judul blog

Gudang Data Notes dan SS Facebookers Syiah Berikut Beberapa Tulisan Penting Seputar Syiah

Sabtu, 12 Mei 2018

AKIDAH BADA DALAM PERSPEKTIF SYIAH (bagian pertama)

AKIDAH BADA

(Bagian pertama)

Syekh Jafar Subhani pernah menceritakan pertemuannya dengan seorang ulama ahlusuunnah dalam kitabnya Adhwaa’ alal aqoo’idis syiah imamiyah”. Ulama itu bertanya kepadanya tentang akidah Bada’ menurut Syiah, beliau menjawab pertanyaan itu secara umum saja, namun ulama itu tidak percaya dengan keterangan yg disampaikannya. Lalu ia meminta bukti pendapat para ulama Syiah klasik tentang Bada’. Syekh Jafar memberikan buku awaailul maqoolaat karya Syekh Mufid (948-1022 M).

Selang beberapa lama sang alim sunni itu bertemu kembali dengan syekh Jafar seraya berkata,”Jika kepercayaan kepada Bada’ seperti apa yg ditulis oleh Syekh Mufid dalam kitabnya, maka akidah seperti itu juga diyakini oleh Ahlussunnah”.

Sering kita dapati kesalahpahaman tentang akidah Bada’ yang diyakini Syiah pada umat Islam, bahkan mereka menuduh Syiah telah menganggap Allah tidak tahu tentang sesuatu lalu kemudian tahu. Jelas, makna Bada’ seperti ini meniscayakan sifat bodoh kepada Allah SWT.

Padahal sudah disepakati oleh seluruh umat Islam termasuk Syiah bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, 

Dalam sebuah ayat Allah berfirman:

وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (AL-An’am 59)

وعن الإمام الباقر عليه السلام: "إن الله نور لا ظلمة فيه، وعلم لا جهل فيه، وحياة لا موت فيه"5.

Imam Muhammad al-Baqir as berkata:

“Sesungguhnya Allah adalah cahaya yang tidak ada kegelapan di dalamnya, Dia adalah ilmu yang tidak ada kebodohan di dalamnya, Dia adalah hidup yg tidak ada kematian didalamnya”. (Tauhid, Syekh Shoduq, hal.138)

وعن الإمام الكاظم عليه السلام: "ولم يزل الله عالماً بالأشياء قبل أن يخلق الأشياء، كعلمه بالأشياء بعدما خلق الأشياء".

Imam Musa al-Kadzim as berkata:

“Allah senantiasa Maha Mengetahui segala sesuatu sebelum segala sesuatu diciptakan, sebagaimana Dia mengetahui segala sesuatu setelah segala sesuatu tersebut telah diciptakan”. (Tauhid,Syekh Shoduq, hal.145)

Ayat al-Quran dan pernyataan para imam as diatas jelas menegasikan ketidaktahuan bagi Allah SWT.

*Makna Bada’ dalam al-Quran*

Allah berfirman:

ثُمَّ بَدَا لَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا رَأَوُا الْآيَاتِ لَيَسْجُنُنَّهُ حَتَّىٰ حِينٍ

Kemudian *tampaklah (bada’)* pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai waktu tertentu. (Yusuf:35)

إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran) mu dan *telah tampak nyata (bada)* antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja”. (Al-mumtahanah:4)

Tentu kedua makna Bada’ dalam dua ayat diatas tidak sesuai jika dinisbatkan kepada Allah swt karena pada kedua ayat itu, bada memiliki arti sebuah keberadaan yg berasal dari ketidakberadaan, jika dinisbatkan bagi Allah maka berarti pengetahuan Allah berasal dari suatu yg sebelumnya tidak diketahui oleh-Nya. Dan ini mustahil bagi Dzat Allah swt. 

Dari sinilah akar kesalahpahaman tentang Bada’, padahal Syiah tidak pernah meyakini makna Bada’ seperti itu.

Hal itu ditegaskan  oleh Imam Jafar Shodiq as, beliau as meluruskan kesalahpahaman tentang akidah Bada’:

عن أبي عبد الله الصادق عليه السلام قال : من زعم أن الله يبدو له في شئ اليوم لم يعلمه أمس فابرؤوا منه .

“Barangsiapa yang meyakini bahwa Allah *menampakkan sesuatu (Bada)* pada hari ini yang tidak pernah diketahuinya kemarin maka kami (para Imam as) telah berlepas diri dari mereka”. (Kamaalud Didin wa Tamaamun Ni’mah, Syekh Shoduq, hal.70).

*Makna Bada’ menurut Syiah*

Allah swt berfirman:

بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُُ

Tetapi (sebenarnya) bagi mereka *telah nyata (bada)* kejahatan yang mereka sembunyikan dahulu. (Al-An’aam 28).

Inilah makna Bada’ yg diyakini Syiah, yaitu sesuatu yang nampak dimana sebelumnya tersembunyi. Jika bada’ dipahami seperti ini maka tidak akan meniscayakan ketidaktahuan kepada Allah swt, karena sebenarnya Allah telah mengetahuinya namun Dia sembunyikan pengetahuan itu dan akan ditampakkan pada waktu yg telah ditentukan oleh-Nya

Kurang lebih bada’ seperti halnya penghapusan hukum (naskh) dalam syari’at Islam. Sebagaimana yg kita ketahui, Allah swt merubah arah qiblat dari Masjidil Aqsa ke Ka’bah? Perubahan itu bukan berarti  Allah tidak tahu terhadap maslahat kiblat yg menghadap ke Ka'bah, sehingga Dia menyesal akan hukum-Nya yang pertama yaitu shalat ke arah Masjidil Aqsa, melainkan sejak semula Dia memang telah mengetahui Ka’bah sebagai qiblat untuk kaum muslimin setelah Masjidil Aqsa, akan tetapi Dia menyembunyikan pengetahuannya itu sampai pada saatnya Dia akan menampakannya.

---bersambung---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Allah