By.Majlis al-Hurr
السلام على الحسين و على جد الحسين و علي اب الحسين و علي ام الحسين و علي اخ الحسين و علي علي ابن الحسين و علي اولاد الحسين من المعصومين و علي اصحاب الحسين و رحمة الله و بركاته
Ketika hari asyuro tiba, usai melaksanakan sholat subuh, Imam Husain as berdiri dihadapan para sahabatnya, beliau as memuji Allah, lalu berkata,”Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kalian untuk berperang bersamaku, maka bersabarlah dan bersiaplah untuk berperang”, kemudian Imam as merapikan barisan para sahabatnya, mereka terdiri dari penunggang kuda dan pejalan kaki, mereka berjumlah 77 orang, dan dalam beberapa riwayat disebutkan jumlah mereka lebih banyak dari itu, Imam memposisikan Zuhair bin al-Qoin ra disebelah kanan, Habib bin Madzhohir ra disebelah kiri, dan panji perang diserahkan kepada saudaranya Abbas as, adapun posisi beliau as berada di tengah bersama dengan keluarganya. Pada malam sebelumnya Imam as memerintahkan para sahabatnya untuk membuat parit dibelakang perkemahan dan menyalakan api di lubang parit tersebut, agar tidak ada musuh yang menyerang dari belakang.
Dalam riwayat disebutkan, setidaknya umar bin saad membawa bala tentara yang berjumlah tigapuluh ribu prajurit, umar menugaskan amr bin al-hajjaj al-zabidi disebelah kanan, dan disebelah kiri ditempati oleh shimr bin dzil jausyan, pasukan berkuda dipimpin oleh ‘urwah bin qois, adapun prajurit pejalan kaki dipimpin oleh syaits bin rab’I, sedangkan panji perang diserahkan kepada budaknya yang bernama duraid, mereka mulai melangkah maju mendekati kemah Imam as dan mengitarinya, mereka melihat api di lubang parit yang menjaga bagian belakang kemah tersebut, lalu syimr berkata,”Mengapa kau cepat sekali menyalakan api wahai Husain, padahal kau belum saja masuk neraka”, lalu Imam as bertanya kepada para sahabatnya,”Siapa orang itu, bukankah ia adalah syimr?”, “Benar wahai Imam”, jawab para sahabat, lalu beliau as berkata,”Wahai putra pengembala kambing, kau adalah orang yang lebih tepat untuk masuk neraka”. Seorang sahabat Imam Husain as yang bernama Muslim bin ‘Ausajah mendengar kata-kata shimr bergegas mempersiapkan busur panahnya dan mengarahkannya kepada shimr, namun Imam as melarangnya seraya berkata,”Aku tidak ingin dikatakan sebagai orang yang terlebih dahulu memulai peperangan”, Imam memusatkan pandangannya kearah pasukan umar bin saad yang bak air bah, lalu beliau as menengadahkan tangannya seraya berdoa,”Ya Allah, Engkau adalah tumpuan kepercayaanku dalam setiap bencana, sumber pengharapanku dalam setiap kesulitan, Kau adalah tempatku bersandar dalam segala urusan, telah turun kepadaku kepercayaan dan kesiapan yang sangat tinggi, berapa banyak hati yang melemah ketika mereka ditimpa bencana dan tidak ada lagi jalan keluar, berapa banyak teman yang akan meninggalkan kita dan musuh yang mencaci kita ketika dihadapkan pada kondisi seperti itu, Ya Allah, aku mengadu kepadaMu, karena Engkaulah satu-satunya yang selalu menjadi tumpuan hasrat dan keinginanku, Engkau telah menyingkap dan membuka semua tabir itu kepadaku, Engkau adalah pemilik semua kenikmatan dan kebaikan, Engkaulah muara dari semua keinginan”, lalu Imam as menghampiri kudanya lalu menaikinya seraya berseru dengan suara keras yang didengar oleh sebagian besar dari mereka,”Wahai manusia, dengarlah perkataanku, janganlah tergesa-gesa (untuk berperang denganku-Pent) sampai aku menyampaikan dan menasehati kalian, karena nasehat ini adalah hak kalian, dan agar aku dapat pula memberi alasan kedatanganku kesini, jika kalian menerima dan meyakini alasanku lalu menyerahkan sebagian jiwa kepadaku, maka kalian tergolong orang-orang yang paling bahagia dan kalian bukan termasuk orang yang menghalangi jalanku (menentangku), namun jika kalian tak menerima alasanku dan tidak memberikan sebagian jiwa kalian kepadaku, maka kumpulkanlah semua teman dan sekutu kalian serta segala yang kalian miliki dan perangilah aku dan jangan pernah menunggu, sesungguhnya pemimpinku adalah Dzat yang telah menurunkan Kitab dan menjadi Wali bagi orang-orang saleh”.
Ketika para wanita mendengar ucapan al-Husain as mereka berteriak dan menangis, lalu Imam as meminta saudaranya Abbas as dan putranya agar pergi kedalam kemah dan memerintahkan para wanita untuk diam, beliau berujar,”Demi jiwaku, kalian diamkanlah para wanita itu, sesungguhnya mereka akan lebih banyak lagi menangis”, akhirnya mereka diam, lalu Imam as melanjutkan khutbahnya,”beliau as memuji Allah dan bersholawat kepada Muhammad saw, para malaikat dan para nabi as, beliau berkhutbah dengan khutbah yang sangat indah.
Beliau as berkata dalam khutbahnya,”Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan dunia dan menjadikannya sebagai tempat yang fana, ia akan hilang dan berpaling dari para penghuni dunia secara perlahan-lahan, tertipulah orang yang telah ditipunya, celakalah orang yang telah termakan fitnahnya, janganlah kalian tergoda dengan dunia, ia akan memutuskan harapan manusia yang bersimpuh kepadanya, menggagalkan ketamakan para pecintanya, aku melihat kalian telah bersepakat dalam sebuah perkara yang dimurkai Allah, Dia akan memalingkan wajahNya dan kalian akan menjadi wadah bagi semua murkaNya, rahmatNya akan menjauhi kalian, sebaik-baik Robb adalah Robb kami dan seburuk-buruknya hamba adalah kalian, kalian telah mengikat janji untuk taat kepada Allah dan beriman kepada rasulNya Muhammmad saw, namun kini, kalian berhadapan dengan itrah dan keturunannya bahkan ingin membunuh mereka, kalian telah dikuasai oleh setan, ia telah melalaikan kalian dari mengingat Allah, celakalah kalian dan apa-apa yang kalian inginkan, sesungguhnya kita adalah miliki Allah dan kepada Allah lah kita akan kembali, manusia yang seperti itu adalah orang yang telah kafir setelah mereka beriman dan mereka termasuk golongan orang zalim”. Kemudian beliau melanjutkan khubahnya, Amma ba’ad:
“Lihatlah nasab dan keturunanku, maka kalian akan melihat siapa sebenarnya aku, lalu bercerminlah kepada diri kalian dan cacilah ia, setelah itu pikirkanlah, apakah kalian pantas untuk memerangiku dan menginjak-injak kehormatanku?, bukankah aku adalah putra dari putri Rasul kalian, putra washi dan kemenakan beliau saw, bukankah ayahku adalah orang pertama yang membenarkan apa yang dibawa oleh Rasul saww yang datang dari tuhannya, bukankan Hamzah penghulu para syuhada adalah paman dari ayahku, bukankah Jafar al-Thoyyar yang terbang ke surga dengan dua sayap (Dzul Janahain) adalah pamanku, apakah tidak sampai kepada kalian apa yang disabdakan Rasul saw bahwa aku dan saudaraku Hasan adalah peghulu para pemuda surga, jika kalian meyakini semua yang aku katakan maka kalian berada dalam jalan yang benar, demi Allah, aku tidak pernah sengaja berbohong semenjak aku tahu bahwa Allah murka terhadap para pembohong, jika kalian mendustakan seruanku, maka aku akan mengatakan,”Tanyakanlah kepada Jabir bin Abdullah al-Anshori, Abu Said al-Khudri, Sahl bin Sa’ad al-Sa’idi, Zaid bin Arqom, Anas bin Malik dan Barro’ bin Azib, niscaya mereka akan mengabarkan kepada kalian semua sabda Rasul saw tentang aku dan juga kakakku, apakah itu tidak cukup untuk menghalangi kalian untuk menumpahkan darahku?”, lalu shimr bin dzil jaushan berkata kepada al-Husain as,”Dia adalah orang yang tidak benar-benar menyembah Allah, walaupun dia membenarkan apa yang kau katakan”, lalu Habib bin Madzhohir ra menjawab,”Demi Allah, aku melihatmu orang yang sangat lalai dalam menyembah Allah, dan aku bersaksi bahwa kau adalah orang yang tidak paham samasekali apa yang beliau as katakan, karena Allah telah menutup pintu hatimu”. Imam Husain as menanggapi celotehan si shimr,”Jika kau memang meragukan semua hadist-hadist Rasul yang memuji diriku dan kakakku, apakah kau meragukan pula bahwa aku adalah putra Fatimah putri nabi kalian?”, demi Allah tidak ada seorangpun di timur dan di barat yang menjadi putra dari putri nabi kalian selain diriku, celakalah kalian!!, apakah kalian menuntut darah orang yang pernah aku bunuh, harta kalian yang pernah aku rampas, atau kalian menuntut qisas atas luka yang pernah aku goreskan?”, mereka pun terdiam.
Lalu Imam as berseru,”wahai zaid bin rab’I, hajar bin abjar, qois bin asy’ats, zaid bin harist, bukankah kalian telah mengirimkan surat kalian kepadaku dan kalian mengatakan,”buah telah masak dan rumput di halaman telah menghijau, datanglah maka kami akan siap menjadi prajuritmu!”.
Mereka menjawab,”Kami tidak pernah mengirim surat kepadamu”, Subhanallah, Jawab Imam as, demi Allah kalian telah melakukannya”, lalu Imam menyeru kepada yang lainnya,”Wahai manusia, jika kalian membenciku, maka biarkanlah aku berpaling dari wajah kalian dan tinggal di belahan bumi yang aman”.
Qois bin asy’ats berkata,”Mengapa kau tidak mau mengakui kekuasaan putra-putra pamanmu? Mereka mencintaimu dan tidak ingin menimpakan kesusahahan kepadamu”.
Husain as menjawab,”Engkau adalah saudara dari saudaramu, apakah kau ingin menuntut Bani Hasyim lebih dari darah yang telah ditumpahkan oleh Muslim bin Aqil?, demi Allah, tidak, aku tidak akan memberikan tangan bak orang yang hina dan aku juga tak akan lari bagaikan larinya seorang budak”.
Wahai hamba-hamba Allah, aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian, jika kalian menyerangku maka aku berlindung kepada Rabb ku dan Rabb kalian dari semua manusia congkak yang tidak meyakini adanya hari akhir”. Kemudian Husain as turun dari kudanya dan meminta Uqbah bin Sam’an untuk membawanya.
السلام على الحسين و على جد الحسين و علي اب الحسين و علي ام الحسين و علي اخ الحسين و علي علي ابن الحسين و علي اولاد الحسين من المعصومين و علي اصحاب الحسين و رحمة الله و بركاته
Ketika hari asyuro tiba, usai melaksanakan sholat subuh, Imam Husain as berdiri dihadapan para sahabatnya, beliau as memuji Allah, lalu berkata,”Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kalian untuk berperang bersamaku, maka bersabarlah dan bersiaplah untuk berperang”, kemudian Imam as merapikan barisan para sahabatnya, mereka terdiri dari penunggang kuda dan pejalan kaki, mereka berjumlah 77 orang, dan dalam beberapa riwayat disebutkan jumlah mereka lebih banyak dari itu, Imam memposisikan Zuhair bin al-Qoin ra disebelah kanan, Habib bin Madzhohir ra disebelah kiri, dan panji perang diserahkan kepada saudaranya Abbas as, adapun posisi beliau as berada di tengah bersama dengan keluarganya. Pada malam sebelumnya Imam as memerintahkan para sahabatnya untuk membuat parit dibelakang perkemahan dan menyalakan api di lubang parit tersebut, agar tidak ada musuh yang menyerang dari belakang.
Dalam riwayat disebutkan, setidaknya umar bin saad membawa bala tentara yang berjumlah tigapuluh ribu prajurit, umar menugaskan amr bin al-hajjaj al-zabidi disebelah kanan, dan disebelah kiri ditempati oleh shimr bin dzil jausyan, pasukan berkuda dipimpin oleh ‘urwah bin qois, adapun prajurit pejalan kaki dipimpin oleh syaits bin rab’I, sedangkan panji perang diserahkan kepada budaknya yang bernama duraid, mereka mulai melangkah maju mendekati kemah Imam as dan mengitarinya, mereka melihat api di lubang parit yang menjaga bagian belakang kemah tersebut, lalu syimr berkata,”Mengapa kau cepat sekali menyalakan api wahai Husain, padahal kau belum saja masuk neraka”, lalu Imam as bertanya kepada para sahabatnya,”Siapa orang itu, bukankah ia adalah syimr?”, “Benar wahai Imam”, jawab para sahabat, lalu beliau as berkata,”Wahai putra pengembala kambing, kau adalah orang yang lebih tepat untuk masuk neraka”. Seorang sahabat Imam Husain as yang bernama Muslim bin ‘Ausajah mendengar kata-kata shimr bergegas mempersiapkan busur panahnya dan mengarahkannya kepada shimr, namun Imam as melarangnya seraya berkata,”Aku tidak ingin dikatakan sebagai orang yang terlebih dahulu memulai peperangan”, Imam memusatkan pandangannya kearah pasukan umar bin saad yang bak air bah, lalu beliau as menengadahkan tangannya seraya berdoa,”Ya Allah, Engkau adalah tumpuan kepercayaanku dalam setiap bencana, sumber pengharapanku dalam setiap kesulitan, Kau adalah tempatku bersandar dalam segala urusan, telah turun kepadaku kepercayaan dan kesiapan yang sangat tinggi, berapa banyak hati yang melemah ketika mereka ditimpa bencana dan tidak ada lagi jalan keluar, berapa banyak teman yang akan meninggalkan kita dan musuh yang mencaci kita ketika dihadapkan pada kondisi seperti itu, Ya Allah, aku mengadu kepadaMu, karena Engkaulah satu-satunya yang selalu menjadi tumpuan hasrat dan keinginanku, Engkau telah menyingkap dan membuka semua tabir itu kepadaku, Engkau adalah pemilik semua kenikmatan dan kebaikan, Engkaulah muara dari semua keinginan”, lalu Imam as menghampiri kudanya lalu menaikinya seraya berseru dengan suara keras yang didengar oleh sebagian besar dari mereka,”Wahai manusia, dengarlah perkataanku, janganlah tergesa-gesa (untuk berperang denganku-Pent) sampai aku menyampaikan dan menasehati kalian, karena nasehat ini adalah hak kalian, dan agar aku dapat pula memberi alasan kedatanganku kesini, jika kalian menerima dan meyakini alasanku lalu menyerahkan sebagian jiwa kepadaku, maka kalian tergolong orang-orang yang paling bahagia dan kalian bukan termasuk orang yang menghalangi jalanku (menentangku), namun jika kalian tak menerima alasanku dan tidak memberikan sebagian jiwa kalian kepadaku, maka kumpulkanlah semua teman dan sekutu kalian serta segala yang kalian miliki dan perangilah aku dan jangan pernah menunggu, sesungguhnya pemimpinku adalah Dzat yang telah menurunkan Kitab dan menjadi Wali bagi orang-orang saleh”.
Ketika para wanita mendengar ucapan al-Husain as mereka berteriak dan menangis, lalu Imam as meminta saudaranya Abbas as dan putranya agar pergi kedalam kemah dan memerintahkan para wanita untuk diam, beliau berujar,”Demi jiwaku, kalian diamkanlah para wanita itu, sesungguhnya mereka akan lebih banyak lagi menangis”, akhirnya mereka diam, lalu Imam as melanjutkan khutbahnya,”beliau as memuji Allah dan bersholawat kepada Muhammad saw, para malaikat dan para nabi as, beliau berkhutbah dengan khutbah yang sangat indah.
Beliau as berkata dalam khutbahnya,”Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan dunia dan menjadikannya sebagai tempat yang fana, ia akan hilang dan berpaling dari para penghuni dunia secara perlahan-lahan, tertipulah orang yang telah ditipunya, celakalah orang yang telah termakan fitnahnya, janganlah kalian tergoda dengan dunia, ia akan memutuskan harapan manusia yang bersimpuh kepadanya, menggagalkan ketamakan para pecintanya, aku melihat kalian telah bersepakat dalam sebuah perkara yang dimurkai Allah, Dia akan memalingkan wajahNya dan kalian akan menjadi wadah bagi semua murkaNya, rahmatNya akan menjauhi kalian, sebaik-baik Robb adalah Robb kami dan seburuk-buruknya hamba adalah kalian, kalian telah mengikat janji untuk taat kepada Allah dan beriman kepada rasulNya Muhammmad saw, namun kini, kalian berhadapan dengan itrah dan keturunannya bahkan ingin membunuh mereka, kalian telah dikuasai oleh setan, ia telah melalaikan kalian dari mengingat Allah, celakalah kalian dan apa-apa yang kalian inginkan, sesungguhnya kita adalah miliki Allah dan kepada Allah lah kita akan kembali, manusia yang seperti itu adalah orang yang telah kafir setelah mereka beriman dan mereka termasuk golongan orang zalim”. Kemudian beliau melanjutkan khubahnya, Amma ba’ad:
“Lihatlah nasab dan keturunanku, maka kalian akan melihat siapa sebenarnya aku, lalu bercerminlah kepada diri kalian dan cacilah ia, setelah itu pikirkanlah, apakah kalian pantas untuk memerangiku dan menginjak-injak kehormatanku?, bukankah aku adalah putra dari putri Rasul kalian, putra washi dan kemenakan beliau saw, bukankah ayahku adalah orang pertama yang membenarkan apa yang dibawa oleh Rasul saww yang datang dari tuhannya, bukankan Hamzah penghulu para syuhada adalah paman dari ayahku, bukankah Jafar al-Thoyyar yang terbang ke surga dengan dua sayap (Dzul Janahain) adalah pamanku, apakah tidak sampai kepada kalian apa yang disabdakan Rasul saw bahwa aku dan saudaraku Hasan adalah peghulu para pemuda surga, jika kalian meyakini semua yang aku katakan maka kalian berada dalam jalan yang benar, demi Allah, aku tidak pernah sengaja berbohong semenjak aku tahu bahwa Allah murka terhadap para pembohong, jika kalian mendustakan seruanku, maka aku akan mengatakan,”Tanyakanlah kepada Jabir bin Abdullah al-Anshori, Abu Said al-Khudri, Sahl bin Sa’ad al-Sa’idi, Zaid bin Arqom, Anas bin Malik dan Barro’ bin Azib, niscaya mereka akan mengabarkan kepada kalian semua sabda Rasul saw tentang aku dan juga kakakku, apakah itu tidak cukup untuk menghalangi kalian untuk menumpahkan darahku?”, lalu shimr bin dzil jaushan berkata kepada al-Husain as,”Dia adalah orang yang tidak benar-benar menyembah Allah, walaupun dia membenarkan apa yang kau katakan”, lalu Habib bin Madzhohir ra menjawab,”Demi Allah, aku melihatmu orang yang sangat lalai dalam menyembah Allah, dan aku bersaksi bahwa kau adalah orang yang tidak paham samasekali apa yang beliau as katakan, karena Allah telah menutup pintu hatimu”. Imam Husain as menanggapi celotehan si shimr,”Jika kau memang meragukan semua hadist-hadist Rasul yang memuji diriku dan kakakku, apakah kau meragukan pula bahwa aku adalah putra Fatimah putri nabi kalian?”, demi Allah tidak ada seorangpun di timur dan di barat yang menjadi putra dari putri nabi kalian selain diriku, celakalah kalian!!, apakah kalian menuntut darah orang yang pernah aku bunuh, harta kalian yang pernah aku rampas, atau kalian menuntut qisas atas luka yang pernah aku goreskan?”, mereka pun terdiam.
Lalu Imam as berseru,”wahai zaid bin rab’I, hajar bin abjar, qois bin asy’ats, zaid bin harist, bukankah kalian telah mengirimkan surat kalian kepadaku dan kalian mengatakan,”buah telah masak dan rumput di halaman telah menghijau, datanglah maka kami akan siap menjadi prajuritmu!”.
Mereka menjawab,”Kami tidak pernah mengirim surat kepadamu”, Subhanallah, Jawab Imam as, demi Allah kalian telah melakukannya”, lalu Imam menyeru kepada yang lainnya,”Wahai manusia, jika kalian membenciku, maka biarkanlah aku berpaling dari wajah kalian dan tinggal di belahan bumi yang aman”.
Qois bin asy’ats berkata,”Mengapa kau tidak mau mengakui kekuasaan putra-putra pamanmu? Mereka mencintaimu dan tidak ingin menimpakan kesusahahan kepadamu”.
Husain as menjawab,”Engkau adalah saudara dari saudaramu, apakah kau ingin menuntut Bani Hasyim lebih dari darah yang telah ditumpahkan oleh Muslim bin Aqil?, demi Allah, tidak, aku tidak akan memberikan tangan bak orang yang hina dan aku juga tak akan lari bagaikan larinya seorang budak”.
Wahai hamba-hamba Allah, aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian, jika kalian menyerangku maka aku berlindung kepada Rabb ku dan Rabb kalian dari semua manusia congkak yang tidak meyakini adanya hari akhir”. Kemudian Husain as turun dari kudanya dan meminta Uqbah bin Sam’an untuk membawanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar