangannya dengan nukilan dari Ibn Hajar asqalani dala Tahdzib At-Tahdzib 1/280-281 dan 3/270 mengenai perawinya shalih ibn Musa.
- Berkata ibn Mu’in : laitsa bi syai in
- Dan berkata pula : Shalih dan Ishaq kedua2nya putra Musa laisa bisyai, dan tidak ditulis hadits keduanya ( karena dhaifnya)
- Hasyim ibn Murtsid dari ibn Mu’in : bukan tsiqat
- Ibn Hatim dari bapaknya berkata : Haditsnya dha’if, haditsnya sangat munkar
Banyak yang mengingkarinya dari tsiqat.
- Al-Bukhari berkata : Munkar haditsnya dari sahil ibn Abi shalih
- An-Nasai berkata : Tidak diambil haditsnya karena dha’if, di tempat lainnya mengatakan haditsnya matruk (tertolak)
- Ibn Adi berkata : secara umum apa yang diriwayatkannya tidak ada yang mengikuti (mengambilnya) seorangpun, dan menurutku dia termasuk yang tidak dipercaya seorang pembohong, dan banyak kesalahan, dan banyak dari apa yang diriwayatkannya tidak ada seorangpun yang memperdulikannya.
- Al-aqili berkata : tidak ada yang mengikuti (mengambil) haditsnya seorangpun
- Ibn Hibban berkata : Tidak boleh berhujjah dengan (hadits) nya
- Ibu Na’im berkata : Matruk
• Kesimpulan : hadits ini pun tidak bisa dijadikan hujjah, karena banyak kecacatan perawinya
D. Kitab As-Sunan Alkubra 10/113 dari Al-baihaqi
1. Dari Ibn Abi Uwais
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ أَخْبَرَنِى إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْفَضْلِ الشَّعْرَانِىُّ حَدَّثَنَا جَدِّى حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِى أُوَيْسٍ حَدَّثَنَا أَبِى عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ الدِّيلِىِّ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَطَبَ النَّاسَ فِى حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَقَالَ :« يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ ».
…berkata kepada kami Ibn Abi Uwais…dari ikrimah dari ibn abbas ra, rasul bersabda : –hampir sama dengan sebelumnya yaitu hadits kitabullah da sunnahku—
Kecacatan Hadits :
1) Kecacatan Umum Hadits :
c. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab hadits Mu’Tabar Suni dalam Kitabussittah, sehingga hadits tersebut tidak dianggap sahih pada kitab yang enam.
d. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab Masanid suni mu’tabar seperti Musnad Ahmad ibn Hanbal.
2) Mengenai Ibn Abi Uwais dan ikrimah sudah disebutkan diatas dalam pembahasan kitab mustadrak dengan kecacatan mereka
*Kesimpulan : Hadits dalam kitab baihaqi juga tidak bisa dijadikan hujjah
2. Dari shalih ibn Musa At-thalhi
Kecacatan hadits :
1) Kecacatan Umum Hadits :
a. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab hadits Mu’Tabar Suni dalam Kitabussittah, sehingga hadits tersebut tidak dianggap sahih pada kitab yang enam.
b. Hadits tersebut tidak dimasukkan dalam kitab Masanid suni mu’tabar seperti Musnad Ahmad ibn Hanbal.
2) Kecacatan rijal shalil ibn Musa At-Thalhi
hadits ini serupa dengan point Shalih ibn musa at-thalhi dalam kitab mustadrak yang terbukti kecacatannya tidak bisa dijadikan Hujjah.
E. Kitab At-Tamhid lama fil muwatha minal ma’ani wal asanid dari Ibn Abdilbar
1. Dari Shalih ibn Musa Athalhi
Sudah disebutkan dalam pembahsan sebelumnya tidak bisa dijadikan hujjah
2. Dari katsir ibn Abdillah
وحدثنا عبد الرحمن بن يحيى قال حدثنا أحمد بن سعيد قال حدثنا محمد بن إبراهيم الديبلي قال حدثنا علي بن زيد الفرائضي قال حدثنا الحنيني عن كثير بن عبد الله بن عمرو بن عوف عن أبيه عن جده قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما كتاب الله وسنة نبيه صلى الله عليه وسلم” .”
…dari Katsir ibn Abdillah …rasul bersabda : –seperti hadits diatas—
Kecacatan hadist :
1) Kecacatan umum yang telah disebutkan sebelumnya
2) Tarjamah katsir ibn Abdillah, kita cukupkan keterangan dari ibn hajar asqalani dalam tahdzib at-Tahdzib 8/367
- Abu thalib dari ahmad berkata : dia munkar hadits dan laitsa bi syai
- Abdullah ibn Ahmad berkata : ayahku menghina dan merendahkan hadits katsir ibn abdillah dalam musnad dan lam uuhadditsna anhu.
- Abu Haitsami berkata : Ahmad berkata : la yuhadits anhu syaian
- Ad-duri dari ibn Mu’in : dia dhaif hadits
- Marrah berkata : laitsa bisyai in
- Ad-Darimi dari Ibn Mu’in : laisa bisyai in
- Alajri berkata : ditanyakan abu Dawud darinya, dan berkata : dia adalah salahsatu kadzabiin (pembohong)
- Abi Hatim berkata : aku bertanya Aba Zar’ah darinya , berkata : Lemah haditsnya tidak kuat.
- Abu Hatim berkata : laista bil matin (tidak kuat)
- An-nasai dan daruquthni berkata : haditsnya matruk (tertolak)
- An-nasai dalam tempat lainnnyamengatakan : bukan tsiqat
- Ibn adi berkata : secara umum tidak ada yang mengikuti haditsnya
- Abu na’im berkata : Ali ibn Al-madini mendhaifkannya
- Ibn Sa’ad berkata : didhaifkan
- Alhakim berkata : diceritakan dari kakeknya sebuah tulisan (hadits) didalamnya banyak yang manakir (tertolak), kemudian As-Saji mendhaifkannya .
- Ibn Hajar mengatakan : As-Saji mendhaifkannya juga
- Ibn Abdil barr mengatakan : pendapat yang telah disepakati untuk medhaifkannya
• Kesimpulan : hadits ini jelas tidak bisa dijadikan Hujjah dikarenakan katsir ibn Abdillah telah disepakati oleh ahli hadits dhaif.
F. Kitab Al-Ilma’ ila ma’rifat ar-riwayah wa taqyid as-sima’ dari alqadhi al’iyadh
وقال عليه السلام فيما أخبرنا به القاضي الحافظ أبو علي الحسين ابن محمد رحمه الله قراءة مني عليه قال أخبرنا الشيخ الإمام أبو الفضل أحمد بن أحمد الأصبهاني قال أخبرنا أبو نعيم أحمد بن عبد الله الحافظ قال أخبرنا عبد الله بن محمد بن جعفر أخبرنا بنان بن أحمد القطان أخبرنا عبد الله بن عمر بن أبان أخبرنا شعيب بن إبراهيم أخبرنا سيف بن عمر عن أبان بن إسحق الأسدى عن الصباح بن محمد عن أبى حازم عن أبى سعيد الخدري قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم أيها الناس إنى قد تركت فيكم الثقلين كتاب الله وسنتى فلا تفسدوه وإنه لا تعمى أبصاركم ولن تزل أقدامكم ولن تقصر أيديكم ما أخذتم بهما
…mengkhabarkan kepada kami Syu’aib ibn Ibrahim, mengkhabarkan kepada kami saif ibn Umar , dari ishaq al-Asadi, dari as-Shubah ibn Muhammad…rasul saw bersabda : seperti hadits diatas
Kecacatan hadits :
1) Kecacatan Umum : telah disebutkan diatas
2) Kecacatan rijal hadits :
a. Syaib ibn Ibrahim dan saif ibn Umar , Ibnu adi (dalam lisan almizan 3/172) menganggap mereka cacat dan mengomentari : tidak makruf
b. Aban ibn Ishaq Alasadi : Azadi berkata (di dalam Tahdzib at-Tahdzib 1/85) haditnyanya matruk (tertolak)
c. As-Shubah ibn Muhammad Al-Ahmasi: di dalam tahdzib at-tahdzib dikatakan tidak meriwayatkan darinya kecuali At-Tirmidzi, dan hanya meriwayatkan sekali dari ibn Mas’ud sebuah hadits serta menganggapnya asing, serta berkata Al-Aqili di dalam haditsnya terdapat wahm (khayal) dan yarfa’u almauquf
d. Saif ibn Umar
Kita cukupkan keterangan dari Ibn Hajar Ats qalani dalam tahdzib at-tahdzib 4/268
- Ibn Mu’in berkata : Haditsnya dha’if
- Abu Hatim berkata : Haditsnya matruk
- Abu Dawud berkata : latsa bi syai in
- An-Nasai berkata : Dhaif
- Ad-Daruquthni berkata : Dhaif
- Ibn Adi berkata : dan umumnya munkar tidak ada yang mengambil hadistnya
- Ibn Hibban berkata : dia memalsukan hadits
- Ibn Hajar berkata : menuduhnya sebagai zindiqah (orang sesat)
- Albarqani berkata dari daruquthni : Matruk
- Alhakim berkata : dituduh sebagai zindiq
G. Kitab Jami as-Shaghir 1/197 dari As-Suyuthi
Sama seperti yang terdapat pada mustadrak ala shahihain dari Abu hurairah tertolak haditsnya.
H. Kanzul ummal 1/100 -107 dari Almuttaqi alhindi
Haditsnya asing menyalin sama dengan hadits yang telah disebutkan diatas.
*** Kesimpulan Akhir : Hadits kitabullah wa sunnati merupakan hadits yang dha’if dengan berbagai macam keterangan rijal hadits yang banyak kecacatannya, selain daripada itu juga ulama ahlussunnah tidak memandang hadist tersebut sebagai hadits yang asli dan shahih tidak dimasukkan dalam kitab sittah dan masanidnya.
Sehingga tidak tersisa lagi untuk bisa berhujjah dengannya
Akan tetapi hal yang serupa hadits tersebut dengan redaksi lafadz lainnya yaitu kitabullah wa itrati yang akan kita buktikan kesahihannya …
Bersambung…

Rabu, 27 November 2013

Tafsir Surat al-Bayyinah Ayat 7



Hadis Riwayat Imam Ali as.

1) Al Khawârizmi, Ibnu Mardawaih dan Al Hiskâni:

Dengan sanad bersambung kepada Ismail ibn Ziyâd al Bazzâr dari Ibrahim ibn Muhâjir, ia berkata, Yazid ibn Syurâhil al Anshari –juru tulis Ali- menyampaikan hadis kepadaku, ia berkata, “Aku mendengar Ali as. berkata, ‘Rasulullah saw. meesabda kepadaku ketika beliau bersandar di dadaku-, ‘Hai Ali, tidakkah engkau mendengar firman Allah –Ta’ala-:


إِنَّ الذينَ آمَنُوا و عَمِلُوا الصالِحاتِ أُولَئِكَ هُمْ خيرُ البَرِيَّةِ.؟

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk” (QS 98:7)



هُمْ أنت وَ شيعتُكَ، و مَوْعِدِيْ و مَوْعِدُكم الحوضُ إذا جاءَتِ الأُمَمُ للِحسابِ يومَ القيامة تُدْعَوْنَ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ.

“Mereka itu adalah kamu dan Syi’ahmu. Tempat perjumpaanku dan kamu adalah telaga, Al-Haudh. Ketika umat manusia untuk hisab, kalian akan dipanggil dalam keadaan berseri-seri.”[1]

Hadis Riwayat Imam Muhammad al Baqir as.

2) Ath Thabari: Dengan sanadnya, Ibnu Humaid menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata, Isa ibn Farqad menyampaikan hadis kepada kami, dari Abu al Jârud dari Muhammad ibn Ali:


أُولَئِكَ هُمْ خيرُ البَرِيَّةِ

Nabi saw. bersabda:


أنت يا علِيُّ وَ شيعتُكَ

“Engkau dan Syi’ahmu, hai Ali.”[2]

Dalam Syawâhid at Tanzîl-nya, al Hâfidz al Hakim al Hiskâni meriwayatkan tafsir ayat tersebut dari Imam Muhammad al Baqir as. (Imam Kelima Syi’ah Imamiyah, Ja’fariyah Istnâasyariyah) dari berbagai jalur periwayatan:

A) Dari Israil dari jabir ibn Yazid al Ju’fi dari Abu Ja’far Muhammad ibn Ali as., ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda (tentang ayat):


إِنَّ الذينَ آمَنُوا و عَمِلُوا الصالِحاتِ أُولَئِكَ هُمْ خيرُ البَرِيَّةِ.؟

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk” (QS 98:7)


هُمْ أنت وَ شيعتُكَ يا عِلي.

“Hai Ali, mereka itu adalah kamu dan Syi’ahmu.”

B) Dari Syaddâd al Ju’fi dari jabir dari Ja’far Muhammad ibn Ali as., ia berkata, (hadis yang sama).

C) Dari Syaddâd ibn Rusyaid dan dari ‘Amr ibn Syimr keduanya dari Ja’far Muhammad ibn Ali as., ia berkata, (hadis yang sama).

D) Dari Israil dan Abân ibn Taghlib dari Jabir (hadis yang sama).

E) Dari ‘Amr ibn Syimr dari Jabir dari Abu Ja’far dari Nabi saw. bersabda (terkait dengan ayat):

إِنَّ الذينَ آمَنُوا و عَمِلُوا الصالِحاتِ أُولَئِكَ هُمْ خيرُ البَرِيَّةِ. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk” (QS 98:7)


هُمْ أَنْتَ وَ شِيْعَتُكَ، تَردُ عَلَيَّ أنتَ وَ شيعتُكَ راضين مرضِيِّيْنَ.

“Mereka adalah engkau dan Syi ‘ahmu. Engkau dan Syi’ahmu akan datang menemuiku dalam keadaan ridha dan diriidhai.”

F) Dari Mas’ud ibn Sa’ad al Ju’fi dari Jabir al Ju’fi dari Abu Ja’far tentang firman Allah:

إِنَّ الذينَ آمَنُوا و عَمِلُوا الصالِحاتِ أُولَئِكَ هُمْ خيرُ البَرِيَّةِ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk” (QS 98:7)

Beliau berkata, “Yang dimaksud dengan mereka adalah Ali dan Syi’ahnya.”Catatan:

Pertama, Dalam tafsir besanya, ath Thabari tidak menukil sebuah riwayat dari seorang mufassir-pun selain Imam Muhammad al Baqir as. yang menafsirkan ayat di atas dengan tafsiran yang telah Anda baca,. Dan ia tidak memberikan komentar yang bernada meragukan, misalnya. Itu dapat menjadi indikasi kuat bahwa beliau menerimanya.

Kedua, Al Hakim al Hiskâni dalam Syawahid at Tanzîl-nya telah menetapkan ayat di atas sebagai ayat yang turun untuk keutamaan Imam Ali as. dan ia mendukungnya dengan belasan riwayat dari para sahabat dan Imam al Baqir as. Hadis 1125- hadis1148.

Ketiga, Ibnu Hajar al Haitami asy Syafi’i juga menegaskan bahwa ayat ini turn berkenaan dengan keutamaan Imam Ali dan Syi’ahnya. Ia menggolongkannya sebagai ayat ke 11 dan mendukungnya dengan hadis riwayat Ibnu Abbas (hadis nomer 7).[3]

Keempat, Al Alûsi juga menyebutkan beberapa riwayat yang mendukung bahwa ayat ini turun untuk menjelaskan keutamaan Imam Ali as. dan keluarganya[4].

Setelah semua bukti ini, masihkan ada yang menggolongkan tafsir ayat di atas berdasarkan hadis sahih riwayat para ulama Ahlusunnah wal Jama’ah sebagai tafsir Syi’ah dengan maksud mendiskriditkannya?!

Apa yang dilakukan sebagian pembenci Ahlulbait as. dengan menabur keraguan di seputar keadalian dan kejujuran Abu al Jarud andai kita terima tidaklah cukup alasan untuk melemahkannya dan kemudian menolaknya, sebab:

Pertama, Pencacatan atas Abu al Jarud, seperti dapat Anda saksikan, terkesan tidak adil… ia pencacatan yang diilhami oleh perselisihan mazhab… pencacatan dan luapan emosi para penjarh itu yang mereka muntahkan ke atas Abu al Jarud adalah karena kesyi’ahannya… dan karenanya semua tuduhan dan cercaan halal bagi para pencacat itu… mereka mengatakan Abu al Jârûd seorang kadzdzâb/pembohong! Tetapi jika Anda bertanya, adakah bukti kebohongannya? Pasti jawabnya singkat: Riwayat-riwayat keutamaan Ahlulbait itu sebaik-baik bukti kebohongannya!! Itu semua adalah gaya lama peninggalan para tiran bani Umayyah dan bani al Abbas yang telah mendidik kaum Nawashib, anjing-anjing nereka, kilâbun nâr, untuk selalu menjulurkan lidah najisnya ke wajah setiap para pecinta keluarga suci Nabi saw. dan periwayat hadis-hadis keutamaan Ahlulbait as. dengan berbagai cercaan, caci maki, tuduhan palsu dan penfasikan serta pembid’ahan!!

Masalah ini panjang untuk dibicarakan di sini, semoga kami berkesempatan membahasnya secara khusus dalam kesempatan lain. Namun saya akan ajak pembaca meperhatikan beberapa data di bawah ini agar menjadi jelas benang merah permasalahannya.

Segera setelah menancapkan taring kekuasaannya, Mua’wiyah putra pasangan Abu Sufyan dan Hindun (si perobek perut dan pengunyah jantung Hamzah pamanda Nabi saw.) mengeluarkan beberapa titah kepada seluruh aparatnya, di antaranya:

Mu’awiyah menulis surat keputusan yang dikirimkan kepada para gubenur dan kepala daerah segera setelah ia berkuasa:


أن برِئَت الذمة مِمن روى شيئا فِي فَضْلِ أبِي تُراب و أهْلِ بَيْتِهِ .

“Lepas kekebalan bagi yang meriwayatkan sesuatu apapun tentang keutamaan Abu Thurab (Imam Ali as. maksudnya-pen) dan Ahlulbaitnya.”

Maka setelah itu –kata al Madâini, seorang sejarawan kondang Ahlusunnah- para penceramah di setiap desa dan di atas setiap mimbar berlomba-lomba melaknati Ali dan berlepas tangan darinya serta mencaci makinya dan juga Ahlulbaitnya. Masyarakat paling sengsara saat itu adalah penduduk kota Kufah sebab banyak dari mereka adalah Syi’ah Ali as. Dan untuk lebih menekan mereka, Mu’awiyah mengangkat Ziyad ibn Sumayyah sebagai gubernur kota tersebut dengan menggabungkan propinsi Basrah dan Kufah. Ziyad menyisir kaum Syiah –dan ia sangat mengenali mereka, sebab dahulu ia pernah bergabung dengan mereka di masa Khilafah Ali as.. Ziyad membantai mereka di manapun mereka ditemukan, mengintimidasi mereka, memotong tangan-tangan dan kaki-kaki mereka, menusuk mata-mata mereka dengan besi mengangah dan menyalib mereka di atas batang-batang pohon kurma. Mereka juga diusir dari Irak, sehingga tidak ada lagi dari mereka yang terkenal.[5]

Setelah menyusulnya dengan beberapa surat perintah yang menganjurkan pembuatan hadis-hadis keutamaan yang bertujuan menandingi keutamaan Ali as., Mua’wiyah menyusulnya dengan surat kelima sebagai di bawah ini:


انْظُرُوْا إِلَى مَن قَامَتْ عليهِ الْبَيِّنَةُ أنَّهُ يُحِبُّ عَلِيًّا وَ أهْلَ بَيْتِهِ فَامْحُوْهُ مِنَ الدِّيوَانِ وَ أسْقِطُوا عَطَاءَهُ وَ رِزْقَهُ.

“Perhatikan siapa yang terbukti mencintai Ali dan Ahlulbaitnya maka hapuslah namanya dari catatan sipil negara, gugurkan uang pemberian untuknya!”

Tidak puas dengan itu, Mu’awiyah malayangkan surat keenam:


مَنْ اتَّهَمْتُمُوْهُ بِمُوَالاَةِ هَؤُلاَءِ القَوْمِ فَنَكِّلُوْا بِهِ وَ اهْدِمُوْا دَارَهُ.

“Barang siapa yang kamu curigai mencintai Ali dari mereka maka jatuhkan sangsi berat atasnya! Hancurkan rumahnya!”

Jadi, sekedar tertuduh mencintai Imam Ali as. dan para Syi’ahnya sudah cukup alasan untuk dijatuhi hukuman dan sanksi berat atasnya. Maka tidak ada yang menderita lebih dari penduduk Irak, khususnya kota Kufah, sampai-sampai seorang dari Syi’ah didatangi temannya yang ia percayai lalu masuk ke rumahnya dan ia menyampaikan beberapa rahasia, ia takut dari pembantu dan budaknya. Dan ia tidak menyampaikannya sebelum ia meminta sumpah dengan sumpah yang berat untuk tidak menyebarkannya.

Maka tidaklah berlebihan kekhawatiran sebagian pemerhati Sunnah Nabi saw. bahwa sikap sebagian Muhaddis kita itu sebenarnya akibat sikpa provokatif rezim Umawiyyah, khususnya Mu’awiyah di atas.

Cob Anda perhatikan dengan seksama kesamaan antara semangat sebagian Muhaddis dalam mencacat setiap periwayat keutamaan Imam Ali as. dan Ahlulbait as. dengan politik Mu’wiyah di atas.

Kedua, Ternyata hadis riwayat tafsiran Nabi saw. itu telah diriwayatkan oleh banyak sahabat.

Ketiga, Anggap benar Abu al Jurud, perawi tafsir itu dari Imam Muhammad ibn Ali al Baqir as. adalah cacat, bukankah ternyata tafsiran itu tidak hanya diriwayatkan dari Imam Al Baqir as. dari jalur Abu al Jârud!

Jadi jika mereka bernafsu menggugurkan hadis tersebut hendaknya mencacat seluruh jalur periwayatnnya.

Atau mereka (Neo Nawashib/Salafi/wahhabi) hendak mengatakan bahwa Imam Al Baqir itu jahil dalam tafsir sehingga tidak layak dijadikan rujukan![6] Atau riwayatnya dari Nabi saw. tidak mu’tabarah, sebab beliau tidak hidup sezaman dengan kakek beliau; Nabi saw. sehingga riwayatnya terputus dan mursal dalam istilah ilmu hadis, seperti yang telah dikatakan Luqman bin Muhammad Ba’abduh dalam artikelnya?!

Mengapakah hadis mursalnya Imam al Baqir as. didha’ifkan sementara hadis mursalnya Sa’id ibn Musayyib (menantu Abu Hurairah) disahihkan[7]? Apakah Sa’id ibn Musayyib lebih mulia dan lebih utama di banmding Imam Al Baqir as. cucu Imam Husain putra Ali as.?

Apakah Anda mengira bahwa Imam Al Baqir as. memungut hadis kekek beliau Rasulullah saw. dari jalanan seperti umumnya para pemburu hadis? Apakah ayah beliau Imam Zainal Abidin as. tidak mampu menyampaikan hadis kakek beliau melalui Imam Husain as. dari Ali ibn Abi Thalib as.?

Ma’af, saya sepertinya salah alamat ketika mengarahkan perbicaraan tentang keagungan para imam suci Ahlulbait Nabi saw. kepada pewaris-pewaris kebencian dan dendam kusumat Jahiliah para kaum kafir dan thilaqâ’ (tawanan yang dibebaskan Nabi saw. setelah penaklukan kota Makkah, seperti kebanyakan bani Umayyah) akibat kekalahan di Badr, Uhud, Khandaq dan Hunain.

Semoga Allah merahmati orang yang berbicara bijak bahwa Mu’awiyah telah mencetak kader-kader militant berupa anjing-anjing neraka di setiap zaman yang akan melanggengkan kesesatannya dan menjulurkan lidah najisnya untuk mencacat setiap hadis keutamaan Ahlulbait Nabi saw…

CATATAN KAKI

[1] Syawahid at Tanzîl,2/356 hadis 1125 al Manâqib, pasdal 17, hal.265-266 hadis.247 dari riwayat Ibnu Mardawaih, dan darinya as Suyuthi meriwayatkan dalam ad Durr al Mantsûr,6/643.

[2] J^ami’ al Bayân ‘An Ta’wîl al Qur’an,30/265.

[3] Ash Shawâiq, bab: 11 pasal pertama ayat ke sebelas hal:161.

[4] Tafsir Rûh al-Ma’âni,15/431.

[5] Syarah Nahj al Balâghah, jilid III/juz 11/14-17.

[6] Dirâsât al Labîb:437.

[7] At taqyîd wa al Îdhâh:73.

__________________________

Minggu, 17 November 2013

Wahhabi-Salafi Neo Khowarij


Nabi shallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

“ Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang membagi-bagikan pembagian(harta), datang Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata; Wahai Rasulullah, tolong engkau berlaku adil. Maka beliau berkata: Celaka kamu!. Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Kemudian ‘Umar berkata; Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal batang lehernya!. Beliau berkata: Biarkanlah dia. Karena dia nanti akan memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian memandang remeh shalatnya dibanding shalat mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari hewan buruannya. Kemudian dilihat mata tombaknya dan tidak didapati apa-apa, kemudian dilihat ikatan yang ada di atas mata tombaknya, dan tidak didapati apa-apa. Kemudian dilihat kayu panahnya dan tidak didapati apa-apa, kemudian dilihat bulu panahnya dan tidak didapati apa-apa. Ciri-ciri mereka adalah laki-laki berkulit hitam yang salah satu dari dua lengan atasnya bagaikan payudara wanita atau bagaikan potongan daging yang bergerak-gerak. Mereka akan muncul pada zaman timbulnya firqah/golongan. Abu Sa’id berkata, Aku bersaksi bahwa aku mendengar hadits ini dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan aku bersaksi bahwa ‘Ali bin Abu Thalib telah memerangi mereka dan aku bersamanya saat itu lalu dia memerintahkan untuk mencari seseorang yang bersembunyi lalu orang itu didapatkan dan dihadirkan hingga aku dapat melihatnya persis seperti yang dijelaskan ciri-cirinya oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam “. (HR Bukhari 3341)

Dari hadits ini, kita dapat pahami bahwa tokoh awal yang keluar dari Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam adalah Dzul Khuwaishirah at-Tamimi yang berasal dari Najd dan tinggal di sana. Kemudian dari generasi keturunannya atau pengikutnya, akan muncul kelompok yang Nabi sifati dengan sifat-sifat di atas yaitu : sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah, senantiasa membaca Al-Quran namun semua itu tidak membekas dalam hatinya dan lepas dari agama sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya dan karena sangat cepat dan kuatnya tarikan sipemanah hingga tidak membekas sedikitpun dari darah atau daging buruannya, artinya mereka lepas dari agama Islam dan tidak membawa sedikitpun darinya. Mereka inilah kaum Khawarij yang akan terus berlanjut hingga masa fitnah dajjal dan awal perbuatan buruk yang mereka lakukan adalah membunuh imam Ali Radhiallahu ‘anhu wa ‘an ashaabi Rasulillah ajma’iin.


Imam Al-Khoththabi berkomentar :

الضئضئ الأصل يريد أنه يخرج من نسله الذين هو أصلهم أو يخرج من أصحابه وأتباعه الذين يقتدون به ويبنون رأيهم ومذهبهم على أصل قوله

“ Makna dhidhi’ adalah asal. Nabi bermaksud bahwa akan keluar dari keturunannya orang-orang yang dia (Dzul Khuwaishirah) menjadi bibit awal mereka, atau akan keluar dari sahabatnya atau pengikutnya yang mengikutinya dan membangun pemikiran dan madzhabnya atas dasar asal ucapannya “. selesai.

=========

Di antara kaum yang mengikuti manhaj Dzul Khuwaishirah at-Tamimi tersebut adalah kaum wahabi, kenapa ?

Sebab Rasulullah Saw telah menginformasikan sifat dan ciri-ciri mereka :

1. Kemunculan mereka dari arah Timur kota Madinah tepatnya dari kota Najd Saudi Arabia :

Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من ها هنا جاءت الفتن ، نحو المشرق ، والجفاء وغلظ القلوب في الفدادين أهل الوبر ، عند أصول أذناب الإبل والبقر ، في ربيعة ومضر

“Dari sinilah fitnah-fitnah akan bermunculan, dari arah Timur, dan sifat kasar juga kerasnya hati pada orang-orang yang sibuk mengurus onta dan sapi, kaum Baduwi yaitu pada kaum Rabi’ah dan Mudhar “. (HR. Bukhari)

Suku Rabi'ah dan Mudhar sudah jelas berada di Najd...

2. Sering membawakan hadits-hadits Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam dan juga ayat-ayat Al-Quran ;

Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda ;

سيخرج في آخر الزمان قوم أحداث الأسنان سفهاء الأحلام يقولون قول خير البرية يقرؤون القرآن لا يجاوز حناجرهم يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية ، فإذا لقيتموهم فاقتلوهم ، فإن قتلهم أجراً لمن قتلهم عند الله يوم القيامة

“ Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan sbeaik-baik manusia (Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa dengan mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala di sisi Allah kelak di hari kiamat “.(HR. Imam Bukhari : 3342)

3. Mereka selalu mengajak kembali kepada Al-Quran. 

يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا سِيمَاهُمْ قَالَ : التَّحْلِيقُ .

" Mereka mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak mendapat bagian sedikitpun dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka orang yang memerangi lebih baik di sisi Allah dari mereka “, para sahabat bertanya “ Wahai Rasul Allah, apa cirri khas mereka? Rasul menjawab “ Bercukur gundul “. 
(Sunan Abu Daud : 4765) 

4. Berusia muda dan lemahnya akal. Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda ;

سيخرج في آخر الزمان قوم أحداث الأسنان سفهاء الأحلام يقولون قول خير البرية يقرؤون القرآن لا يجاوز حناجرهم يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية ، فإذا لقيتموهم فاقتلوهم ، فإن قتلهم أجراً لمن قتلهم عند الله يوم القيامة

“ Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan sbeaik-baik manusia (Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa dengan mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala di sisi Allah kelak di hari kiamat “.(HR. Imam Bukhari 3342)

5. Bercukur gundul. Cirri khas ini merupakan cirri khas yang sangat menonjol bagi mereka dan merupakan penetapan dan penentuan dari Nabi shallahu ‘alaihi terhadap kelompok wahabi saat awal kemunculannya. Karena tidak ada satupun kelompok ahlul bid’ah yang melakukan kebiasaan itu selain kelompok wahabi ini.

يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا سِيمَاهُمْ قَالَ : التَّحْلِيقُ .

" Mereka mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak mendapat bagian sedikitpun dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka orang yang memerangi lebih baik di sisi Allah dari mereka “, para sahabat bertanya “ Wahai Rasul Allah, apa cirri khas mereka? Rasul menjawab “ Bercukur gundul “. 
(Sunan Abu Daud : 4765)

6. Mereka akan bersama dajjal di dalam menyebarkan fitnah terhadap kaum muslimin :

Rasul juga memberitahukan pada kita bahwa generasi mereka akan terus ada sampai akhir zaman dan sampai mereka menjadi pengikut dajjal. 

Dalam riwayat lainnya, Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يخرج ناس من المشرق يقرؤن القران لا يجاوز تراقيهم كلما قطع قرن نشأ قرن حتى يكون آخرهم مع المسيخ الدجال

“ Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun / generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)
Ketika sayyidina Ali dan para pengikutnya selesai berperang di Nahrawain, seseorang berkata :

الحمد لله الذي أبادهم وأراحنا منهم

“ Alhamdulillah yang telah membinasakan mereka dan mengistirahatkan kita dari mereka “, maka sayyidina Ali menyautinya :

كلا والذي نفسي بيده إن منهم لمن هو في أصلاب الرجال لم تحمله النساء وليكونن آخرهم مع المسيح الدجال

“ Sungguh tidak demikian, demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya akan ada keturunan dari mereka yang masih berada di sulbi-sulbi ayahnya dan kelak keturunan akhir mereka akan bersama dajjal “.

Wahabi Adalah Pengikut Dajjal


By: Ibnu al-Katiby

Kemunculan Dajjal merupakan puncak dari munculnya fitnah paling besar dan mengerikan di muka bumi ini bagi umat manusia khususnya umat Muslim. Kemunculannya di akhir zaman, di masa imam Mahdi dan Nabi Isa ‘alaihis salam, akan banyak mempengaruhi besar bagi umat muslim sehingga banyak yang mengikutinya kecuali orang-orang yang Allah jaga dari fitnahnya. 

Dalam hadits disebutkan :

قام رسول الله صلى الله عليه و سلم في الناس فأثنى على الله بما هو أهله، ثم ذكر الدجال فقال: " إني لأنذركموه، وما من نبي إلا وقد أنذر قومه

“ Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan manusia dan memuji keagungan Allah, kemudian beliau menyebutkan Dajjal lalu mengatakan : “ Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan dajjal, tidak ada satu pun seorang nabi, kecuali telah memperingatkan umatnya akan dajjal “. (HR. Bukhari : 6705)

Dalam hadits lain, Nabi bersabda :

ليس من بلد إلا سيطؤه الدجال

“ Tidak ada satu pun negeri, kecuali akan didatangi oleh dajjal “. (HR. Bukhari : 1782)

Pada kesempatan ini, saya tidak menjelaskan sepak terjang dajjal, namun saya akan sedikit membahas sebagian kaum yang menjadi pengikut dajjal. Dan kali ini, saya tidak mengungkap semua kaum yang mengikuti dajjal, namun saya akan menyinggung satu persoalan yang cukup menarik yang telah diinformasikan oleh nabi bahwa ada kelompok umatnya yang akan menjadi pengikut setia dajjal, padahal sebelumnya mereka ahli ibadah bahkan ibadah mereka melebihi ibadah umat Nabi Muhammad lainnya, mereka rajin membaca al-Quran, sering membawakan hadits Nabi, bahkan mengajak kembali pada al-Quran. Namun pada akhirnya mereka menjadi pengikut dajjal, apa yang menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal dan menjadi pengikut setianya ? simak uraiannya berikut :

Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إنَّ مِن بعْدِي مِنْ أُمَّتِي قَوْمًا يَقْرَؤُنَ اْلقُرآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَلاَقِمَهُمْ يَقْتُلُوْنَ أَهْلَ اْلإسْلاَمِ وَيَدَعُوْنَ أَهْلَ اْلأَوْثَانِ، يَمْرُقُوْنَ مِنَ اْلإسْلاَمِ كمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مَنَ الرَّمِيَّةِ، لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ

“ Sesungguhnya setelah wafatku kelak akan ada kaum yang pandai membaca al-Quran tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala, mereka lepas dari Islam seperti panah yang lepas dari busurnya seandainya (usiaku panjang dan) menjumpai mereka (kelak), maka aku akan memerangi mereka seperti memerangi (Nabi Hud) kepada kaum ‘Aad “.(HR. Abu Daud, kitab Al-Adab bab Qitaalul Khawaarij : 4738)

Nabi juga bersabda :

سَيَكُونُ فِى أُمَّتِى اخْتِلاَفٌ وَفُرْقَةٌ قَوْمٌ يُحْسِنُونَ الْقِيلَ وَيُسِيئُونَ الْفِعْلَ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ لاَ يَرْجِعُونَ حَتَّى يَرْتَدَّ عَلَى فُوقِهِ هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ طُوبَى لِمَنْ قَتَلَهُمْ وَقَتَلُوهُ يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا سِيمَاهُمْ قَالَ : التَّحْلِيقُ 

“ Akan ada perselisihan dan perseteruan pada umatku, suatu kaum yang memperbagus ucapan dan memperjelek perbuatan, mereka membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan, mereka lepas dari Islam sebagaimana anak panah lepas dari busurnya, mereka tidak akan kembali (pada Islam) hingga panah itu kembali pada busurnya. Mereka seburuk-buruknya makhluk. Beruntunglah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak mendapat bagian sedikitpun dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka orang yang memerangi lebih baik di sisi Allah dari mereka “, para sahabat bertanya “ Wahai Rasul Allah, apa cirri khas mereka? Rasul menjawab “ Bercukur gundul “.(Sunan Abu Daud : 4765) 

Nabi juga bersabda :

سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمانِ قَومٌ أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ قَوْلَ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنَ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، فَإذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ ، فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْراً لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَة

“ Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan sbeaik-baik manusia (Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa dengan mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala di sisi Allah kelak di hari kiamat “.(HR. Imam Bukhari 3342)

Dalam hadits lain Nabi bersabda :

يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ

“ Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun / generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)

Ketika sayyidina Ali dan para pengikutnya selesai berperang di Nahrawain, seseorang berkata :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَبَادَهُمْ وَأَرَاحَنَا مِنْهُمْ

“ Alhamdulillah yang telah membinasakan mereka dan mengistirahatkan kita dari mereka “, maka sayyidina Ali menyautinya :

كَلاَّ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ مِنْهُمْ لَمَنْ هُوَ فِي أَصْلاَبِ الرِّجَالِ لَمْ تَحْمِلْهُ النِّسَاءُ وَلِيَكُوْنَنَّ آخِرَهُمْ مَعَ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّال

“ Sungguh tidak demikian, demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya akan ada keturunan dari mereka yang masih berada di sulbi-sulbi ayahnya dan kelak keturunan akhir mereka akan bersama dajjal “. 
Penjelasan :

Dalam hadits di atas Nabi menginformasikan pada kita bahwasanya akan ada sekelompok manusia dari umat Nabi yang lepas dari agama Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya dengan sifat dan ciri-ciri yang Nabi sebutkan sebagai berikut dalam hadits-haditsnya di atas :

1. Senantiasa membaca al-Quran, Namun kata Nabi bacaanya tidak sampai melewati tenggorokannya artinya tidak membawa bekas dalam hatinya. 
2. Suka memerangi umat Islam.
3. Membiarkan orang-orang kafir.
4. Memperbagus ucapan, namun parkteknya buruk.
5. Selalu mengajak kembali pada al-Quran, namun sejatinya al-Quran berlepas darinya.
6. Bercukur gundul.
7. Berusia muda.
8. Lemahnya akal. 
9. Kemunculannya di akhir zaman.
10. Generasi mereka akan terus berlanjut dan eksis hingga menajdi pengikut dajjal.

Jika kita mau mengkaji, meneliti dan merenungi data-data hadits di atas dan melihat realita yang terjadi di tengah-tengah umat akhir zaman ini, maka sungguh sifat dan cirri-ciri yang telah Nabi sebutkan di atas, telah sesuai dengan kelompok yang selalu teriak lantang kembali pada al-Quran dan hadits, kelompok yang senantiasa mempermaslahkan urusan furu’iyyah ke tengah-tengah umat, kelompok yang mengaku mengikut manhaj salaf, kelompok yang senantiasa membawakan hadits-hadits Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yaitu tidak ada lain adalah wahhabi yang sekarang bermetomorfosis menjadi salafi.

Membaca al-Quran dan selalu membawakan hadist-hadits Nabi adalah perbuatan baik dan mulia, namun kenapa Nabi menjadikan hal itu sebagai tanda kaum yang telah keluar dari agama tersebut?? Tidak ada lain, agar umat ini tidak tertipu dengan slogan dan perilaku mereka yang seakan-akan membawa maslahat bagi agama Islam. Ciri mereka yang suka memerangi umat Islam, tidak samar dan tidak diragukan lagi, sejarah telah mencatat dan mengakui sejarah berdarah mereka di awal kemuculannnya, ribuan umat Islam dari kalangan awam maupun ulamanya telah menjadi korban berdarah mereka hanya karena melakukan amaliah yang mereka anggap perbuatan syirik dan kufr dan dianggap telah menentang dakwah mereka. Namun dengan musuh Islam yang sesungguhnya, justru mereka biarkan bahkan hingga saat ini mereka akrab dengan kaum kafir, adakah sejarahnya mereka memerangi kaum kafir??

Ciri berikutnya adalah memperbagus ucapan namun prakteknya buruk, mereka jika berbicara dengan lawannya selalu mengutarakan ayat-ayat al-Quran dan hadits, namun ucapanya tersebut tidaklah dinyatakan dalam prakteknya, kadang mereka membaca mushaf al-Quran pun sambil tiduran tanpa ada adabnya sama sekali. 

Ciri berikutnya adalah mereka senantiasa berkoar-koar kepada kaum muslimin lainnya agar kembali pada al-Quran. Tanda mereka ini sangat nyata dan kentara kita ketahui pada realita saat ini, kaum wahabi selalu teriak kepada kaum muslimin untuk kembali pada Al-Quran. Ahlus sunnah selalu mengajak pada Al-Quran karena ajaran mereka memang bersumber dari Al-Quran, namun kenapa Allah menjadikan sifat ini sebagai tanda pada kaum neo khawarij (wahabi) ini?? Sebab merekalah satu-satunya kelompok yang dikenali dikalangan awam yang selalu teriak mengajak pada Al-Quran sedangkan Al-Quran sendiri berlepas diri dari mereka. Sehingga hal ini (yad’uuna ilaa kitabillah; mengajak kepada Al-Quran) menjadi tanda atas kelompok ini bukan pada kelompok khawarij lainnya.

Tanda mereka adalah bercukur gundul, Hal ini menambah keyakinan kita bahwa yang dimaksud oleh Nabi dalam tanda ini adalah tidak ada lain kelompok wahabi. Tidak ada satu pun kelompok ahli bid’ah yang melakukan kebiasaan dan melazimkan mencukur gundul selain kelompok wahabi ini, mereka kelompok sesat lainnya hanya bercukur gundul pada saat ibadah haji dan umrah saja sama seperti kaum muslimin Ahlus sunnah. Namun kelompok wahabi ini menjadikan mencukur gundul ini suatu kelaziman bagi pengikut mereka kapan pun dan dimana pun. Bercukur gundul ini pun telah diakui oleh Tokoh mereka; Abdul Aziz bin Hamd (cucu Muhammad bin Abdul Wahhab) dalam kitabnya Majmu’ah Ar-Rasaail wal masaail : 578.

Cirri berikutnya adalah berusia muda dan akalnya lemah, Mereka pada umumnya masih berusia muda tetapi lemah akalnya, atau itu adalah sebuah kalimat majaz yang bermakna orang-orang yang kurang berpengalaman atau kurang berkompetensi dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah. Subyektivitas dengan daya dukung pemaham yang lemah dalam memahaminya, bahkan menafsiri ayat-ayat Al-Qur`an dengan mengedepankan fanatik dan emosional golongan mereka sendiri.

Kemunculan kaum ini ada di akhir zaman sebagaimana hadits Nabi di atas, kemudian generasi mereka juga akan terus berlanjut hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal menjadi pengikut setianya. 
Namun apa yang menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal dan menjadi pengikut dajjal ?? berikut kajian dan analisa ilmiyyahnya :

Sebab pertama : Wahabi beraqidahkan tajsim dan tsyabih. 

Sudah maklum dalam kitab-kitab mereka bahwa mereka meyakini Allah itu memiliki organ-organ tubuh seperti wajah, mata, mulut, hidung, tangan, kaki, jari dan sebagainya, dan mereka mengatakan bahwa organ tubuh Allah tidak seperti organ tubuh makhluk-Nya. 

Mereka juga meyakini bahwa Allah bertempat yaitu di Arsy, mereka juga memaknai istiwa dengan bersemayam dan duduk dan menyatakan semayam dan duduknya Allah tidak seperti makhluk-Nya. Mereka meyakini Allah turun ke langit dunia dari atas ke bawah di sepertiga malam terakhir, dan meyakini bahwa ketika Allah turun maka Arsy kosong dari Allah namun menurut pendapat kuat mereka Arasy tidak kosong dari Allah. Sungguh mereka telah memasukkan Allah dalam permainan pikiran mereka yang sakit itu. Dan lain sebagainya dari pensifatan mereka bahwa Allah berjisim..
Nah, demikian juga dajjal, renungkanlah kisah dajjal yang disebutkan oleh Nabi dalam hadts-hadits sahihnya, bahwasanya dajjal itu berjisim, berorgan tubuh, memiliki batasan, dia berjalan secara hakikatnya, dia turun secara hakikatnya, dia berlari kecil secara hakikatnya, dia memiliki kaki secara hakikat, memiliki tangan secara hakikat, memiliki mata secara hakikat, memiliki wajah secara hakikat dan lain sebagainya..dan tidak ada lain yang menyebabkan mereka mengakui dajjal sebagai tuhannya kecuali karena berlebihannya mereka di dalam menetapkan sifat-sifat Allah tersebut dan memperdalam makna-maknanya hingga sampai pada derajat tajsim. 

Perhatikan dan renungkan sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam berikut :

إني حدثتكم عن الدجال، حتى خشيت أن لا تعقلوا ، إن المسيح الدجال قصير أفحج ، جعد أعور ، مطموس العين ، ليست بناتئة ، ولا جحراء ، فإن التبس عليكم ، فاعلموا أن ربكم ليس بأعور

“ Sesungguhnya aku ceritkan pada kalian tentang dajjal, karena aku khawatir kalian tidak bisa mengenalinya, sesungguhnya dajjal itu pendek lagi congkak, ranbutnya keriting (kribo), matanya buta sebelah dan tidak menonjol dan cengkung, jika kalian masih samar, maka ketahuilah sesungguhnya Tuhan kalian tidaklah buta sebelah matanya “. (HR. Abu Dawud)

Nabi benar-benar khawatir umatnya tidak bisa mengenali dajjal, dan Nabi menyebutkan cirri-ciri dajjal yang semuanya itu bermuara pada jisim, dan menyebutkan aib-aib yang disepakati oleh kaum musyabbih dan sunni yang mutanazzih, namun kaum musyabbihah (wahabi-salafi) sangat mendominasi pada pemikiran tajsimnya sehingga bagi mereka Allah Maha melakukan apapun, dan Allah maha Mampu atas segala sesuatu, bahkan menurut mereka kemampuan Allah memungkinkan berkaitan dengan perkara yang mustahil bagi-Nya yang seharusnya kita sucikan, sehingga berkatalah sebagian mereka : Bahwa Allah jika berkehendak untuk bersemayam di punggung nyamuk, maka Allah pun akan bersemayam di atasnya. Naudzu billahi min dzaalik..

Sebab kedua : Tidak adanya pehamahan mereka tentang perkara-perkara di luar kebiasaan (khawariqul ‘aadah) atau disebut karomah.

Realita yang ada saat ini, kaum wahhabi-salafi tidak pernah membicarakan tentang khawariqul ‘aadah atau karomah, bahkan mereka mengingkari karomah-karomah para wali Allah yang disebutkan oleh para ulama hafidz hadits seperti al-Hafidz Abu Nu’aim dalam kitab hilyahnya, imam Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikhnya dan lainnya, bahkan mereka memvonis kafir kepada sebagian para wali Allah yang mayoritas ahli tasawwuf. Mereka tidak bisa mencerna karomah-karomah para wali yang ada sehingga tidak mempercayai imdadaat ruhiyyah (perkara luar biasa yang bersifat ruh) yang Allah berlakukan di tangan para wali-Nya yang bertaqwa sebagai kemuliaan Allah atas mereka. 

Sedangkan dajjal akan dating dengan kesaktian-kesaktian yang lebih hebat dan luar biasa sebagai fitnah bagi orang yang Allah kehendaki, menumbuhkan tanah yang kering, menurunkan hujan, memunculkan harta duniawi, emas, permata, menghidupkan orang yang mati dan lain sebagainya, sedangkan kaum wahhabi tidak perneh membicarakan khawariqul ‘aadat semacam itu, sehingg akal mereka tidak mampu membenarkannya, oleh sebab itu ketika dajjal muncul dengan membawa khowariqul ‘aadat semacam itu disertai pengakuan rububiyyahnya, maka bagi wahabi dajjal itu adalah Allah, karena wahabi tidak mengathui sama sekali tentang khowariqul ‘aadat yang Allah jalankan atas seorang dari golongan manusia, mereka pun tidak mampu membedakan antara pelaku secara hakikatnya dan semata-semata sebab / perantaranya, maka bercampurlah pemahaman mereka antara kekhususan sang pencipta dengan makhluk-Nya. Seandainya mereka mengetahui bahwa apa yang terjadi dari khowariqul ‘aadat hanyalah semata-mata dari qudrah Allah, dan manusia hanyalah perantara, maka wahabi tidak akan heran atas apa yang dilakukan dajjal. Dan seandainya kaum wahabi bertafakkur atas khowariqul ‘aadat yang terjadi dari para Nabi dan wali, maka wahabi tidak akan terkena fitnah oleh khowariqul ‘aadat yang terjadi dari dajjal sebagai bentuk istidraajnya. 

Yang membedakan khowariqul ‘aadat yang terjadi atas para Nabi dan dajjal adalah bahwa para nabi memperoleh hal itu sebagai penguat kebenaran yang mereka serukan, sedangkan dajjal memperolah hal itu sebagai fitnah atas seseorang yang mengaku rububiyyah, perkara hal itu sama-sama perkara khowariqul ‘aadat (perkara luar biasa). 
Sebab ketiga : Bermanhaj khowarij yakni keluar dari jama’ah muslimin dan mengkafirkan kaum muslimin.
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam mensifati pengikut dajjal bahwasanya mereka adalah kaum khowarij, sebagaimana sebagian telah dijelaskan di awal :

يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ

“ Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun / generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)

Arah Timur yang Nabi maksud tidak ada lain adalah arah Timur kota Madinah yaitu Najd sebab Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam telah menspesifikasikan letak posisinya yaitu tempat dimana ciri-ciri khas penduduknya orang-orang yang memiliki banyak unta dan baduwi yang berwatak keras dan berhati kasar dan tempat di mana menetapnya suku Mudhar dan Rabi’ah, dan semua itu hanya ada di Najd Saudi Arabia, Nabi bersabda :

مِنْ هَا هُنَا جَاءَتِ اْلفِتَنُ ، نَحْوَ اْلمَشْرِقِ ، وَاْلجَفَاءُ وَغِلَظُ اْلقُلوْبِ فيِ اْلفَدَّادِينَ أَهْلُ اْلوَبَرِ ، عِنْدَ أُصُوْلِ أَذْنَابِ اْلإِبِلِ وَاْلَبقَرِ ،فِي رَبِيْعَةْ وَمُضَرً

“Dari sinilah fitnah-fitnah akan bermunculan, dari arah Timur, dan sifat kasar juga kerasnya hati pada orang-orang yang sibuk mengurus onta dan sapi, kaum Baduwi yaitu pada kaum Rabi’ah dan Mudhar “. (HR. Bukhari)

Maka kaum wahhabi-salafi ini adalah regenerasi dari kaum khowarij pertama di masa Nabi dan sahabat, perbedaaanya kaum khowarij pertama bermanhaj mu’aththilah (membatalkan sifat-sifat Allah), sedangkan kaum neo khowarij (wahhabi) ini bermanhaj tajsim dan taysbiih. Walaupun berbeda, namun sama-sama menyimpang dari aqidah Islam, dan Allah merubah manhaj mereka dari kejelekan menuju manhaj yang lebih jelek lagi sebagai balasan atas kedhaliman dan kesombongan yang memenuhi hati mereka. Atas manhaj tajsim mereka inilah menjadi penyebab wahhabi mudah terpengaruh oleh dajjal, sedangkan khowarij terdahulu jika masih ada yg mengikuti manhaj ta’thilnya tidak mungkin terpengaruh oleh dajjal, sebab sangat anti terhadap sifat-sifat Allah, mereka mensucikan Allah dari sifat gerak, pindah, bersemayam, diam, duduk, turun dan sebagainya bahkan mereka membatalkan sifat-sifat wajib Allah. 

Maka dengan jelas wahabi kelak akan menjadi penikut dajjal, naudzu billahi min syarril wahhabiyyah wa imaamihim dajjal..
Allah