السلام علي الحسين
يوم ولد
و يوم استشهد
و يوم يبعث حيا
Mulailah bala tentara umar bin saad menghampiri perkemahan al-Husain as, diantara mereka ada yang bernama abdullah bin hauzah at-tamimi,
Ia berteriak,”Apakah Husain ada diantara kalian?”,
“Apa yang kau inginkan dari Husain as?”, Tanya para sahabat al-Husain as,
“Berilah kabar gembira kepadanya dengan api neraka”,katanya,
“Kau telah berdusta”, jawab Husain as lantang, aku telah menyerahkan segalanya kepada Tuhan yang Maha Pengampun dan wajib ditaati”, siapa kamu? Tanya Husain as,
“Aku adalah ibnu hauzah”, jawabnya
Lalu Imam as mengangkat tangannya seraya berdoa,”Ya Allah, masukanlah ia ke neraka!”, ibnu hauzah mulai berang, ia memacu kudanya dengan kencang, namun kakinya tersangkut tunggangannya dan ia tak mampu melepaskan diri darinya, akhirnya ia pun terseret kuda tunggangannya, tubuh dan kepalanya membentur batu dan pepohonon yang mengakibatkan kematiannya, masruq bin wa’il al-hadhromi bercerita,”Pada saat itu aku berada di barisan penyerang berkuda paling muka yang akan menyerang al-Husain as dan kelompoknya, aku berharap dapat melukai kepala al-Husain as dan mendapatkan hadiah dari ibnu ziyad, namun ketika melihat apa yang dialami oleh ibnu hauzah maka aku mulai menyadari bahwa Ahlulbait adalah manusia yang memiliki kemuliaan dan kedudukan khusus disisi Allah, lalu aku meninggalkan barisan seraya berkata,”Aku tidak akan berperang melawan al-Husain as, karena hal itu akan membuatku masuk neraka!”.
Zuhair bin Qoin datang dengan menunggangi kuda untuk menghadang pasukan umar bin saad, ia berkata,”Wahai penduduk Kufah, aku peringatkan kalian dengan azab Allah!”.
“Aku peringatkan kalian, karena kewajiban seorang muslim adalah memberi nasehat kepada saudaranya, jika kita belum saling mengangkat pedang maka kita masih berada dalam agama yang sama dan kalian pantas menerima nasehat dariku, namun jika kita sudah saling mengangkat pedang, maka kita tidak lagi berada dalam umat yang sama”.
“Allah telah memberikan ujian kepada kita dengan keberadaan itrah Nabi saw, agar Allah dapat melihat apa yang kita perbuat kepada mereka, aku menyerukan agar kita menolong mereka dan melakukan penentangan kepada yazid bin muawiyah dan ubaidillah bin ziyad, karena kalian tidak pernah melihat satupun kebaikan yang pernah mereka lakukan, mereka telah memotong tangan-tangan kalian, membunuh ulama kalian seperti Hujr bin ‘Adi dan para sahabatnya, Hani bin ‘Urwah dan orang-orang seperti mereka”.
Namun pasukan ibnu saad malah mencaci dan menghina Zuhair lalu memuji ubaidillah bin ziyad bahkan mendoakan kebaikan untuknya, mereka berkata,”Kami tidak akan beranjak sampai tuanmu dan orang-orang yang bersamanya terbunuh, lalu kami akan membawa yang masih hidup sebagai tawanan kepada ubaidillah bin ziyad!”.
Zuhair tak mempedulikan kata-kata yang ia dengar, ia melanjutkan nasehatnya,”Wahai manusia, sesungguhnya putra Fatimah lebih pantas untuk dicintai dibanding putra samiyah, jika kalian membiarkan Husain as dan tidak membunuhnya, maka saya bersumpah yazid akan tetap senang kepada kalian”.
Namun apa yang didapat oleh Zuhair, shimr langsung mengarahkan sebuah anak panah kearah Zuhair seraya berkata,”Diamlah kamu, semoga Allah lekas mematikanmu, kau telah membuat kami bosan dengan semua bualanmu”.
Lalu Zuhair menjawab,”Wahai putra dari seorang yang beser, aku samasekali tidak sedang berbicara denganmu, karena engkau adalah seekor binatang, demi Allah, aku tidak yakin kau pernah menghukumi sebuah perkara dengan kitab Allah, aku membawa kabar gembira kepadamu dengan kehinaan dan siksaan yang pedih pada hari kiamat nanti”.
Dengan perasaan dongkol shimr berkata,”Allah akan membunuhmu dan tuanmu sekarang juga”.
Dengan tenang Zuhair menjawab ancaman shimr,”Apakah kau menakut-nakutiku dengan kematian?”, Demi Allah mati bersama Husain as lebih aku inginkan daripada hidup abadi di tengah-tengah kalian”. Kemudian Zuhair melanjutkan nasehatnya kepada para prajurit umar bin saad, kali ini ia memperdengarkannya dengan suara lantang,”Wahai hamba Allah, janganlah menghianati agama kalian hanya karena tipu daya manusia bengis ini dan para pengikutnya, demi Allah, orang yang menumpahkan darah Ahlulbait dan keturunan Muhammad saw serta membunuh para penolong mereka tidak akan mendapatkan syafaat darinya pada hari kiamat”.
Lalu seorang dari kelompok sahabat Imam as datang menghampiri Zuhair ra seraya berkata,”Sesungguhnya Abu Abdillah as mengatakan kepadamu,”Demi jiwaku, kau sudah cukup menasehati mereka”.
Lalu salah seorang dari sahabat Imam as meminta izin kepada Imam untuk menyampaikan nasehat kepada pasukan musuh yang ada dihadapannya, sahabat itu bernama Barir bin Khudair ra, dia adalah salah seorang ulama terkemuka dari Bani Hamdan, ia terkenal sebagai pembaca al-Quran di masjid Kufah.
Barir melangkah mendekati pasukan musuh seraya berseru,”Wahai manusia, sesungguhnya Allah mengutus Muhamad saw sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan serta menjadi penyeru kepada jalan Allah, beliau saww adalah pelita yang terang, dan dihadapan kita ada sungai Furat, kita melihat anjing dan babi dengan bebas melepas dahaganya disana lalu mengapa kalian menghalangi putra Rasul saw untuk mendapatkan air dari sungai itu, apakah ini balasan kalian kepada Muhamad saw”.
Seorang dari prajurit ibnu saad berkata,”wahai Barir, kau terlalu besar mulut, demi Allah, kami akan tetap membiarkan Husain kehausan sebagaimana orang-orang sebelumnya”.
Dengan sabarnya Barir menjawab ocehan prajurit ibnu saad,”Wahai kaum, peninggalan Rasul saw sekarang berdiri di hadapan kalian, mereka adalah itrah dan wanita-wanita keturunan beliau saw, lalu berikanlah apa yang kalian miliki (untuk membalas budi Rasul saw) berbuatlah sesuatu untuk mereka!”.
“Kami akan membawa mereka ke hadapan pemimpin kami ubaidillah bin ziyad, dan kita lihat saja apa yang ia perintahkan”. Jawab mereka
Masih dengan penuh kesabaran Barir masih berusaha memberikan solusi,”Apakah kalian tidak menerima jika Husain as kembali ke tempat ia berasal?”.
“Celakalah kalian wahai penduduk Kufah, apakah kalian melupakan surat dan janji kalian kepada al-Husain as? Kalian telah menjadikan Allah sebagai saksi dari apa yang telah kalian lakukan, celakalah kalian!, bukankah kalian yang meminta Ahlulbait untuk datang ke Kufah, bahkan kalian mengatakan,”Kami akan bunuh diri jika al-Husain as tidak menjawab panggilan kami”, namun ketika mereka datang, kalian menyerahkan leher mereka kepada ibnu ziyad dan mengharamkannya untuk menyentuh air sungai Furat”.
“Celakalah kalian yang telah menghinati Nabi saw dengan menelantarkan keturunannya, apa yang telah kalian lakukan?, Allah akan mengharamkan kalian dari air pada hari kiamat nanti, kalian adalah kaum yang terburuk”.
Seseorang dari pasukan ibnu saad Menyelak,”Wahai fulan, kami tak tahu maksud dari perkataanmu, segala puji bagi Allah yang telah mengabarkan siapakah kalian sebenarnya, ya Allah, kami berlepas diri dari perbuatan mereka, ya Allah lepaskan panah ke arah mereka agar mereka segera bertemu denganMu dan Engkau akan murka kepada mereka”.
Serentak beberapa pasukan ibnu saad melepaskan anak panah kearah Barir, lalu sahabat Husain as ini pun beranjak mundur untuk menghindari anak panah yang mengarah ke tubuhnya.
يوم ولد
و يوم استشهد
و يوم يبعث حيا
Mulailah bala tentara umar bin saad menghampiri perkemahan al-Husain as, diantara mereka ada yang bernama abdullah bin hauzah at-tamimi,
Ia berteriak,”Apakah Husain ada diantara kalian?”,
“Apa yang kau inginkan dari Husain as?”, Tanya para sahabat al-Husain as,
“Berilah kabar gembira kepadanya dengan api neraka”,katanya,
“Kau telah berdusta”, jawab Husain as lantang, aku telah menyerahkan segalanya kepada Tuhan yang Maha Pengampun dan wajib ditaati”, siapa kamu? Tanya Husain as,
“Aku adalah ibnu hauzah”, jawabnya
Lalu Imam as mengangkat tangannya seraya berdoa,”Ya Allah, masukanlah ia ke neraka!”, ibnu hauzah mulai berang, ia memacu kudanya dengan kencang, namun kakinya tersangkut tunggangannya dan ia tak mampu melepaskan diri darinya, akhirnya ia pun terseret kuda tunggangannya, tubuh dan kepalanya membentur batu dan pepohonon yang mengakibatkan kematiannya, masruq bin wa’il al-hadhromi bercerita,”Pada saat itu aku berada di barisan penyerang berkuda paling muka yang akan menyerang al-Husain as dan kelompoknya, aku berharap dapat melukai kepala al-Husain as dan mendapatkan hadiah dari ibnu ziyad, namun ketika melihat apa yang dialami oleh ibnu hauzah maka aku mulai menyadari bahwa Ahlulbait adalah manusia yang memiliki kemuliaan dan kedudukan khusus disisi Allah, lalu aku meninggalkan barisan seraya berkata,”Aku tidak akan berperang melawan al-Husain as, karena hal itu akan membuatku masuk neraka!”.
Zuhair bin Qoin datang dengan menunggangi kuda untuk menghadang pasukan umar bin saad, ia berkata,”Wahai penduduk Kufah, aku peringatkan kalian dengan azab Allah!”.
“Aku peringatkan kalian, karena kewajiban seorang muslim adalah memberi nasehat kepada saudaranya, jika kita belum saling mengangkat pedang maka kita masih berada dalam agama yang sama dan kalian pantas menerima nasehat dariku, namun jika kita sudah saling mengangkat pedang, maka kita tidak lagi berada dalam umat yang sama”.
“Allah telah memberikan ujian kepada kita dengan keberadaan itrah Nabi saw, agar Allah dapat melihat apa yang kita perbuat kepada mereka, aku menyerukan agar kita menolong mereka dan melakukan penentangan kepada yazid bin muawiyah dan ubaidillah bin ziyad, karena kalian tidak pernah melihat satupun kebaikan yang pernah mereka lakukan, mereka telah memotong tangan-tangan kalian, membunuh ulama kalian seperti Hujr bin ‘Adi dan para sahabatnya, Hani bin ‘Urwah dan orang-orang seperti mereka”.
Namun pasukan ibnu saad malah mencaci dan menghina Zuhair lalu memuji ubaidillah bin ziyad bahkan mendoakan kebaikan untuknya, mereka berkata,”Kami tidak akan beranjak sampai tuanmu dan orang-orang yang bersamanya terbunuh, lalu kami akan membawa yang masih hidup sebagai tawanan kepada ubaidillah bin ziyad!”.
Zuhair tak mempedulikan kata-kata yang ia dengar, ia melanjutkan nasehatnya,”Wahai manusia, sesungguhnya putra Fatimah lebih pantas untuk dicintai dibanding putra samiyah, jika kalian membiarkan Husain as dan tidak membunuhnya, maka saya bersumpah yazid akan tetap senang kepada kalian”.
Namun apa yang didapat oleh Zuhair, shimr langsung mengarahkan sebuah anak panah kearah Zuhair seraya berkata,”Diamlah kamu, semoga Allah lekas mematikanmu, kau telah membuat kami bosan dengan semua bualanmu”.
Lalu Zuhair menjawab,”Wahai putra dari seorang yang beser, aku samasekali tidak sedang berbicara denganmu, karena engkau adalah seekor binatang, demi Allah, aku tidak yakin kau pernah menghukumi sebuah perkara dengan kitab Allah, aku membawa kabar gembira kepadamu dengan kehinaan dan siksaan yang pedih pada hari kiamat nanti”.
Dengan perasaan dongkol shimr berkata,”Allah akan membunuhmu dan tuanmu sekarang juga”.
Dengan tenang Zuhair menjawab ancaman shimr,”Apakah kau menakut-nakutiku dengan kematian?”, Demi Allah mati bersama Husain as lebih aku inginkan daripada hidup abadi di tengah-tengah kalian”. Kemudian Zuhair melanjutkan nasehatnya kepada para prajurit umar bin saad, kali ini ia memperdengarkannya dengan suara lantang,”Wahai hamba Allah, janganlah menghianati agama kalian hanya karena tipu daya manusia bengis ini dan para pengikutnya, demi Allah, orang yang menumpahkan darah Ahlulbait dan keturunan Muhammad saw serta membunuh para penolong mereka tidak akan mendapatkan syafaat darinya pada hari kiamat”.
Lalu seorang dari kelompok sahabat Imam as datang menghampiri Zuhair ra seraya berkata,”Sesungguhnya Abu Abdillah as mengatakan kepadamu,”Demi jiwaku, kau sudah cukup menasehati mereka”.
Lalu salah seorang dari sahabat Imam as meminta izin kepada Imam untuk menyampaikan nasehat kepada pasukan musuh yang ada dihadapannya, sahabat itu bernama Barir bin Khudair ra, dia adalah salah seorang ulama terkemuka dari Bani Hamdan, ia terkenal sebagai pembaca al-Quran di masjid Kufah.
Barir melangkah mendekati pasukan musuh seraya berseru,”Wahai manusia, sesungguhnya Allah mengutus Muhamad saw sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan serta menjadi penyeru kepada jalan Allah, beliau saww adalah pelita yang terang, dan dihadapan kita ada sungai Furat, kita melihat anjing dan babi dengan bebas melepas dahaganya disana lalu mengapa kalian menghalangi putra Rasul saw untuk mendapatkan air dari sungai itu, apakah ini balasan kalian kepada Muhamad saw”.
Seorang dari prajurit ibnu saad berkata,”wahai Barir, kau terlalu besar mulut, demi Allah, kami akan tetap membiarkan Husain kehausan sebagaimana orang-orang sebelumnya”.
Dengan sabarnya Barir menjawab ocehan prajurit ibnu saad,”Wahai kaum, peninggalan Rasul saw sekarang berdiri di hadapan kalian, mereka adalah itrah dan wanita-wanita keturunan beliau saw, lalu berikanlah apa yang kalian miliki (untuk membalas budi Rasul saw) berbuatlah sesuatu untuk mereka!”.
“Kami akan membawa mereka ke hadapan pemimpin kami ubaidillah bin ziyad, dan kita lihat saja apa yang ia perintahkan”. Jawab mereka
Masih dengan penuh kesabaran Barir masih berusaha memberikan solusi,”Apakah kalian tidak menerima jika Husain as kembali ke tempat ia berasal?”.
“Celakalah kalian wahai penduduk Kufah, apakah kalian melupakan surat dan janji kalian kepada al-Husain as? Kalian telah menjadikan Allah sebagai saksi dari apa yang telah kalian lakukan, celakalah kalian!, bukankah kalian yang meminta Ahlulbait untuk datang ke Kufah, bahkan kalian mengatakan,”Kami akan bunuh diri jika al-Husain as tidak menjawab panggilan kami”, namun ketika mereka datang, kalian menyerahkan leher mereka kepada ibnu ziyad dan mengharamkannya untuk menyentuh air sungai Furat”.
“Celakalah kalian yang telah menghinati Nabi saw dengan menelantarkan keturunannya, apa yang telah kalian lakukan?, Allah akan mengharamkan kalian dari air pada hari kiamat nanti, kalian adalah kaum yang terburuk”.
Seseorang dari pasukan ibnu saad Menyelak,”Wahai fulan, kami tak tahu maksud dari perkataanmu, segala puji bagi Allah yang telah mengabarkan siapakah kalian sebenarnya, ya Allah, kami berlepas diri dari perbuatan mereka, ya Allah lepaskan panah ke arah mereka agar mereka segera bertemu denganMu dan Engkau akan murka kepada mereka”.
Serentak beberapa pasukan ibnu saad melepaskan anak panah kearah Barir, lalu sahabat Husain as ini pun beranjak mundur untuk menghindari anak panah yang mengarah ke tubuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar