oleh : Sinar Agama
Mut'ah itu bisa dilihat dari berbagai segi:
1- Diri sendiri,
2- Diri sendiri dan Tuhannya,
3- Sosial,dan dimensi-dimensi lainya.
(1) dilihat dari dimensi diri sendiri, maka kita dapat melihat bahwa manusia memiliki banyak unsur di dalm dirinya. Secara global adalah badani dan ruhani. Pada masing-masing unsur global ini ia memiliki cetakan awal yang biasa dikenal dengan fitrah penciptaan.
Salah satu fitrah badan adalah nafsu sex (ruhnya akan dibahas kemudian). Nafsu sex ini, adalah sesuatu yang paling kuat yang ada pada manusia, yakni melebih kekuatan lainnya. Kalau nafsu ini sudah datang, maka dunia bisa terasa seperti gelap. Yakni, sebenarnya gelap, tetapi sering dipaksa menjadi terang. Nanti ditinjauan ruhiahnya akan menjadi lebih jelas.
Mengapa Allah memberikan nafsu yang kuat ini kpada kita? Mungkin, karena khawatir tidak akan berlanjutnya kehidupan manusia, karena kalau nafsu ini lemah, maka ia tidak akan terlalu banyak peduli dengannya, dan akan lebih mementingkan makan-minum yang akhirnya kalau seseorang tidak benar-benar mampu tidak akan melakukan perkawinan dan/atau orang tersebut tidak akan berusaha untuk mampu agar nantinya melakukan perkawinan yang penuh dengan tanggung jawab itu.
Oleh karena itu, maka nafsu ini dibuat olehNya menjadi sangat kuat, supaya manusia dalam keadaan apapun miskinnya, tetap berusaha untuk melakukan kawin dan meneruskan keturunan. Nah, dengan adanya kekuatan yang mencekam ini, maka akan menjadi siksaan bagi manusia , manakala penyalurannya menjadi sangat sulit dan hampir mustahil bagi sebagian orang. Misalanya, orang yang untuk makan dirinya saja sudah susah apalagi menanggung orang lain dan anak, apalagi kalau kawinnya di sulawesi yang harus pakai hantaran yang banyak h h h(gurau sikit), di sini jelas secara logika dan psikologi manapun serta agama, maka jalan keluarnya adalah tidak membolehkan kawin. Karena kawin, disamping tidak akan ada yang mau padanya, juga akan membuatnya lebih berantakan dan akan masuk ke dalam kemasiatan yang lain yang lain yang mungkin akan lebih parah, seperti membuang anak seperti di India dan lain-lain.
Kamu mungkin mengatakan puasa. Sampai kapan puasa itu? Sampai akhir jaman dan mati? Apakah kamu bisa puasa terus, sambil kerja nguli/berat seperti bangunan dan lain-lain? Nabi saww itu bukan memberikan jalan satu-satunya dan selamanya. Sebab kalau diartikan satu-satunya dan selamnya, maka si miskin tadi akan terus puasa dan akhirnya tidak bisa kerja dan mati kelaparan karena tidak ada lagi yang bisa dia buat buka dan sahur. Nah, dari satu sisi nafsu dalam diri dibuat kuat olehNya, dari sisi lain dalam keadaan miskin yang tidak mungkin bisa mencipta rumah tangga, lalu puasa terus menerus juga tidak mungkin, dengan semua ini lalu apa jalan keluarnya? Ingat ini hanya satu dimensi kecil dari hikamuah mut'ah ini, oleh karenanya jagan kamu katakan bahwa yang boleh mut'ah hanya yang dalam keadaan demikian. Btw tidak bisa diterangkan semua, sebagianpun jadi.
Nah, dengan penjelasan di atas ini, kita sebagai diri, melihat pada diri ini, dengan kenyataan fitrah ini, maka sudah pasti ingin kelonggaran terhadap masalah yang kita hadapi ini. Dan sangatlah tidak masuk akal kalau dalam keadaan ini Agama meninggalkan kita, dan hanya berkata, "pokoknya puasa terus". Ini sekelumit dari dimensi badaniahnya.
ketika keadaan diri seperti ini, yakni memiliki tekanan batin yang seperti itu, maka sudah selayaknya ada jalan keluar yang sebagai keterpaksaan, walau tidak terlalu ideal. Hal itu karena kemampuan manusia atau diri ini, sangat berbeda satu sama lain. Orang yang tidak biasa berfikir jilimet, cermat dan panjang, alias sering berfikir praktis-praktisan maka pasti tidak akan dapat memahami hal-hal yang dalam dan pelik dalam agama.
Nah, ketika diri kita memiliki tekanan yang berat dengan nafsu ini, di lain pihak tidak memiliki kemampuan untuk kawin permanen, maka sangat tidak mungkin untuk memenjarakannya seumur hidup atau puasa seumur hidup. Kita tidak bisa berkata bahwa kalau tidak menyalurkannya, tidak akan mati karena yang timbul hanya gelisah. Perkataan seperti ini, muncul dari orang yang merasa sudah menjadi tuhan. Yakni kalau dia tuhan, maka akan berkata begitu. Tetapi Tuhan yang Maha Bijak, berfirman lain. Oleh karena itu dikatakan dalam riwayat bahwa shalatnya orang yang sudah kawin (permanen atau mut'ah) memiliki phala yang jauh di atas yang belum kawin.
Dengan kenyataan-kenyataan tadi, dapat dipahami mengapa di hadits-hadits shahih Muslim bahwa dalam riwayat itu dikatakan bahwa shahabat Nabi saww melakukan mut'ah beberapa hari hanya dengan maskawin segenggam kurma. Bagi yang punya basyirah, maka dimensi ini, yakni dimensi yang kita bahas sekarang ini, sagatlah jelas terhadap hikamuah yang terkandung di dalamnya.
ditinjau dari dimensi spiritual, kegelisahan yang muncul akibat tidak tersalurkannya nafsu sex dan kegelisahan yang muncul dari keputus asaannya karena tidak bakalan mampu menyalurkannya, akan membuat keadaan spiritualnya gelap gulita sekalipun dia paksa untuk terang dan tersenyum. Manusia yang biasa memiliki rasa malu dan gengsi, maka sudah pasti akan menyembunyikan kelemahan dan kegelisahan serta keputus asaannya itu. Tetapi batin dan kesendiriannya, dia bagaikan mayat hidup. Tatapannya kosong, tertawanya hanya bagai angin yang hanya dilancurkan manakala teman-temannya tertwa
Nah, ketika diri sudah seperti ini, maka kalau dia orang baik, tidak akan melahirkan kebejatan, dan kalau sebaliknya maka akan sebaliknya pula. Tetapi sekalipun tidak melahirkan kebejatan bagi yang pertama itu, tetapi sangat tidak menutup kemungkinan bahwa dia akan hidup bagai mayat berjalan. Dan kalau kamu menjadi Tuhan yang Maha Kasih, sangat tidak mungkin membiarkan hamba yang kamu cipta ini tidur dalam jaga dan jaga dalam tidur. Kalau kamu biarkan maka betapa kamu seburuk-buruk Tuhan. Habis kamu sudah menciptakannya di rumah tangga yang miskin.
Dengan demikian, maka sudah selayaknya si Diri ini mendapatkan penyaluran badani dan ruhi yang pantas walau itu merupakan ukuran minimal kemanusiaan, yang penting tidak jatuh ke dalam kebinatangan, seperti onani, pacaran, pergaulan bebas, pelacuran , apalagi terang-terangan dan meraja lela.
Sungguh saya tidak habis pikir, mengapa orang yang jelas memiliki masyarakat yang sudah seperti jahannam ini, berteriak lantang menentang hukum Tuhan yang sungguh-sungguh bisa menjadi obat dari semua itu. Dengan mut'ah anak yang lahir akan ketahuan ayahnya, hingga tidak perlu dibuang dijalanan, dengan iddah penyakit tidak akan ada seperti yang sudah merajalela di tempat kita, dan setumpuk lagi hikamuah-hikamuah Ilahiyyah, oleh karena itulah kita dapat mengetahui hikmah dibalik perkataan Imam Ali as yang mengatakan,"Jika mutah tidak dilarang oleh Umar maka tidak akan ada yang berzinah kecuali orang-orang yang keterlaluan.
(2) Diri Dan Tuhan. Dengan uraian di atas dapat dipahami bahwa tanpa penyaluran yang wajar, maka manusia akan menjadi mayat berjalan, tertidur dalam jaga dan terjaga dalam tidur, menangis dalam suara dan begitu pula dalam kesunyian malam dan kesendiriannya, tangisan dimana tidak mungkin ada penyelesaiannya, karena begitu sangat mustahilnya sangat beratnya sangat mederitanya. Beda halnya kalau Allahnya meberikannya jalan yang lebih mudah. Mungkin masalah terhiitung sulit tapi terjangkau. Dengan segenggam kurma, atau tidak makan sekali, maka dia bisa menyelaraskan fitrah nafsunya dengan ucapan bismillah dan shalawat, dengan rasa syukur dan rahmat. Mungkin Anda bertanya, bagaimana kalau punya anak padahal dia miskin? Mestinya Anda tanya ke Nabi saww? Mungkin Anda bertanaya apa ada? Jawabanya mudah sekali, mengapa tidak ada? Di Bukhari +/- ada 19 riwayat, dan di Muslim ada +/- 20-an riwayat yang menerangkan tetang 'AZL atau 'AZLUN, yakni menumpahkan mani di luar rahim. Bayangkan di antara riwayat-riwayat Bukhari dan Muslim itu ada yang seperti ini (+/-) Ya rasulullah kami sudah tidak tahan lagi dengan cewek itu, tapi kami tidak ingin punya anak, apa bisa kami lakukan mut'ah tetapi ber'azl? yakni mengeluarkan mani di luar, Rasul saww pun menjawb" "Mengapa kalian tidak bisa melakukannya, karena Allah Sang Pencipta telah menghalalkannya sampai hari qiamat???? ". Hadits2 'Azl ini bisa dilihat di Bukhari hadits no 2229,2542,4138, 6603,7409 dan di Muslim hadits no 2599, 2601, 2604, 3617, 3621
Selengkapnya tentang Mutah
http://www.arsipsinaragama.com/index.php?option=com_content&view=category&id=35&Itemid=55
yang jelas.. Mut'ah itu dilarang oleh rasull, dan didalam Al'quran tidak ada mut'ah. klo nafsu sudah tidak terbandung, yah nikah dengan secara halal dan bagun keluarga yang sakinah dan warahma. klo meraja adil dan berkucukupan di finansial yah polygami itukan di wajibkan klo menurut anda 1 istri tak cukup. kenapa harus Mut'ah. saya tidak mau Keluarga saya perempuan saya digilir.
BalasHapusSaya mengaku Islam saya hanya sebatas Iqra!!
tapi Islam yang sejati adalah mengenal hak dan yang batil melalui logika manusia. dan melalui tuntunan Alquran dan sunnah Rasul.
coba anda pikir, sampai dimana batas ketahanan keluarga anda yang di mut'at berkali-kali. apakah anda tega melihat tekanan psikologis keluarga perempuan anda yang di mut'ah.